Setibanya di rumah Andra dan Lena, Joanna terus saja menekuk wajah. Bukan karena oleh-oleh yang diberikan tidak sesuai harapan, namun karena di sana ada Rena dan Kevin juga. Sebab mereka tinggal di sana setelah tidak bekerja di rumahnya.
Selama ini hanya Joanna yang tidak tahu. Karena Jeffrey yang sudah tahu tidak pernah membahas hal itu. Takut akan memicu pertengkaran tentu.
"Rena mau ke mana? Duduk di sini saja! Sudah lama kita tidak berkumpul bersama. Kevin masih belajar, kan?"
Rena menangguk kecil. Dia yang baru saja menyiapkan makanan ringan dan minuman di ruang makan mulai menduduki kursi. Duduk di samping Lena dan Andra. Karena di sana kosong sekarang.
"Aku kangen sekali dengan masa lalu. Saat kalian masih kecil-kecil dulu." Lena tiba-tiba saja bernostalgia. Dia meraih tangan Jeffrey dan Rena. Lalu digenggam dan diletakkan di atas meja. Membuat Joanna dan yang lain melihat.
Iya. Sandi dan Jessica juga ikut datang. Karena mereka memang sudah seperti saudara. Tidak heran jika Jeffrey sangat ingin menyempatkan datang. Karena Lena dan Andra sudah dianggap sebagai orang tuanya. Jelas dia tidak ingin mengecewakan mereka.
"Andaikan dulu Rena ikut denganku, kalian pasti bisa bersatu."
Jeffrey lekas menarik tangan. Dia melihat Joanna yang wajahnya semakin masam. Karena sejak tahu Rena ada di sana, wajahnya ditekuk sepanjang acara.
"Tante hanya berandai-andai saja. Joanna pasti paham. Iya, kan?" Lena kembali meraih tangan Jeffrey. Diletakkan di atas meja lagi. Sembari menatap Joanna yang diam saja sejak tadi.
"Iya, Tante." Joanna terpaksa tersenyum sekarang. Karena tidak ingin memperkeruh suasana. Toh sebentar lagi mereka akan pulang. Sehingga dia tidak perlu lebih lama menahan kesal.
"Tuh, kan. Aku senang sekali sejak Rena dan Kevin tinggal di sini. Aku berasa kembali ke zaman dulu lagi. Saat Jessica dan Sandi sering ke luar negeri dan kalian dititipkan di sini. Kamu lihat Kevin? Dia mirip sekali dengan kamu saat kecil. Tapi dia lebih penurut, tidak seperti kamu yang suka jahil pada saudaramu."
Kini Lena menatap Serena. Dia menatap wanita itu dengan berkaca-kaca . Karena merasa gagal menjadi orang tua. Sebab nasib hidup Rena jelas berbeda dengan Jeffrey sekarang.
"Aku merasa bersalah padamu. Seharusnya dulu, aku yang mengadopsi kamu. Sehingga Sandi dan Jessica tidak menentang hubungan kalian sampai sekarang. Mereka tidak akan membuat hidupmu—"
"Lena! Ini sudah keterlaluan!" Jessica Mulai bangkit dari duduknya. Dia juga memincing tajam. Karena tidak enak pada menantunya. Apalagi sejak tadi dia sudah menangkap raut kesal di wajah Joanna.
"Kenapa Jessica? Kamu marah? Bukannya seharusnya mereka yang marah? Karena sudah kamu pisahkan. Karena sudah kamu tentang. Bahkan Rena, dia kamu buang hanya karena satu kesalahan yang tidak sepenuhnya salahnya!"
Jessica dan Lena saling memincingkan mata. Mereka juga melempar tatapan tajam. Seolah bendera permusuhan sudah berkibar.
"Lalu kenapa kamu tidak memungut anak itu? Lalu kenapa kamu membiarkan dia dan Kevin hidup seperti itu? Lalu kenapa baru sekarang kamu pungut dia dan anak tanpa ayah itu!?"
"Ini semua salahmu! Karena kamu yang melarangku menemui Rena! Karena kamu mengatakan jika dia sudah aman hidup di rumah bulan! Aku sangat menyesal karena mudah percaya. Seharusnya aku mencari tahu lebih cepat! Agar Rena tidak menderita lebih lama!" Lena melepaskan tangan Jeffrey. Lalu memeluk Rena yang diam saja sejak tadi.
"Kamu tahu aku juga menderita, Lena. Kamu pikir ini mudah bagiku juga? Tidak! Ini tidak mudah! Kamu tidak akan bisa mengerti karena tidak pernah punya anak!"
"CUKUP!" Kali ini Andra yang berbicara. Dia menggebrak meja dan bangkit dari duduknya. Sehingga kini dia berhadapan dengan Sandi yang mulai ikut berdiri juga. Guna melindungi istrinya.
Lena menangis sekarang. Masih dengan memeluk Rena. Karena dia jelas merasa sakit hati sekarang. Meski sebenarnya benar juga. Dia mungkin tidak bisa relate dengan perasan kecewa Jessica karena dia tidak pernah memiliki anak dan dikecewakan begitu besar oleh anak.
"Aku akan sangat menghargai kalau kalian keluar saat ini." ucapan Andra membuat sandi dan Jessica bergegas keluar. Mereka tidak mengatakan apa-apa. Karena takut menyakiti Lena semakin banyak. Mengingat selama ini dia sudah terluka dan mereka enggan menambahnya.
Joanna, dia sudah membuat ancang-ancang ingin pergi juga. Dia sudah bangkit dari duduk tanpa membawa tote bag yang berisi oleh-oleh dari Lena dan Andra. Karena Sandi dan Jessica juga melakukan hal yang sama.
"Kamu mau pergi begitu saja? Tanpa membawa oleh-oleh yang sudah jauh-jauh aku bawakan?" tanya Lena sembari menyeka air mata. Dia menatap Joanna tajam. Tidak berbinar seperti biasanya. Membuat Joanna agak takut sekarang.
"Kamu memang cantik, aku akui. Tapi hatimu busuk sekali. Kamu tidak layak untuk Jeffrey. Kamu tidak berguna menjadi istri. Seharusnya Rena yang Jeffrey nikahi! Bukan wanita gila uang seperti kamu ini!"
"Cukup!" Joanna belum sempat merespons ucapan Lena. Karena Jeffrey sudah bangkit dari duduknya. Berniat membela, karena si istri tidak seburuk itu menurutnya.
"Kenapa Jeffrey? Tante benar, kan? Selama ini kamu tidak bahagia, kan? Bahkan sebelumnya kalian pisah kamar. Lalu kenapa masih dipaksakan? Kalian bisa bercerai saja sebelum terlambat. Masih ada Rena yang sejak dulu kamu cinta. Kamu dulu sering mengatakan itu, kan? Kamu ingin menikahi Rena suatu saat. Ingin membangun rumah yang indah untuk keluarga kecil kalian. Untuk Kevin juga. Taman di rumahmu, itu kamu buat untuk Kevin, kan? Seharusnya mereka yang ada di sana. Bukan dia!"
Joanna yang mendengar itu mulai mengepalkan tangan. Matanya berkaca-kaca dan dia ingin pergi dari sana. Namun egonya begitu tinggi dan ingin melawan. Paling tidak satu kalimat saja sebelum air matanya membanjiri wajah.
"Aku siap diceraikan kapan saja kalau memang Jeffrey menginginkan. Sejak awal Jeffrey dan keluarganya tahu kalau aku memang tidak akan seberguna itu menjadi istri. Aku juga gila uang karena sejak awal memang itu yang aku dan keluargaku incar saat menikahi Jeffrey. Aku tidak akan menentang Jeffrey. Silahkan kalau dia ingin menikahi Rena, tapi bawa dulu aku ke pengadilan!"
Di akhir kalimat Joanna sempat menatap Jeffrey. Pandangan mereka juga bertemu sedetik. Sebelum akhirnya dia benar-benar pergi. Tanpa membawa oleh-oleh yang sejak tadi disimpan rapi di bawah meja dekat kursi
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER
RomantizmJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.