Raline memandang sebuah lukisan yang dipajang di galeri bernama "Kemurnian Galeri" di wilayah Jakarta Selatan. Galeri milik keluarganya yang sudah berdiri sejak dua puluh delapan tahun lalu. Ia memandang lukisan yang menggambarkan sebuah rumah di balik pohon besar dengan nuansa mencekam. Di dalam lukisan terdapat cahaya lilin yang terlihat dari jendela rumah. Aura mistis dan keindahan lukisan yang memikat membuat Raline terpesona.
Namun, tak lama setelah lukisan itu dipajang, kejadian aneh selalu terjadi pada orang yang melihatnya. Salah satu office boy bernama Barjo menjadi orang pertama yang mengalami kejadian aneh. Kedua matanya berubah menjadi merah pekat dan berair setelah memandangi lukisan yang memikatnya. Hal kembali terjadi pada lima orang pengunjung yang datang ke galeri Raline.
Raline, didorong rasa penasaran dan curiga, menyelidiki asal-usul lukisan itu. Ia menyewa Art Inspector, pakar seni forensik, untuk mengungkap misteri di baliknya.
"Selamat siang, Mbak Raline..." ucap seorang pria yang berdiri di sebelah wanita cantik yang menggunakan blouse berwarna putih dan rok span bermotif kotak-kotak. Raline menolehkan kepalanya menuju sumber suara.
"Perkenalkan, saya Arkan," ucap pria itu saat mengulurkan tangan kanannya. Raline menyambut uluran tangan tersebut.
"Terima kasih Mas Arkan, sudah berkenan datang ke galeri saya." Raline tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Arkan membalas dengan gesture yang serupa.
Raline kembali menatap lukisan yang berada di depannya, "Saya merasa ada yang aneh dengan lukisan ini. Ada aura yang tidak nyaman saat melihatnya." Raline menunjuk pada rumah dalam lukisan.
"Namun, cahaya lilin yang terlihat pada lukisan ini membuat saya terpukau..." ucapnya sambil menghela napas. "Seperti ada harapan yang ingin disampaikan pelukis melalui gambar itu."
Arkan mengamati lukisan dengan saksama. Ia menyentuh halus setiap lekukan cat minyak yang sudah usang di kanvas itu dengan sarung tangan latex hitamnya.
"Saya juga merasakannya... seperti ada rahasia tersembunyi di balik lukisan ini," ucap Arkan saat menarik tangannya dari lukisan. "Bisa dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"
"Satu minggu yang lalu, saya mendapat lukisan ini. Lukisan yang berasal dari Italia. Awalnya tidak ada keanehan apapun..." ucap Raline dengan tangan yang bersedekap di dada. "Sampai akhirnya salah satu office boy saya izin tidak bekerja karena matanya berubah merah pekat dan berair. Katanya hal itu terjadi setelah melihat lukisan ini." Raline menunjuk lukisan yang berada di depan mereka.
"Lalu?" tanya Arkan yang penasaran.
"Awalnya saya tidak percaya. Saya merasa hal itu aneh dan hanya akal-akalan Pak Barjo saja. Sampai pada akhirnya lima orang pengunjung juga mengalami hal yang sama." Raline menatap kedua mata Arkan dengan intens.
"Saya akan mencari informasi. Saya harap Mbak Raline mau membantu saya dalam investigasi ini. Mungkin kita membutuhkan banyak diskusi kedepannya."
"Tentu saja. Saya pasti membantu," jawab Raline.
"Sekarang, simpan lukisan ini di ruangan yang aman. Lalu tutup dengan kain hitam. Agar pengunjung dan pekerja lainnya bisa beraktivitas seperti biasa."
"Baiklah. Terima kasih atas bantuannya, Mas Arkan." Raline mengulurkan tangannya dengan senyuman yang tulus. Beban di dadanya sedikit terangkat dengan kehadiran Arkan yang akan membantunya mengatasi masalah yang dihadapi.
***
Suara dering telepon berbunyi dari ponsel Raline menampilkan nama Arkan pada layar.
"Selamat sore, Mbak Raline..."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot
Chick-LitBerisikan cerita pendek yang ada di kepala dan harus segera di tuangkan