Bab 1.5

40 14 7
                                    

0.5. Salahkan keadaan

“Dunia akan beruntung untuk orang yang pandai memanfaatkan keadaan.” Aditya menyeringai saat kembali mengingat kalimat itu. Kalimat yang seharusnya tidak diucapkan oleh lelaki brengsek seperti ayahnya.

Di depannya sekarang ada seorang wanita yang menari tanpa beban. Tersenyum ceria, bagai seekor kucing yang keluar dari sarang berduri. Adit lantas tersenyum menunduk. Menggelengkan kepalanya samar. Pun ikut bergoyang mengimbangi gerakan pinggul Nada yang kini ia pegang.

“Adit makasih!!” ucap wanita itu. Mengalungkan kedua tangannya ke leher Aditya. 

Makes me happy to see you happy ’cause of me,” ucap Aditya, seraya menyelipkan anak rambut ke telinga Nada. Kemudian tangannya turun ke dagu, merebut tatapan Nada agar beralih ke dirinya.

Tak ada atensi dari Nada. Wanita itu malah sibuk memperhatikan seseorang berjas yang menatap tajam ke arahnya.

“Mas Bara?” cekat Nada lirih, “Sebentar, Adit!” Melepas tangan yang sedari tadi mengalung di leher pria itu.

Nada jalan berkelok menghampiri Bara. Adit yang melihat pun mendengus kesal. Ia sapu meja yang berisikan gelas beserta botol kaca. Beruntung tamu Rafi dan Rafinya sendiri sudah pulang beberapa menit yang lalu. Tak payah dia menegur kelakuan Aditya yang mirip dengan ayahnya saat marah.

Semua orang heboh sebab serpihan botol kaca dan gelas bertebaran kemana-mana. Sedangkan Nada malah abai, karena tatapan calon kakak iparnya lebih menakutkan dari pecahan kaca itu sendiri. Ah bukan abai, lebih ketidak tahuan. Jelas kehebohan itu dianggap Nada hanya karena penari eksotis yang tampil memukau tanpa mengenakan sehelai kain sedikitpun.

Nada mendekati Bara, berbisik tepat di telinga. “Please jangan kasih tau Mbak Dara!” pinta Nada.

Meskipun musik disko membendung gendang telinga Bara, suara Nada masuk sangat jelas. “Pulang, Nada!” ucap rendah Bara. 

“Nggak mau!” spontan Nada. 

Tak ada balasan dari Bara. Ia hanya menatap tajam ke arah Nada.

Merasa takut, Nada akhirnya ikut Bara pulang. “Iya udah, Nada pulang. Tapi jangan kasih tau Mbak Dara, ya!”

“Tergantung kamunya, mau nurut atau nggak?” 

Nada mengerucutkan bibirnya kesal. 

“Nggak usah hubungi, Aditya lagi!” perintah Bara.

“Nggak bisa gitu dong, Mas!” protes Nada kesal.

Mereka jalan beriringan menuju tempat parkir. Bara jalan lebih dulu. Tangannya dibiarkan masuk ke dalam saku celananya. Sedangkan Nada, seperti bayi piyik yang tengah merajuk melipat kedua tangan, namun masih mengikuti induknya. 

“Aku sama Aditya baru aja jadian!” ungkap Nada kembali. 

“Saya ‘kan sudah bilang. Dia tidak baik buat kamu!” Bara membuka pintu mobilnya, lalu masuk ke dalam. 

Begitu Nada, ia masuk lalu duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi. “Mas tau darimana? Kalau dia tidak baik?” 

“Dengan mengajakmu ke Pub,” singkat Bara. Memasukkan gigi, dan mulai menginjak gasnya. 

“Dia baik, perhatian, ngasih apa yang aku minta. Dia juga bikin aku bahagia.” Nada masih mencoba mempengaruhi Bara.

“Itu sebuah pancingan,” kata lelaki itu. Pandangannya masih lajur ke arah jalan. “Kalau kamu tidak mau, Mas yang bilang ke Aditya alasan kamu tidak menghubunginya.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Love RewrittenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang