06

818 84 12
                                    

Dulu Arion pernah memiliki sesuatu yang dianggapnya sangat berharga. Lebih berharga dari nyawanya sendiri atau aset keluarga yang selama ini menjadi ambisinya.

Namun dulu Arion bukan orang setia dan tulus. Karena keserakahan dan kelicikannya, Arion harus kehilangan 'sesuatu' itu dengan menyedihkan.

"Tuan, kita sebenarnya sudah hampir sampai tetapi ini sudah hampir mencapai tengah hari, apakah Anda perlu mencari sebuah restoran untuk makan siang sekalian?"

Damien yang duduk di depan, di kursi samping pengemudi memiringkan sedikit tubuhnya dan menoleh ke belakang untuk menatap sang tuan yang sedang melamun di kursi belakang.

Arion tersadar dari lamunannya, matanya mengedip lembut dan menunduk menatap anak kecil yang tertidur di pangkuannya dengan ceroboh.

"Oke, cari tempat untuk makan, Cirrus juga sepertinya telah lapar."

Arion dengan lembut memberi elusan di kepala kecil Cirrus yang sedang tidur nyenyak.

"Oke."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi.

Mobil itu berjalan dalam keadaan hening dan sunyi.

Kembali memandang keluar, Arion lagi-lagi tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Bagaimana jika waktu itu dia tidak menjadi serakah dan lebih memilih untuk mementingkan 'sesuatu' yang berharga itu?

Mata Arion menggelap.

Bukankah seharusnya sekarang dia akan bahagia hidup bersama dengan kekasih yang dicintainya?

Arion bersenandung pelan. Dia menunduk untuk menatap seorang anak yang berada di pangkuannya.

Yah, karena Arion sudah berniat untuk beranjak dan melupakan masa lalu maka semuanya akan mudah.

Tidak ada kekasih yang meninggalkannya.

Hanya ada Cirrus, putra semata wayangnya yang sangat dicintainya lebih dari apapun.

Arion akan bangkit dan berjanji untuk menjalani hidup bahagia sendiri bersama putranya.

-

"Silahkan untuk duduk tuan," kata Damien sambil menyiapkan kursi yang telah dipesan untuk Arion duduk.

"Saya akan pergi ke area pemesanan, apakah Anda memiliki sesuatu yang lain untuk dipesan secara khusus?"

Arion baru saja duduk dengan Cirrus yang digendongnya sedang mengucek mata bulatnya yang mengantuk.

"Tidak, pesan saja sesuatu yang sederhana lalu kita lanjutkan perjalanan."

"Baik."

Mendengar perintah Arion, Damien segera pergi untuk melaksanakan tugas.

"Daddy apakah perjalanan kita masih jauh?"

"Tidak, itu hanya butuh waktu beberapa menit lagi."

Cirrus menunduk, memeluk boneka sapinya lalu mengangguk saja sebagai respon.

"Ah ya sebenarnya daddy ingin membicarakan sesuatu dengan Cirrus."

Cirrus memiringkan kepalanya dengan polos. "Apa itu?"

"Ketika kita pindah daddy tidak bisa bersama dengan Cirrus sepanjang waktu karena daddy harus pergi bekerja, namun daddy sudah mengatur beberapa hal yang bagus untuk Cirrus."

Cirrus menatap Arion dengan tatapan penasaran yang penuh binar.

"Daddy telah mendaftarkan Cirrus ke tempat penitipan anak yang menyenangkan. Cirrus suka bermain 'kan? Nah nanti disana Cirrus bisa bermain seru dengan anak-anak yang lain."

"Ini seperti sekolah?"

"Hampir mirip, hal yang berbeda adalah Cirrus tidak perlu pergi ke tempat penitipan setiap hari selayaknya sekolah."

"Apakah ini akan menyenangkan?"

Arion tersenyum lembut. "Ini akan sangat menyenangkan, apakah Cirrus percaya dengan daddy?"

Anak kecil itu berpikir sejenak lalu mengangguk mantap.

"Cirrus selalu percaya daddy!"

"Itu bagus, kita bisa mencobanya, jika Cirrus tidak nyaman nanti katakan saja kepada daddy dan kita tidak perlu meneruskannya."

Cirrus mengangguk lagi dengan penuh semangat. Dan sebagai balasan untuk anak kecil itu bersikap patuh dan manis, Arion pun mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya penuh penghargaan.

"Haruskah kamu pergi sekarang?"

Arion yang sebelumnya fokus kepada Cirrus entah kenapa tiba-tiba menoleh ke arah lain.

"Ya, ini penting, kembar membuat masalah lagi dan aku harus segera pergi, bisakah?"

"Haish sulit sekali sebenarnya, tapi aku mengerti perasaanmu jadi pergilah biar aku yang menyelesaikan pekerjaanmu."

"Terimakasih banyak! Aku pergi!"

Arion tertegun. Kelopak matanya sedikit bergetar ketika ia melihat sebuah punggung familiar yang entah kenapa membuatnya berdegup keras.

"Daddy?"

Merasa bahwa daddynya sedikit kehilangan fokus, Cirrus pun mulai memanggil.

"Ada apa?" fokus Arion kembali.

"Daddy kenapa?"

Arion terdiam sejenak lalu menatap kembali ke tempat dimana sosok tadi menghilang.

Mungkinkah ini hanya perasaannya saja?

Dalam sekejap Arion menjadi tenang. Dia segera tersenyum dan menggeleng.

"Tidak ada, Cirrus tidak perlu khawatir."

Pada akhirnya Arion hanya menghela nafas berat dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia salah lihat dan mengenali orang.

-

"Sebenarnya mengapa kalian berkelahi seperti itu? Katakan padaku apa masalahmu?"

Alis Rully menukik. Dia menatap tak suka secara terang-terangan kepada sosok bocah laki-laki lain yang menjadi lawannya berkelahi.

"Dia, nafasnya buruk dan busuk, dia terus bicara padaku dengan mulut haramnya dan mengatai papaku pelacur dan kami anak haram!"

Bocah gemuk yang ditunjuk merasa tidak terima, matanya menyala marah dan hendak maju ingin kembali menyerang Rully yang menunjuknya sembarangan.

"Bukankah aku sudah bilang? Aku bukan mengataimu, mengapa kamu harus tersinggung dan memukulku!"

Rully berdecih. Dia melipat tangannya dan bersikap seperti bos kecil yang tidak puas.

"Bagaimana aku tidak tersinggung, kamu mengatai papaku dan aku jelas marah!"

"Sebelumnya kamu juga mengatai mamaku!"

Rully terkekeh sinis. "Siapa? Aku mengatai mamamu? Aku tidak mengatainya aku hanya mengatakan fakta! Mama mu benar-benar seperti penyihir, bagaimana bisa dia menyalahkan papaku atas kesalahan ayahmu yang murah itu!"

"Kamu!"

"Cukup, jangan bertengkar lagi, bagaimana bisa anak-anak kecil seperti kalian sudah belajar memaki dan bergulat seperti petarung liar, huh?!"

Zayn berkacak pinggang.

"Kalian harus menunggu disini, Kak Dandi sudah menelpon orang tua kalian, mereka akan segera datang dan menjemput kalian."

Saat itu sebenarnya Zayn ingin menunggui kedua anak ini sampai orang tuanya tiba tetapi tiba-tiba dia harus dipanggil oleh rekan kerjanya yang lain untuk keluar dan bertepatan dengan itu Dandi datang dari arah lain membawa dua orang di belakangnya yang merupakan orang tua anak yang bermasalah.

---
Tbc

Note : intinya sebenarnya mereka semua itu dekat, cuma takdir ketemunya belum tepat :3

(On-hold) [ABO] Happy Family! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang