s a t u

2 2 0
                                    

Elenna Ginny Farisha. Nama itu terukir indah di sertifikat penghargaan atas peringkatnya sebagai juara satu paralel tiga tahun berturut-turut. Kini, di hari kelulusannya, Elenna tersenyum senang atas semuanya. Setelah memberikan sedikit sambutan, Elenna turun dari panggung dengan senyum senangnya dan langsung menghampiri ayahnya.

"ayah bangga sama kamu" kata Iman sambil mencium kening putri sulungnya itu

"bunda disana juga pasti bangga sama kamu" lanjutnya

Melia, ibu Elenna telah meninggal saat dirinya baru menginjak kelas 3 SMP, sejak saat itu Iman berusaha untuk encukupi kebutuhan kedua anaknya, Elenna dan Kaivan yang kini duduk di kelas 1 SMA yang sama dengan kakaknya.

Elenna hanya tersenyum sambil memeluk ayahnya dengan erat, ia sangat menyayangi ayahnya lebih dari apapun. Karena hanya ayahnya lah yang dapat ia sentuh, sementara siapapun itu jika lawan jenis maka ia tak bisa menyentuhnya

Fyi, Elenna memiliki semacam alergi yang disebut pseudo-alergi dimana jika ia menyentuh lawan jenis maka ia akan mengalami ruam dan gatal pada area yang disentuh.

Setelah berwafoto bersama guru-guru dan teman-temannya, Elenna pulang bersama ayah dan adiknya, mereka tinggal dengan adik perempuan ayahnya yang ditinggal pergi suaminya karena mandul di sebuah rumah yang cukup besar dengan taman bunga yang luas di depannya.

"Tante Eli gak ikut yah?" Tanya Elena memecah kesunyian di antara mereka sejak keluar dari gerbang sekolah tadi

"Nggak. Tante kamu sibuk urus katering" jawab ayahnya

Elenna hanya mengangguk, sambil memperhatikan adiknya yang sibuk bermain ponsel di kursi belakang

"Kai" panggil Elenna

Tak ada sahutan. "Kai" panggilnya lagi

"Kaivan Narendra!" Jika Elenna sudah menyebut nama lengkapnya, Kaivan tau kekesalan kakanya sudah di ujung tanduk

"Hm" hanya sebuah deheman sebagai jawabannya

"Ayah" panggil Elenna dengan memelas pertanda ia mengadu

"Kaivan" panggil Iman dengan suara kebapakannya

"Iya ayah"

"Kamu ngapain sih?"

"Nggak ayah" jawab Kaivan pendek

"Daritadi plototoin tuh hp gak ngapa-ngapain hah?!" Kesal Elenna

"Sudah Elenna" suruh Iman. Jika tidak dihentikan keduanya akan berdebat Sampai malam nanti

"Tapi ayah..."

"Sudah-sudah" lerai Iman

Elenna yang kesal memilih diam dan menatap lurus ke arah depan. Tak berselang lama tibalah Mereke di kompleks perumahan yang cukup mewah dan luas, Elenna langsung keluar begitu mobil terparkir rapi di garasi

....

Sementara itu di kota yang sama tapi di tempat yang berbeda, seorang pria tampan turun dari pesawat yang membawa dirinya dari Jerman barusan.

Ia dijemput oleh supir pribadi keluarganya, Bimantara. Siapa yang tidak mengenal keluarga itu, keluarga terpandang yang hartanya diyakini tidak akan habis tujuh turunan.

Keluarga yang dikenal sangat disiplin, dan dermawan namun juga keras.

Kalvish Alaric Bimantara, putra bungsu pasangan Arga Bimantara dan Clarinda Octavia, memiliki paras yang rupawan dan juga mata elangnya, sedikit lesung pipi di bagian kanan jika ia tersenyum, namun jangan harap ia tersenyum karena ia adalah pribadi yang dingin dan irit bicara.

"Kita pulang sekarang den?" Tanya pak Joko, supir pribadi keluarga Bimantara

Kalvish hanya mengangguk mengiyakan. Mobil Lexus berwarna putih itu meninggalkan bandara menuju kediaman bumantara.

Saat sedang asyik melihat pemandangan di luar, tiba-tiba Kalvish terkejut begitu pak Joko melakukan rem mendadak

"Maaf den, tadi ada yang lari mengejar kucing. Saya nggak tau nabrak apa enggak" terang pak Joko

Kalvish yang tak sengaja melihat seseorang yang terduduk di sisi kiri jalan segera keluar dari mobil hendak menolong

"Anda tidak apa-apa?" Tanya Kalvish kepada gadis berhijab Dongker yang tampak lebih mengkhawatirkan kucing abu-abu yang dikejarnya tadi

"Aku baik. Terimakasih" gadis itu langsung berdiri dan hendak pergi tanpa melihat ke arah Kalvish sedikitpun

Kalvish yang merasa diabaikan langsung menarik lengan gadis itu, tapi gadis itu seperti ketakutan dan langsung menarik lengannya

"Apa mau anda?" Tanya gadis itu tanpa memandang wajah Kalvish

Kalvish sedikit tersentak dengan pertanyaan ketus dari gadis di depannya ini, "aku Kalvish" katanya sambil menyodorkan tangannya

Gadis itu tidak menyambut uluran tangan itu dan malah menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan sedikit menunduk, "aku Elenna, aku harus pergi sekarang. Permisi" katanya langsung berlari ke arah rumahnya

Kalvish tercengang. Baru kali ini ia diacuhkan oleh seorang gadis, malas berlama-lama Kalvish langsung masuk ke dalam mobil

"Ada apa den?" Tanya pak Joko

"Gadis itu sedikit aneh, ia tak mau membalas uluran tanganku saat aku mengajaknya berkenalan" cerita Kalvish

"Ohh kalo di agama Islam, jika seorang wanita menyentuh seseorang yang bukan mahramnya maka itu dosa kecuali ayahnya" jelas pak Joko karena ia beragama Islam

"Apa itu?" Tanya Kalvish tak mengerti

"Itu maksudnya bersentuhan dengan lawan jenis kecuali anggota keluarga "

"Tapi banyak yang bersentuhan juga" heran Kalvish

Pak Joko menggaruk keningnya yang tidak gatal, "kalo itu mah kembali ke pemahaman masing-masing aja den" cengir pak Joko

Kalvish hanya manggut-manggut saja, pulang nanti ia harus mencari tau lebih dalam tentang penjelasan pak Joko.

"Tapi den, kok tumben ngajak kenalan. Biasanya juga gamau" heran pak Joko. Pasalnya Kalvish paling malas dengan makhluk berjenis kelamin wanita itu

"Tidak tau pak, refleks saja" Kalvish mengedikkan bahunya. Ia juga heran dengan dirinya sendiri

Gadis itu menarik batin Kalvish

ElvishWhere stories live. Discover now