Bab 20. Zeferon kena amuk lagi

222 101 22
                                    

Eugene menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Tangannya perlahan melepaskan genggamannya dari rambut Zeferon. 

Jika dipikir-pikir Zeferon memang telah memberitahunya tentang ini tadi malam. Namun, rasa sakit yang ia rasakan telah membuatnya lupa dan malah menangis tidak jelas di sini.

"Ehhem" Eugene berdehem pelan, mencoba mencairkan suasana.

Tubuhnya bergerak mendekat, lalu ia memeluk Zeferon erat-erat. Tangannya mulai mengelus punggung Zeferon, yang selama ini selalu menjadi sasaran dari amukannya.

Zeferon hanya dapat mematung, matanya membelalak ketika merasakan sentuhan lembut dari tangan kecil istrinya.

Perlahan, tangannya juga ikut bergerak, merangkul punggung Eugene. Bibirnya menyunggingkan senyuman bahagia. Karena, ini adalah pertama kalinya istrinya memeluknya seperti ini.

Saat ini ia yakin, bahwa setelah anaknya lahir pengaruh bau busuk Isodore akan lenyap.

"Zeferon, maaf... apa sakit?" Eugene menyudahi pelukan mereka, lalu beralih mengelus kepala Zeferon dengan lembut.

"Jangan khawatir, Istriku. Sang naga sangatlah kuat!" jawab Zeferon dengan antusias. Ia segera duduk dengan sopan, menyilangkan kakinya, lalu menatap Eugene dengan mata berbinar.

Eugene tersenyum kecil. Entah kenapa, saat ini ia merasa Zeferon terlihat seperti anjing yang menggemaskan, seperti milik tetangganya dulu.

"Zeferon, sekarang di mana anak kita? Bukankah kau bilang mereka sudah menetas?" tanyanya dengan nada antusias, matanya berbinar penuh harap, membayangkan betapa tampan dan cantik anak mereka.

"Mereka sedang di hutan"

"Hutan? Kenapa?" Eugene memiringkan kepalanya, keningnya berkerut bingung, jelas tidak mengerti maksud dari ucapan Zeferon.

"Tentu saja, melanjutkan hidup" jawab Zeferon dengan nada polos, seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

"Hah? Melanjutkan hidup? Zeferon, apa maksudmu? Kenapa mereka berada di hutan? Apakah kau... membuang mereka? ZEFERON, JAWAB!" 

Eugene menatap Zeferon dengan pandangan tak percaya. Saat ini, tangannya terangkat, siap mencekik leher pria itu.

"Istri, tentu saja! Semua telur ular maupun naga, setelah menetas, akan langsung berpisah dengan orang tuanya. Mereka bukan bayi biasa, mereka mewarisi ingatan leluhur! Jadi mereka tidak akan mati" jawab Zeferon dengan nada ragu, tubuhnya kaku saat melihat ekspresi istrinya yang kini berubah seperti iblis.

Mulut Eugene menganga lebar, tidak bisa memproses apa yang baru saja ia dengar. "Zeferon... kau gila! Kau membuang anak-anak kita? Setelah semua susah payah yang kulalui untuk melahirkan mereka, kau malah membuang mereka begitu saja?!" Suaranya melengking, nadanya naik satu oktaf lebih tinggi.

Tangan Eugene yang tadi menggantung kini semakin erat mencekik leher Zeferon. "KAU CARI MEREKA SEKARANG! DAN JIKA MEREKA TERLUKA. PANGERAN INI, AKAN MEMBUNUHMU!"

Zeferon tergagap, wajahnya pucat pasi. "B-Baik... baik, istriku" jawabnya dengan suara serak serta nafasnya terputus-putus. Dengan panik, ia segera menggunakan kekuatan teleportasinya dan segera menghilang. 

Eugene masih berdiri mematung, tangannya terulur ke depan, menggantung di udara. Perlahan, ia menurunkan tangannya dan duduk kembali di kasur.

Napasnya masih terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat. Ia mendongak, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, mencoba menenangkan emosi yang meluap.

Para pelayan yang sedang bekerja di sekitar kamar pangeran terdiam sejenak ketika mendengar teriakan itu.

Namun, seperti sudah terbiasa, mereka hanya bertukar pandang sekilas sebelum kembali melanjutkan aktivitas masing-masing.

[BL] Be A Figuran PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang