Love yourself

13 4 2
                                    

Fan meeting adalah salah satu momen favorit Namjoon. Meski melelahkan, melihat wajah-wajah ARMY yang dipenuhi kebahagiaan selalu memberinya kekuatan baru. Tapi hari itu, ada satu momen yang akan terpatri di hatinya selamanya.

Seorang perempuan melangkah ke arahnya dengan ragu. Matanya terlihat gelisah, tapi ada sesuatu yang begitu dalam di sana—campuran antara luka dan harapan. Ketika ia duduk di hadapan Namjoon, dan menyerahkan albumnya untuk ditandatangani, tangannya gemetar. Saat Namjoon menyentuhnya, ia langsung menggenggam erat tangan Namjoon, begitu erat hingga Namjoon bisa merasakan ketegangan di kulitnya.

“Namjoon-ssi…” suaranya bergetar, hampir tak terdengar di tengah keramaian. Ia menatap Namjoon dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Boleh aku... bercerita sebentar?”

Namjoon mengangguk tanpa ragu. “Tentu. Aku mendengarkan,” jawabnya, memberi isyarat kepada staf untuk memberi kami waktu.

Ia menarik napas dalam, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Aku... dulunya adalah pasien di rumah sakit jiwa,” katanya akhirnya, dengan suara yang nyaris pecah.

Namjoon tetap diam, membiarkannya melanjutkan. Tapi di dalam hatinya, Namjoon merasa terpukul. Kata-kata gadis itu mengguncangnya, namun Namjoon tahu saat ini yang dibutuhkannya bukan belas kasihan, melainkan telinga yang benar-benar mendengarkan.

“Aku mengalami depresi parah setelah bertahun-tahun dicampakkan oleh keluargaku. Mereka bilang aku tidak berguna. Aku beban. Kata-kata itu... menghantuiku setiap hari. Aku mulai percaya bahwa aku memang tidak layak hidup. Hingga suatu malam, aku mendengar lagu kalian, Love Yourself, tanpa sengaja.”

Gadis itu mulai menangis, air matanya mengalir tanpa henti. Namjoon bisa merasakan tangannya gemetar semakin kuat. “Liriknya seperti... mengulurkan tangan kepadaku saat aku tenggelam. Aku menangis sepanjang malam. Tapi untuk pertama kalinya, aku merasa ada seseorang yang mengerti perasaanku. Lagu itu... menyelamatkanku.”

Namjoon meremas lembut tangannya, memberikan isyarat bahwa ia di sini, dan gadis itu tidak sendirian.

“Sejak malam itu, aku memutuskan untuk mencoba bangkit. Aku mulai terapi, meskipun rasanya sangat sulit. Aku mulai menelan semua pil yang aku benci, meskipun rasanya seperti racun. Aku terus mendengarkan lagu kalian—itu menjadi pengingat bahwa aku harus tetap bertahan, bahwa aku layak untuk mencintai diriku sendiri.”

Suaranya pecah, dan Namjoon tidak bisa menahan dirinya untuk ikut merasakan sakitnya.

“Setelah bertahun-tahun, aku akhirnya keluar dari rumah sakit. Aku mulai bekerja, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, dan... aku di sini sekarang. Aku hanya ingin melihatmu dan berkata... terima kasih. Karena tanpa kalian, aku mungkin sudah tidak ada lagi di dunia ini.”

Tangisnya pecah sepenuhnya, dan Namjoon tahu kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan keberaniannya. Perempuan di depannya adalah bukti hidup dari bagaimana musik bisa menyentuh hati seseorang dan menyelamatkannya dari kegelapan.

Namjoon menatap matanya yang penuh air mata, tapi juga penuh dengan keberanian. “Aku... sangat bangga padamu,” katanya akhirnya, dengan suara yang hampir serak. Namjoon menarik napas panjang untuk menahan emosinya sendiri. “Aku tidak bisa membayangkan seberapa berat perjuanganmu, tapi kau melaluinya. Itu semua sudah masa lalu. Jangan biarkan bayangan itu menghantui hidupmu lagi.”

Namjoon meremas tangannya sedikit lebih erat, memastikan ia mendengar setiap kata yang Namjoon ucapkan. “Kau berharga. Kau cantik. Kau kuat bersama kami. Kau sudah berusaha keras hingga sampai ke titik ini. Kau pantas bahagia. Jangan pernah ragu untuk mencintai dirimu sendiri lagi.”

Gadis itu terisak semakin keras, tapi Namjoon melihat senyuman kecil mulai muncul di wajahnya. Namjoon mengambil tisu dari sakuku dan menyerahkannya. “Jangan biarkan air mata itu menghapus senyummu. Kau sudah melampaui banyak hal. Kau adalah bukti bahwa seseorang bisa bangkit dari kehancuran.”

“Terima kasih, Namjoon-ssi,” katanya dengan suara tersendat. “Terima kasih karena kau dan BTS selalu ada untukku.”

Namjoon menggeleng pelan. “Ini semua karena dirimu sendiri. Kau yang memilih untuk bangkit. Kau yang memutuskan untuk bertahan, meskipun dunia terasa berat. Itu semua keberanianmu.”

Waktu kami hampir habis, tapi Namjoon tidak ingin ia pergi tanpa sesuatu yang berarti. Dia menuliskan pesan kecil di albumnya: "You are always enough. Keep loving yourself. - Namjoon."

Saat gadis itu berjalan pergi, Namjoon hanya bisa menatap punggungnya dengan rasa hormat yang begitu besar. ARMY ini telah melewati sesuatu yang tak terbayangkan, namun ia tetap berdiri, tersenyum, bahkan berterima kasih kepadanya. Namjoon teringat lagi mengapa ia mencintai pekerjaan ini, mengapa ia ingin terus membuat musik.

Bukan hanya tentang melodi atau kata-kata. Ini tentang harapan. Dan hari itu, Namjoon merasa bahwa BTS telah menjadi harapan untuk seseorang. Dan itu adalah hal paling berharga di dunia.

*******

Udah pernah liat videonya? Pengin curhat ke Namjoon juga huhuhu...😭

Namjoon ahhhh ... Bogosipda...😭😭

Namjoon paling akhir sih pulangnya...

Uri Leader, Kim Namjoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang