the weeknd & future - Low life
Aku benci keadaan ini, kembali berada pada situasi terkungkung dalam genggaman orang lain...
Dengan jelas terlihat bagaimana cincin pernikahan itu tersemat tepat di jari manisnya, lalu gilirannya yang menyematkan cincin tersebut pada orang yang tak pernah ia bayangkan, Raegan Dewata.
_______
"Baik! Ini dia gadis-gadis baru, yang akan menemani malam panjang kalian. Nikmatilah!" ucap seorang pria berpenampilan seperti wanita itu. Dia dikenal muncikari yang cukup terkenal menyimpan banyak gadis dengan service terbaik.
Ketika muncikari itu pergi, beberapa gadis masuk kedalam ruangan, berbaris seperti pajangan barang ditoko, menunggu sang pelanggan memilih yang terbaik. Dengan pakaian yang terbuka memamerkan keindahan tubuh, Anna merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya.
Terdapat tiga pria paruh baya dengan tatapan yang menjijikkan menatap lapar mereka. Dengan satu gerakan tangan pria itu menunjuk pilihannya dan salah satu dari mereka menjatuhkan pilihan kepada Anna. Namun, yang ditunjuk hanya terdiam saja enggan bergerak mengikuti perintah sang pelanggan.
Spontan pria itu menarik kasar tubuh Anna hingga terjatuh kasar di sofa.
"Dasar! Aku sudah membayar mahal kalian bukan untuk kulihat saja, " Pria itu tanpa menunggu lama langsung merobek atasan Anna, dan menciumi tubuhnya kasar. Gadis itu tak menunjukkan perlawanan, hanya pasrah merasakan bagaimana perlakuan kasar yang diberikan pria itu.
Namun, kegiatan itu mendadak berhenti. Ketika terdengar suara gebrakan pintu yang membuat pria-pria tua itu mengumpat.
"Apa-apaan ini! Siapa bajingan yang beraninya merusak kesenanganku," Umpat pria yang tadi menciumi tubuh Anna, tangan pria itu mendorong kasar kepala Anna lalu berdiri membuka pintu yang masih di gedor kuat.
Gadis itu langsung bergerak ke sudut menutupi tubuhnya yang terbuka. Matanya waspada menatap sekitar.
"Bajingan sialan! Beraninya merusak-" Ucapan itu belum selesai dikeluarkan, bogeman mentah mendarat tepat wajah itu.
Aksi tersebut mengundang teriakan histeris para gadis gadis didalam ruangan itu. Entah apa yang terjadi, pada akhirnya segerombolan pria bertubuh kekar masuk kedalam dan melancarkan pukulan bertubi tubi pada ketiga pria yang beberapa saat lalu masih bersenang senang.
Anna sudah lemas, ia bersender pada dinding itu dan menyaksikan kekerasan didepannya, antara sadar dan tidak sadar, gadis itu melihat siluet pria dengan dengan balutan jas mahal yang melekat pada tubuh bidang itu mendekatinya.
"Oh, aku berjumpa dengan teman lama disini." Pria itu menatapnya girang namun terlihat menakutkan, tangan besar itu menepuk-nepuk pipinya.
"Raegan?!" Nama itu menjadi kata terakhir yang keluar sebelum akhirnya Anna jatuh tak sadarkan diri, kepalanya jatuh menyentuh lantai yang dingin.
Sedangkan Raegan terkekeh sinis, dalam sekejap tatapan itu berubah tajam dan mengintimidasi. Pria itu bergerak duduk di sofa dengan kaki yang saling bertumpu, pandangan yang awalnya memandang Anna yang tak sadarkan diri di sudut sana kembali beralih menatap bagaimana bawahannya memukul kuat pria paruh baya yang sudah bengkak sana sini.
Mengisap pelan rokok mahal ditangannya, dan menyemburkan asap itu hingga mengebul di udara. Seakan tengah menikmati momen ini, Raegan Dewata, ia sangat menikmati momen ini.
"Kau mengatakan aku sedang merusak kesenanganmu kan?"
Dengan terbatuk-batuk, pria paruh baya itu menggeleng pelan. "Tidak tuan, saya tidak bermaksud-" Kalimat itu bahkan berganti menjadi erangan kesakitan yang keluar ketika perutnya ditendang kuat hingga darah segar menyembur dari mulutnya.
"Aku tidak menyuruhmu untuk mengeluarkan suara." Suara berat itu keluar dengan santai, memandang manusia yang terkapar tak berdaya didepannya.
"Sudah berapa lama kau tidak melunasi utang utangmu? Dan malah bersenang senang disini." Sekilas Raegan melirik gadis yang tak sadarkan diri itu.
"Bunuh saja mereka semua." Lanjut Raegan sembari kembali mengisap rokoknya, ia menggoyangkan jarinya meruntuhkan abu yang mengumpul diujung puntung rokok tersebut.
"Jangan, saya mohon. Saya akan memberikan seluruh aset saya kepada tuan!" Pria paruh baya itu berjalan terseok seok, ia memohon sambil memegangi kaki Raegan.
Raegan tertawa keras, "Benarkah?" Pertanyaan yang langsung diangguki oleh pria tua tersebut.
"Baiklah, aku sedikit berbaik hati padamu. Tandatangani ini dan urusan kita selesai."
Langsung saja pria itu menandatangani selembar kertas yang disodorkan padanya. Tangannya bergetar, terdengar desisan dari mulutnya setiap ia bergerak.
Dengan senyum lebar, Raegan menepuk pundak pria tua itu dan berbisik pelan.
"Urusanmu denganku sudah selesai, sekarang tinggal urusanmu dengan malaikat pencabut nyawa yang harus kau selesaikan."
Dengan kasar ia menepis tubuh itu dengan kakinya, Raegan berjalan meninggalkan ruangan itu. Dan membiarkan bawahannya melancarkan aksi.
"Tidak! Tolong aku! Aargh!.. " Erangan-erangan itu menggema memenuhi pendengaran Raegan.
Namun, pria itu dengan santai memainkan tutup pemantik api miliknya sembari bersiul, siulannya terdengar sangat mengerikan karena bergema bercampur erangan kesakitan disana. Raegan berhenti sejenak.
"Jangan lupa untuk wanita di sudut sana, bawa kepadaku."
TBC
Don't forget to vote and comment guys... See u in the next chap by sann 🩷
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE LOVE : The Tension || JAEROSE
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA.. Adult Content!! Over the Love : The Tension || JAEROSE Setelah berhasil keluar dari jurang yang dulu dimasukinya, Anna Sapphira kembali memasuki jurang yang paling dalam. Ia kembali terkungkung dalam genggaman orang lain...