Malam ini suasana sedikit sunyi karna Jeremi yang baru pulang kerja sebelum magrib tadi membawakan theora sekotak martabak manis tanpa berkata apapun Jeremi masuk ke kamar dan membersihkan diri dikamar mandi.
Theora menatap kepergian Jeremi dari balik pintu tersenyum hangat ia tau Jeremi kelelahan setelah mengajar dan lembur beberapa hari ini ia tau suaminya cukup lelah sekedar mengatakan hai pada dirinya.
Kaki jenjang theora berjalan ke dapur mengambil piring menyisihkan beberapa potong martabak ke dalam piring ia membawa piring itu ke kamar, terlihat Jeremi yang baru selesai mandi masih memegang handuk hendak disampirkan pada jemuran dekat pintu kamar mandi.
"Mas?," panggil theora pelan.
Jeremi menoleh wajah lelahnya terlihat penuaan dini pun juga mulai menghiasi wajah tampan Jeremi wajar pula, usianya menginjak 39 tahun dimana sudah sangat matang mungkin jika Jeremi menikah beberapa tahun lalu anaknya sudah bersekolah sekarang.
Berbeda dengan theora yang baru 27 tahun yang masih terlihat segar dan menawan kulitnya pun bersih sehat belum lagi perawatan theora yang tidak main main pastilah mendapatkan yang sepadan.
Jeremi mendudukkan dirinya diujung kasur diikuti theora yang ikut duduk disamping Jeremi menatap dengan senyum dibalas senyum pula oleh Jeremi.
"Lelah sekali suaminya aku," ucap theora.
Tangan theora yang tidak memegang piring mengelus pipi tirus Jeremi sedikit memencet pipi itu membuat Jeremi terkekeh pelan menatap wajah istrinya dari dekat sangat menggemaskan.
"Iya sayang..., sayang sudah makan?," tanya Jeremi dengan suaranya yang berat.
Theora mengernyit merasa suara Jeremi sedikit bindeng sepertinya Jeremi terserang flu ringan. Kantung mata Jeremi juga menghitam seingat theora kemarin malam Jeremi tidur memunggunginya dan mendengkur berat, Mungkin saat itulah Jeremi mulai sakit.
"Sudah mas, mas sakit ya? Mau aku pijetin pake minyak kayu putih?," nada khawatir terdengar jelas serta wajah theora yang tidak bisa bohong.
"Boleh kalau sayang tidak lelah, tolong pijati saya sebentar ya?," pinta Jeremi dengan sopan.
Theora mengangguk tangannya menaruh piring yang di pegang ke meja samping kasur setelah itu mencari minyak kayu putih di laci, sementara itu Jeremi menarik kaosnya keatas menanggalkan dan melemparnya ke samping kasur.
Jeremi menelungkupkan tubuhnya ditengah kasur menyamankan kepalanya menghadap theora, tak lama terasa tetesan minyak kayu putih yang theora teteskan perlahan.
Mata Jeremi terpejam merasakan pijatan theora yang mengenai titik titik lelahnya theora pemijat yang handal ternyata, bakat terpendam istrinya yang seharusnya sangat menguntungkan Jeremi.
"Kerasa gak mas?," tanya theora tangannya memijat punggung bagian atas Jeremi.
"Engg, enak sayang shh kerasa banget kamu mijetnya kena saraf saya," puji Jeremi menikmati pijatan theora.
Pijatan theora ini sama dengan pijatan spa yang sering didatangi theora, malah lebih nikmat karna theora memijatnya dengan kasih sayang.
Rasanya beda dipijat dengan istri seperti ada sesuatu yang meletup-letup dihati. Walau lelah Jeremi tidak keberatan jika yang dinafkahi seperti theora ia sangat baik, perhatian, dan yang terpenting perasaaannya sangat lembut.
"Kenapa kamu gak bilang ke aku kalau sakit, mas?," ujar theora melihat wajah Jeremi.
" Saya gak sakit saya cuma kurang pelukan kamu aja," kata Jeremi matanya terpejam.
Wajah theora terlihat salah tingkah sedikit, ingat hanya sedikit. Theora menormalkan perasaannya kembali memijat Jeremi sampai ke pinggang Jeremi.
'capek banget kamu jer, aku dosa gak kalau masih nolak kamu sedangkan kamu seberusaha ini untuk aku? Tuhan maafkan diri ini,' gumam theora didalam hati kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
move to jakarta (jaeyong)
Roman d'amourJeremiah Andersson laki laki yang sangat mencintai seorang manusia terapuh bernama theora ambara. "sampai saya menjadi debu, biarkan saya memelukmu dan menghapus luka itu theora..." "bukan...,bukan kamu yang salah tapi aku, semua salahku Jeremiah...