40. Christopher and Miriam's Departure

63 7 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Lavinia mulai merasakan ada sedikit perubahan dalam sikap Alistair. Pria itu masih sama dinginnya, masih posesif dan keras kepala, dan tak jarang menggunakan caranya yang manipulatif untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Namun, di balik semua itu, ada momen-momen kecil yang menunjukkan sisi lain dari dirinya.

Seperti ketika Lavinia kesulitan tidur karena bayinya yang aktif di malam hari, Alistair tiba-tiba masuk ke kamar dengan segelas susu hangat. Ia tidak mengatakan apapun, hanya meletakkan gelas itu di meja samping tempat tidur dan pergi begitu saja.

Dan saat Lavinia tersandung di tangga, Alistair, dengan sigap, memeluknya sebelum ia jatuh, meskipun setelah itu dia hanya menggerutu tentang betapa cerobohnya Lavinia.

Namun, Lavinia tahu betul bahwa perhatian kecil itu bukanlah untuk dirinya, melainkan untuk bayi yang ia kandung. Dia bisa merasakan bagaimana tatapan Alistair melembut setiap kali melihat perutnya yang semakin besar.

Pria itu sering berbicara kepada bayinya, meskipun Lavinia masih merasa aneh dan canggung menyaksikan sisi Alistair yang seperti itu.

Tetapi Lavinia tidak ingin terlena. Ia sudah terlalu sering dikecewakan oleh pria itu, dan ia tahu Alistair tetaplah Alistair—seseorang yang selalu ingin segalanya berjalan sesuai kehendaknya.

Yang Lavinia pedulikan sekarang bukanlah perubahan kecil Alistair, melainkan seseorang yang selama ini diam-diam memberikan harapan baru dalam hidupnya: Christopher.

Christopher adalah alasan Lavinia tetap bertahan. Sosok pria yang selalu ada untuknya, meskipun dari kejauhan. Lavinia mengenalnya jauh sebelum ia terjebak dalam kehidupan rumit bersama Alistair. Christopher adalah pria yang baik, hangat, dan tulus.

Namun, Lavinia tahu bahwa memikirkan Christopher adalah sesuatu yang berbahaya. Alistair sangat posesif, dan jika pria itu tahu tentang perasaan Lavinia terhadap Christopher, semuanya akan berantakan.

Alistair tidak pernah mau berbagi apa yang ia anggap miliknya, termasuk Lavinia.

Di suatu malam, Lavinia memasuki ruang medis di Ravenswood Manor dengan hati-hati, memastikan tak seorang pun melihatnya. Langkahnya ringan, tetapi hatinya berat. Di sudut ruangan, Christopher terbaring diam, tubuhnya masih diselimuti kesan rapuh. Wajahnya tampak pucat, sama seperti terakhir kali Lavinia melihatnya.

Dia mendekat perlahan, mengabaikan segala suara dalam kepalanya yang memperingatkan bahwa ini adalah kesalahan. Tangannya gemetar saat ia menyentuh wajah Christopher, merasakan rahangnya yang tegas di bawah jemarinya. Wajah pria itu tetap tampan meski dengan luka-luka di tubuhnya yang belum sepenuhnya sembuh.

“Bodoh,” gumam Lavinia pelan, suaranya hampir seperti bisikan. “Kenapa kau melakukan ini untukku? Untuk apa bertaruh nyawa seperti itu?”

Air mata mulai menggenang di matanya, tetapi ia menahan agar tidak jatuh. Christopher telah mempertaruhkan segalanya untuk menyelamatkannya, melindunginya dari bahaya, bahkan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Namun, yang lebih menyakitkan adalah ia harus kehilangan salah satu bayinya karena ulah Cassandra, wanita yang memiliki hubungan gelap dengan Alistair.

Lavinia mengepalkan tangan kirinya. Dendam itu terus membara di dalam hatinya. Cassandra harus membayar apa yang telah ia lakukan. Tapi saat ini, semua itu terasa jauh. Yang ada hanya Christopher—pria yang ia pikir akan pergi dari hidupnya.

Saat pikirannya melayang ke kenangan mereka, saat Christopher bertekad membawa Lavinia keluar dari neraka Ravenswood, Lavinia dikejutkan oleh sesuatu yang tak terduga. Sebuah tangan besar, meskipun terasa dingin, menggenggam tangannya dengan lembut.

Lavinia terkejut, matanya langsung bertemu dengan sepasang mata biru tajam yang kini terbuka. Christopher menatapnya, bibirnya yang kering melengkung membentuk senyum kecil.

The Duchess's Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang