Satu. Bisikan Angin Perang

114 28 10
                                    

Sejujurnya saja, aku bingung bagaimana aku harus menuangkan ini semua. Apakah aku harus menggunakan sudut pandang orang pertama? Atau haruskah aku memakai sudut pandang orang ketiga? Dilain sisi, dimana aku bingung harus menggunakan sudut pandang apa, aku pun tak tahu harus memulai dengan apa.

Dini hari, dimana disaat seseorang sedang beristirahat dengan tenang bersama dengan seluruh imajinasinya, aku bersama dengan kak Gita dan Ella hanya bisa meringkuk dibawah gempuran hujan peluru. Hari ini, di jam 00:00 subuh, aku dengan kak Gita sudah membuat rencana untuk berjaga secara bergantian. Kami memang sengaja tidak mengajak Ella untuk ikut terjaga, mengingat usia Ella yang masih belum cukup. Walaupun sebenarnya usia kami juga tidak bisa dikatakan cukup, tapi setidaknya fisik kami berdua berada di level yang berbeda dengan Ella.

Kami terjaga saat ini bukan karena keinginan kami. Kami terjaga saat ini karena kondisi yang memang mengharuskan kami untuk terjaga. Aku dan kak Gita tidak tahu kapan rumah kecil milik kami ini akan kembali dibombardir oleh kericuhan. Kami tidak tahu waktu pasti kapan tempat kediaman kami ini beristirahat ini akan diketahui dan diberondong peluru. Aku, kak Gita dan Ella sudah berkali-kali berpindah-pindah tempat untuk beristirahat. Jika ditanya apakah kami lelah untuk terus berlari, dan terus berpindah-pindah seperti ini? Jawabannya sudah pasti, iya! Kami lelah! Namun, ini jauh lebih baik jika dibandingkan kami kembali berdiam didalam panti asuhan militer.

"Kak, kak Gita tidur duluan aja. Nanti kita gantian."

"Apa ga lebih enak kamu aja yang tidur duluan?"

"Engga kak. Lebih enak kak Gita duluan yang tidur. Jadi kalau tetiba ada apa-apa, nanti kak Gita punya energi yang cukup untuk bawa lari Ella."

"Yasudah. Kalau gitu kakak tidur duluan. Kamu langsung bangunin kakak aja, kalau misal ada orang yang tahu kita disini ya."

Setelah mendapatkan tatih dari kak Gita, dan setelah memastikan kak Gita sudah mulai memejamkan matanya. Aku, sebagai orang yang terjaga pun akhirnya berdiri dari tempatku sekarang ini, dan mulai berjalan menuju ke lantai atas bangunan. Aku harus memastikan bahwa tidak ada satu orang pun disekitar kami, karena jika persembunyian kami kembali ditemukan, sudah pasti kami akan kembali diangkut oleh para tentara untuk kembali ke penjara itu! Iya, penjara. Kalian tidak salah dengar.

Penjara yang aku maksud disini ialah, tempat yayasan bagi anak yatim-piatu korban peperangan, maupun mereka yang orang tuanya bekerja sebagai tentara maupun sukarelawan. Ditempat itu, tempat seharusnya dimana anak-anak seperti kami merasa aman. Kami malah makin tersiksa disana. Aku sudah muak dengan bualan keamanan. Baik didalam yayasan, maupun diluar yayasan, itu semua tak ada bedanya! Kami semua tetap merasa tidak aman!

"Tolong tuhan, semalam saja. Semalam saja biarkan kami bertiga unt-"

DUAAAR!

SIAL! SIAL, SIAL, SIAL, SIAL!

"Freya!?"

"Aman kak! Aman! Kakak lanjut tidur aja. Freya aman diatas!"

Aku tahu! Aku sudah tahu! Aku benar-benar tahu kalau kak Gita pasti belum tidur! Aku mengerti bagaimana perasaan seorang kakak yang khawatir terhadap saudari nya. Karena akupun akan melakukan hal yang sama baik kepada Ella maupun kak Gita.

"Kamu beneran gapapa?" tanya nya dari atas anak tangga.

"Aku gapapa. Kakak tidur aja."

"Kalau ada apa-apa, kamu langsung bangunin kakak."

Perang memanglah sebuah hal yang sangat menakutkan. Banyak sekali korban dari sini. Baik itu secara fisik, maupun mental, semuanya. Semuanya benar-benar meninggalkan bekas yang sangat mendalam bagi mereka yang begitu terlibat. Dalam hal yang sempat aku dengar, bahwa perang itu sebenarnya tidak boleh sampai membunuh tenaga medis, sukarelawan, warga sipil, dan lain sebagainya. Semua perilaku itu sebenarnya akan melanggar hukum, dan akan dikenakan sanksi! Namun, pada praktiknya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dentuman Hening Sebuah Ayunan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang