52

100 14 2
                                    

Malam semakin larut di rumah keluarga Zhang. Ketenangan luar hanya topeng bagi badai yang bergejolak di dalam hati masing-masing anggota keluarga. Di kamar, Zuohang duduk memeluk lututnya di tepi ranjang. Pandangannya tertuju pada jendela, namun pikirannya jauh melayang.

"Zimo... Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" gumamnya pelan. Kata-kata Junhao tadi siang masih terngiang di kepalanya. Zimo tahu terlalu banyak tentang keluarganya—termasuk rahasia yang selama ini mereka simpan rapat-rapat.

Sementara itu, di ruang kerja yang sunyi, Zhixin dan Zhangji duduk saling berhadapan. Berkas-berkas berserakan di atas meja, kebanyakan catatan lama tentang keluarga Zhang. Zhixin memandang serius pada sebuah foto tua yang menunjukkan ayah mereka berdiri bersama beberapa orang asing.

"Lihat ini," ujar Zhixin sambil menunjuk salah satu wajah di foto. "Kau ingat siapa dia?"

Zhangji memperhatikan dengan seksama. "Sepertinya aku pernah melihat wajah ini... Tunggu, ini..."

"Ya," potong Zhixin cepat. "Pria ini adalah ayah Zimo."

Zhangji terkejut. "Bagaimana kau tahu?"

Zhixin mengangguk pelan. "Aku mencari tahu. Ayah kita dan ayah Zimo pernah bekerja bersama di masa lalu. Tapi ada sesuatu yang salah. Aku menemukan dokumen yang menunjukkan bahwa hubungan mereka tidak berakhir baik."

Tatapan Zhangji mengeras. "Kau pikir ini ada hubungannya dengan Zimo sekarang?"

"Sudah jelas," jawab Zhixin tegas. "Zimo tidak mungkin hanya kebetulan mendekati Zuohang. Dia pasti punya tujuan tertentu."

Di saat yang sama, Junhao kembali dari kamar Zuohang dengan ekspresi cemas. "Gege, aku khawatir tentang Zuohang. Dia terlihat semakin gelisah."

Zhixin menghela napas panjang. "Aku tahu. Tapi kita harus tetap fokus. Kita perlu tahu lebih banyak tentang siapa sebenarnya Zimo dan apa yang dia inginkan."

.

.

.

Keesokan paginya, suasana tegang terasa di meja makan. Zuohang tampak lelah, sementara Zhixin dan Zhangji berusaha untuk tetap tenang. Hanya Junhao yang tampak lebih gelisah dari biasanya.

"Junhao," panggil Zhixin tiba-tiba. "Kau bilang Zimo sering ada di ruang guru, bukan?"

Junhao mengangguk. "Iya, aku pernah melihat dia mengakses komputer di sana. Tapi aku tidak tahu apa yang dia cari."

"Kalau begitu, kita perlu menyelidikinya lebih jauh," ujar Zhixin dengan nada penuh tekad.

Zhangji menatap Zuohang yang masih diam. "Zuohang, kau harus lebih berhati-hati. Jangan pernah pergi ke tempat sepi sendirian, terutama di sekolah."

Zuohang tersenyum tipis. "Aku akan berhati-hati." Namun di dalam hatinya, ia merasa cemas. Ia tahu ancaman ini tidak hanya menyangkut dirinya, tetapi juga seluruh keluarga Zhang.

.

.

.

Setelah sarapan, Zhixin dan Zhangji memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang keluarga Zimo. Mereka menghubungi seorang kenalan lama ayah mereka, seorang pria bernama Tuan He.

"Zimo? Nama itu terdengar asing," kata Tuan He di telepon. "Tapi jika dia anak dari pria yang aku pikirkan, maka kau harus sangat berhati-hati."

Zhixin mempererat genggaman ponselnya. "Apa yang Anda maksud, Tuan He?"

"Ayah Zimo dulu memiliki dendam besar terhadap keluarga kalian. Aku tidak tahu detailnya, tetapi ada peristiwa yang membuat hubungan mereka retak. Jika Zimo tahu tentang itu, dia mungkin sedang merencanakan sesuatu."

Zhixin menutup telepon dengan wajah serius. "Ini lebih buruk dari yang kita duga."

Zhangji mengangguk. "Kita harus memastikan bahwa Zimo tidak bisa melangkah lebih jauh."

.

.

.

Sementara itu, di sekolah, Junhao diam-diam mengamati pergerakan Zimo. Ia melihat Zimo berbicara dengan seorang pria asing di dekat gerbang. Percakapan mereka tampak serius, tetapi Junhao tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Ketika pria itu pergi, Junhao mendekati Zimo. "Zimo, aku ingin bicara."

Zimo berbalik dengan senyum tipis. "Junhao, kau selalu penasaran. Ada apa kali ini?"

Junhao mencoba tetap tenang. "Apa yang kau inginkan dari Zuohang gege?"

Zimo tersenyum dingin. "Ah, pertanyaan yang menarik. Tapi aku rasa kau belum siap untuk mendengar jawabannya."

Jawaban itu membuat Junhao semakin yakin bahwa Zimo memiliki niat jahat. Namun sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, Zimo pergi begitu saja, meninggalkan Junhao dengan seribu pertanyaan.

.

.

.

Malam itu, Junhao menceritakan apa yang terjadi kepada Zhixin dan Zhangji. Zhixin terlihat semakin gelisah. "Kita harus bertindak cepat. Zimo sudah terlalu jauh."

Zuohang, yang mendengar percakapan mereka, akhirnya angkat bicara. "Kalian tidak perlu terlalu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

Namun, Zhixin menatapnya tajam. "Ini bukan hanya tentangmu, Zuohang. Ini tentang kita semua. Kita harus melindungi satu sama lain."

Zhangji mengangguk setuju. "Kita tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu, Zuohang."

Zuohang merasa terharu, tetapi juga cemas. Ia tahu bahwa perasaan mereka bertiga akan diuji dalam situasi ini. Rahasia yang selama ini mereka simpan rapat-rapat bisa terbongkar kapan saja, dan itu bisa membawa bencana bagi semuanya.

.

.

.

Keesokan harinya, Zhixin mengatur rencana. Ia menghubungi beberapa kenalan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Zimo. Zhangji bertugas untuk mengawasi pergerakan Zimo di luar sekolah, sementara Junhao terus memantau Zimo di dalam sekolah.

Zuohang, meskipun ingin membantu, diminta untuk tetap di rumah. "Keselamatanmu adalah yang utama," kata Zhixin tegas.

Di saat yang sama, Zimo mulai menyusun langkah berikutnya. Ia tahu bahwa keluarga Zhang mulai mencurigainya, tetapi itu tidak menghalanginya. "Semakin mereka mencoba melawanku, semakin mudah bagiku untuk menghancurkan mereka," gumamnya dengan senyum licik.

.

.

.

Ancaman Zimo semakin nyata, tetapi keluarga Zhang tidak akan tinggal diam. Dengan tekad yang kuat, mereka bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Namun, di balik semua itu, hubungan rahasia di antara Zhixin, Zhangji, dan Zuohang menjadi semakin rumit.

Mereka tahu bahwa cinta mereka bisa menjadi kekuatan terbesar, tetapi juga kelemahan paling fatal.
















Halo semuanya. Min kembali lagi. Semoga masih ada yang menunggu cerita ini. Oh iya, dua chapter lagi cerita ini akan berakhir. Jadi kalian mau double up untuk chapter berikutnya atau tidak? Pokoknya jangan lupa vote dan comment. Sampai jumpa lagi.

Transmigrasi ZuohangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang