Chapter 31; Masa Ngidam 2

306 43 8
                                    

"Kak! Apa yang kau lakukan?" tanya Kaluna terkejut melihat Honey tengah di dapur.

"Mandi, Kal," jawab Honey singkat.

"Kak! Aku serius ya," Kaluna memburu.

"Ya, masak dong, Diiiik. Masa iya sih aku di dapur senam?" jawab Honey bergurau.

"Aku tidak bercanda ya, Kak. Kak Clay memintamu untuk masak? Keterlaluan sekali ya!" ucap Kaluna kesal hendak menghampiri kakaknya.

"Nah, ini kebetulan sekali tersangkanya datang!" hentak Kaluna.

Clay yang tidak tahu menahu hanya berharap jawaban dari Honey yang hanya tersenyum gemas. Sekali tiga langkah, Kaluna menarik kerah baju dan dasi Clay yang telah rapi. Clay pun tersentak ketika lehernya tertarik.

"Istrimu hamil! Kita punya banyak asisten rumah tangga di rumah ini. Atau kita bisa pesan makanan online!" ucap Kaluna masih menarik kerah kakaknya dengan gigi yang gemertak.

"Apaaaa? Aku tidak paham maksudmu!" jawab Clay berusaha melepaskan cengkraman sang adik.

"Kamu pura-pura bodoh atau memang bodoh, huh?!" bentak Kaluna.

"Kalunaaa. Ini keinginanku, bukan kakakmu yang memintanyaaa," teriak Honey berjalan ke arah kakak-beradik itu.

"Tidak usah membelanya!" tegur Kaluna.

"Lihatlah wajah polosnya itu. Masa iya kau tidak mengenali kejujuran di matanya. Dia bahkan bingung dengan maksud tindakanmu itu," jelas Honey berusaha melepaskan tangan Kaluna.

"Hhhhsss! Jadi ini bukan kau yang meminta, Kak?" tanya Kaluna memastikan.

"Haah? Apa sih? Apa yang kau bicarakan sejak tadi?" tanya Clay bingung sembari merapikan kerah bajunya yang sedikit kusut.

"Kaluna berpikir daddy yang memintaku untuk bangun pagi dan membuatkan sarapan," Honey menjelaskan dengan lembut.

"Lagi pula, apa salahnya kalau aku meminta Honey membuatkanku sarapan?" tanya Clay bingung.

"Dia sedang hamil, kalau kau lupa. Jangan sampai ia kelelahan!" tegur Kaluna.

"Astaga! Aku tidak sebodoh itu, Kalunaaaaaaaa," jawab Clay kesal.

"Tapi kau sering bodohnya kalau sudah berkaitan dengan Kak Honey!" protes Kaluna.

"Ya, tapi kan ..." ucapan Clay terpotong.

"Sering bodoh kan?!" tuntut Kaluna.

"IYA, memang," Clay menyerah pada kebenaran.

"Hahaha! Sudah-sudah. Untung saja dia bodoh kalau denganku, bukan dengan orang lain. Kalau dengan orang, aku yang akan turun tangan langsung, Dik," imbuh Honey.

"Auh. Apa yang akan mami lakukan?" tanya Clay penasaran.

"Kupotong kebanggaanmu itu," bisik Honey kejam.

"Huh!?" Clay refleks menutupi bagian menonjolnya itu dengan kedua tangannya.

Kaluna dan Honey hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Clay yang sungguh polos. Memang benar, hanya dua wanita itu yang mampu membuat Clay terlihat dan bertindak bodoh. Di luar sana, bisa saja ia terlihat seperti predator yang garang dan dingin. Di dalam rumah? Ia hanyalah seorang budak cinta!

...

Honey menjadi orang yang paling fokus mendengarkan penjelasan setiap divisi yang bertugas melakukan persiapan pembuatan sekolah. Sesekali ia juga menyanggah program-program yang menurutnya kuno dan tidak membantu tumbuh-kembang anak. Meskipun demikian, ia tetap menginginkan sekolah yang tidak ketinggalan zaman dengan batasan-batasan yang jelas.

CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang