EXTRA 💗

741 108 18
                                    

.
.
.

Author Pov

Ahyeon dan Rora sedang bersantai di hari minggu mereka. Mereka menonton film sambil berpelukan, tangan Ahyeon memainkan perut Rora, kini kegiatan tersebut menjadi favoritnya. Awalnya Rora risih dan selalu kesal. Namun akhirnya ia pasrah dan terbiasa dengan kegiatan Ahyeon itu.

"Ihhh gemes," Kata Ahyeon tiba-tiba sambil mencubit pelan perut Rora. Rora kaget bukan karena cubitan di perutnya namun karena suara nyaring Ahyeon.

"Astaga, ngagetin aja." Rora melotot seraya melirik Ahyeon yang nyengir tanpa dosa. Rora lanjut ngemil keripik kentang dan fokus pada smart tv di depannya. Sedangkan Ahyeon hanyut dengan pikirannya sendiri.

"Rora, kita jadi adopsi anak?" Tanya Ahyeon sambil menusuk pipi Rora. Rora merasa terusik dan melirik istrinya.

"Iya jadi, aku udah hubungi pengurus pantinya." Rora masih melirik Ahyeon yang tersenyum cerah.

"Ayo, aku mau jemput calon anak kita sekarang." Ajak Ahyeon antusias, Rora kaget dan langsung terduduk.

"Sayang? Yang bener aja dadakan gini!" Rora tampak frustasi dan ingin menolak.

"Jadi kamu gak mau?" Ahyeon manyun karena merasa di tolak. Kepala Rora berdenyut, tidak tega melihat ekspresi Ahyeon.

"Aishh, yaudah kamu siap-siap sana. Jangan kelamaan, keburu sore nanti. Kita belanja dulu buat kasih anak-anak panti." Pasrah Rora, ia menghembuskan napas berat.

Sebulan ini mereka memang sudah mendecor kamar untuk calon anak asuh mereka. Ah ralat, calon anak mereka. Mereka mendecor kamar dengan tema princess sesuai keinginan Ahyeon, ia ingin anak perempuan. Rora hanya menurut, apapun kebahagiaan Ahyeon akan Rora usahakan.

Mereka sudah melihat daftar anak-anak panti, namun pilihan mereka jatuh pada balita berusia 2 tahun. Menurut mereka itu umur yang tepat untuk di adopsi. Ada 2 calon anak mereka. Ada bayi gemas bernama Eisa dan bayi pintar bernama Bintang. Mereka akan putuskan saat nanti dipanti.

Selesai berbelanja mereka pun naik ke mobil. Tapi Ahyeon memegang tangan Rora, wajahnya menyiratkan sesuatu.

"Kenapa heum?" Rora yang paham menatap istrinya, ia mengurungkan niat untuk menyalakan mobil.

"Kenapa kita harus belanja dulu, bukannya kita udah donasi dan kasih 'uang tebusan' buat adopsi?" Tanya Ahyeon penasaran.

"Sayang, anak-anak yang akan kita temui nanti tau kita calon orang tua asuh. Mereka tau diantara mereka akan ada yang pergi. Gimana perasaan anak-anak yang masih tinggal? Gimana cara menghibur hati yang merasa ditinggalkan? Merasa tidak diinginkan? Pemberian kita hanya memberi sedikit waktu untuk mereka lupa akan semua itu." Jelas Rora sabar dan lembut, Ahyeon hampir saja menangis. Mereka tau betul rasanya ditinggalkan, tidak diinginkan.

"Aku bangga banget bisa lihat sisi ini dari kamu. Yang bahkan orang lain gak bisa lihat." Ahyeon mengusap pipi chubby Rora dan mengecupnya singkat.

"Udah jangan sedih, bentar lagi kamu kan resmi jadi ibu. Walau lebih mirip ibu tiri sih." Ahyeon masih saja kaget akibat ulah istrinya yang suka asal bicara.

"Mulutnya ih, nyesel tadi muji. Dijaga ya habis ini. Udah mau punya anak." Cerocos Ahyeon, Rora hanya tersenyum dan menyalakan mobil.

"Aku sih lebih cocok jadi kakak, apa dipanggil kakak aja ya?" Rora bermonolog, pasalnya Ahyeon yang kesal hanya bisa mencibir tanpa suara.

Mereka akhirnya sampai ke tempat tujuan, yaitu panti asuhan Pelita Kasih. Mereka disambut oleh pengurus panti dan tatapan anak-anak panti yang sedang bermain. Rora tersenyum dan melambai ramah pada anak-anak tersebut.

Rora membuka mobilnya, ia mengambil beberapa bungkusan dan memberikannya pada pengurus panti dan beberapa anak remaja yang menghampirinya, dibantu Ahyeon tentunya.

"Makasih ya kak." Remaja tersebut tersenyum senang sambil menunduk berkali-kali kepada Rora dan Ahyeon.

Rora tidak bisa menjawab, air matanya jatuh tanpa permisi. Meski terlihat kuat diluar, hati Rora sebenarnya sangat lembut. Bahkan ia lebih sering menangis daripada Ahyeon. Setelah memberi bingkisan, Rora & Ahyeon berjalan ke kamar calon anak mereka. Rora menggenggam tangan Ahyeon saat mata mereka melihat kondisi anak-anak disana.

Ahyeon tau hati Rora kini terasa sakit, jempol Ahyeon mengusap-usap lembut tangan Rora. Ahyeon melirik sedih Rora yang menangis. Merekapun sampai dikamar Eisa dan Bintang. Kamar kecil itu di isi oleh beberapa balita. Mereka melihat kesekeliling.

Ahyeon mulai berinteraksi dengan Eisa dan Bintang. Sedangkan Rora masih menangis, ia mengusap wajahnya yang dipenuhi air mata. Namun secara ajaib Eisa menatap Rora yang sedang menangis. Balita itu menunjuk-nunjuk kearah Rora, padahal Ahyeon sedang memanggilnya.

Rora tidak mengetahui hal tersebut karena pikirannya dipenuhi banyak hal. Eisa berjalan dengan lucu dan disemangati oleh para pengurus panti. Ternyata Eisa menghampiri Rora yang masih melihat isi kamar itu bukan melihat dirinya. Eisa menarik baju di bagian lengan Rora. Hingga Rora akhirnya melihat wajah lucu Eisa.

Deggg...

Rora terdiam dan pikirannya entah pergi kemana untuk beberapa saat. Wajah Eisa mampu membuat hatinya merasakan sesuatu yang tidak bisa Rora jelaskan. Ahyeon yang mengawasi gerak-gerik Eisa siap siaga takut Eisa jatuh.

Ahyeon sangat menyukai baby Eisa karena wajahnya sangat imut. Dia juga sangat girly dan lucu. Ahyeon juga merasakan Eisa menyukai Rora dan ada ikatan batin diantara mereka.

Mereka sekarang sedang ada di ruangan khusus tamu. Ahyeon juga sudah memberi tau pengurus panti jika mereka akan mengambil Eisa. Sebaliknya Rora lebih banyak diam. Mereka sedang menunggu berkas yang diperlukan dan tentu baby Eisa yang sedang berkemas.

Ahyeon menggenggam tangan Rora, menyalurkan kehangatan pada orang yang sangat berarti dalam hidupnya tersebut. Rora menoleh dan mendapati senyuman teduh dari Ahyeon, dan itu mampu menghangatkan hati Rora.

"Hai baby Eisa, ini Mommy." Ucap Ahyeon yang antusias saat melihat Eisa. Ia langsung berdiri dan mengambil Eisa dari gendongan salah satu pengurus panti.

Rora juga ikut berdiri dan mengambil tas yang diberikan, juga mengambil amplop coklat diatas meja. Mereka menunduk dan mengucapkan terimakasih pada para pengurus panti.

Mereka berjalan keluar dan menuju mobil, selama berjalan Eisa melihat ke arah Rora. Ahyeon menyadari itu, anaknya sangat menyukai Rora.

"Itu momma, iya aneh emang baby tapi panggilnya begitu ya." Ucap Ahyeon lembut. Rora hanya tersenyum.

"Kamu gak papa sama kondisi Eisa yang speech delay?" Tanya Rora pelan takut menyakiti Ahyeon. Ahyeon cepat-cepat menggeleng.

"Mungkin Eisa hanya kurang simulasi atau latihan, atau bisa juga kekurangan gizi. Aku bakal kasih Eisa dokter yang terbaik di dunia kalau perlu." Ucap Ahyeon menggebu, Rora tersenyum lagi. Istrinya benar-benar sudah siap jadi ibu, jadi Rora tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.

"Baiklah, sekarang kita akan pulang ke rumah Eisa yang baru." Rora berkata kearah Eisa yang tersenyum padanya.

"Puyang?" Kata Baby Eisa.

"Iyaa, kita pulang babyy." Jawab Ahyeon riang.

Rora sangat bahagia, tidak disangka bertemu dengan Eisa menyatukan semua kepingan impian dalam hidup Rora. Seperti puzzle-puzzle kebahagiaan Rora sudah tersusun rapih. Rora berjanji akan melakukan apapun untuk mempertahankan kebahagiaannya ini.

FINAL

COUPLE GAJE - ROYEON PINKSOZ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang