Malam itu, Lavinia merasa tubuhnya lelah dan gelisah. Tidak ada tanda-tanda dirinya akan melahirkan, namun ia merasakan ketidaknyamanan yang membuatnya sulit untuk tidur. Setelah beberapa lama berbaring tanpa hasil, ia memutuskan untuk turun ke dapur, berharap segelas air dapat membantunya tenang.
Lorong-lorong Ravenswood Manor terasa dingin dan sunyi, hanya diterangi lampu-lampu kecil di dinding. Lavinia melangkah dengan hati-hati, satu tangannya melindungi perutnya yang semakin membesar. Saat hampir tiba di dapur, tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dari belakang.
Lavinia tersentak, tubuhnya kaku karena terkejut. la mencoba berteriak, tetapi suara itu terkunci di tenggorokannya. Sosok misterius dengan berjubah hitam muncul dari bayangan, menyeretnya dengan paksa.
Lavinia meronta, memukul dan mencakar sekuat tenaga, tetapi cengkraman sosok itu terlalu kuat. "Lepaskan aku!" pikirnya, meskipun tidak bisa mengucapkannya.
Dia diseret melewati lorong sempit yang jarang dilalui. Pelayan dan penjaga tidak terlihat, seolah-olah sosok misterius ini tahu kapan waktu yang tepat untuk menyerang. Lavinia dipaksa masuk ke kamar mandi tua di bagian belakang manor, tempat yang hampir dilupakan penghuni rumah. Sosok itu mendorongnya hingga jatuh ke lantai.
Dengan cepat, Lavinia melindungi perutnya dengan kedua tangan. "Siapa kau?" teriaknya, mencoba menenangkan napasnya.
Sosok berjubah hitam itu tidak segera menjawab. Dengan gerakan perlahan, ia melepas penutup wajahnya, memperlihatkan siapa dirinya. Lavinia menatap dengan mata membelalak ketika mengenali wajah itu.
Cassandra Thornhill.
"Cassandra," desis Lavinia, matanya menyala dengan kebencian. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Cassandra tersenyum dingin, Cassandra tersenyum dingin, matanya memancarkan kegilaan yang tak bisa disembunyikan. "Duchess Lavinia," katanya, suaranya penuh ejekan. "Kita bertemu lagi. Aku pikir sudah waktunya aku menyelesaikan apa yang seharusnya aku lakukan sejak awal."
"Jika kau berpikir aku akan takut padamu, kau salah besar," Lavinia menjawab dengan nada tajam, meskipun tubuhnya bergetar. la tahu siapa Cassandra. Wanita itu licik dan mematikan, seseorang yang tak ragu melukai siapa pun demi mencapai tujuannya.
Cassandra melipat tangannya, sebuah pistol di salah satu genggamannya. "Oh, aku tidak butuh keberanianmu, Lavinia. Aku hanya butuh kau diam dan mati malam ini. Kau, bayimu, semuanya akan berakhir di sini."
Lavinia memejamkan mata sejenak, mengingat Christopher-pria yang ia cintai, pria yang hampir kehilangan nyawa karena wanita ini. Dan ia harus kehilangan salah satu dari dua anak kembar yang ia kandung, ia harus merelakan semuanya akibat kekejaman Cassandra. Amarah membara dalam dirinya.
"Kau sudah merenggut cukup banyak dariku, Cassandra," kata Lavinia, suaranya bergetar oleh emosi. "Aku kehilangan satu anakku karena kau. Kau hampir membunuh Christopher. Tapi aku tidak akan membiarkanmu merenggut apa pun lagi dariku."
Cassandra mendekat, mendekatkan ujung pistol ke wajah Lavinia. "Lucu. Kau pikir kau punya pilihan? Kau pikir kau bisa melawanku dalam keadaan seperti ini?"
Lavinia menahan napas, lalu dengan cepat menangkap tangan Cassandra, mencoba merebut pistol itu. Namun, kekuatan Cassandra lebih besar, dan Lavinia didorong kembali ke lantai.
"Berhenti mencoba menjadi pahlawan," ejek Cassandra, mencekik leher Lavinia. "Alistair tidak pernah mencintaimu. Dia hanya melihatmu sebagai alat untuk melahirkan pewarisnya. Kau bukan siapa-siapa baginya."
Lavinia meringis kesakitan, tapi ia menolak menyerah. "Dan kau pikir dia mencintaimu? Dia bahkan tidak mencari tahu keberadaanmu setelah dia membuangmu. Kau hanya bayangan masa lalu, Cassandra."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...