Saving You⚠️

1.3K 124 11
                                        

⚠️ Terdapat kata-kata yang mengandung unsur kekerasan, umpatan, dan penggambaran kekerasan fisik. Pembaca dimohon kebijakannya.



Drrrrt... Drrrrrt...
Drrrrt... Drrrrrt...
Drrrrt... Drrrrrt...

Yibo melihat ponselnya bergetar dan menunjukkan nama kontak 'Dr. Sean🫀'. Ia segera mengangkat telepon itu.

"Iya, Halo?"

"Wang Yibo tolong a- MMM!"

Wang Yibo membelalakkan matanya dengan syok. Samar-samar ia mendengar suara Zhan yang mulutnya ditutup paksa.

"HEI! ZHAN! ZHAN KAU KENAPA?! KAU DI MANA?!" Teriaknya dengan panik.

Orang-orang di dalam ruangan divisi narkotika semuanya menoleh dan memperhatikan Yibo yang menelepon dengan ketakutan. Liu Haikuan mendekatinya dan membuat isyarat bertanya 'ada apa' tanpa suara.

Wang Yibo yang panik tidak bisa menjawabnya.Tapi Liu Haikuan yang paham langsung mengajaknya pergi ke tempat Ji Li untuk melacak teleponnya. Mereka memasang mode loudspeaker agar pembicaraan itu bisa direkam.

"Kau dengar itu tadi Pak Polisi? Itu tadi suara istrimu yang cantik. Kalau tidak salah dia ini seorang dokter bukan?"

"JANGAN BERANI-BERANI MENYENTUHNYA ATAU AKU AKAN-"

"Akan apa, Pak Polisi? Kami hanya memanfaatkan sedikit kecantikannya, sebelum kami menjualnya ke pasar gelap. Beruntung jika dia dibeli utuh, kalau hanya sebagian dari dirinya yang diambil, yah, setidaknya dia bisa jadi boneka awetan. Hahahaha."

"BAJINGAN! AKAN KUPOTONG TANGANMU JIKA BERANI MENYAKITINYA WALAU HANYA SEUJUNG KUKU! AKU AKAN MENGEJARMU SAMPAI KE DASAR KERAK NERAKA SEKALIPUN!"

Wang Yibo begitu emosional ketika mendengar kata-kata penjahat itu. Ia melirik ke arah Liu Haikuan dengan gugup. Seniornya memberi isyarat untuk mengulur waktu atau membuat kesepakatan agar mereka bisa menyusun rencana penyelamatan Sean Xiao.

"Kau tidak akan bisa mengejarku. Selalu seperti itu. Ketika kau datang ke tempat ini, wajah cantik istrimu sudah terlelang pada pembeli kami. Entah jadi pelacur, jadi budak, atau matanya yang indah, hati dan jantungnya sudah jadi milik orang lain. Kecuali..."

Yibo berusaha sebisa mungkin mengendalikan emosinya demi mengulur waktu. Tangannya mengepal sampai buku-buku jarinya memutih dan pembuluh darahnya terlihat jelas menonjol dari balik kulit putih pucat itu.

"Kepar*t! Apa maumu?!"

"Kau melepaskan orang-orang kami dan mengembalikan 'barang-barang' milik kami. Kau sendiri. Tidak ada polisi lain, tidak ada senjata. Kalau kau membunuh orang-orang kami, yah, dokter cantik ini sudah terbiasa dengan sayat menyayat bukan?"

Ji Li memberi isyarat bahwa pelacakan sudah selesai pada Liu Haikuan dan Wang Yibo. Yibo segera membuat kesepakatan pertukaran agar dapat segera menolong Zhan yang hidupnya berada di ujung tanduk.

"Baiklah. Baiklah, bangs*t! Kapan? Di mana? Tunjukkan wajah sialanmu itu di depanku!"

"Ohoho, sabarlah. Kalau kau tidak sabar, konsekuensinya akan ditanggung oleh istrimu ini. Kita bertemu di Dermaga Dong Yi, pukul dua malam ini. Kalau kau membawa teman, aku akan sedikit menyakitinya, dan kalau kau terlambat, aku sudah menjualnya pada pelelang tertinggi, dan kau tidak akan bisa menemukannya lagi."

Wang Yibo menarik napas dan berusaha untuk tenang. Ji Li sudah tahu keberadaan mereka dan ia sudah mendapatkan apa yang mereka mau. Ia menyetujui kesepakatan itu sesuai arahan Liu Haikuan.

"Baiklah, bangs*t. Sampa jumpa di dasar neraka," katanya dengan penuh amarah.

Yibo menutup teleponnya dan meletakkannya di atas meja. Ia berjalan sambil mengusap mukanya dengan frustrasi. Baru beberapa langkah ia berjalan mendekati Liu Haikuan, kakinya mendadak lemas dan matanya berkunang-kunang. Orang-orang menghampirinya dan mendudukkannya di kursi lalu mendorongnya ke luar menuju ruang kesehatan.

"Tenangkan dirimu dulu. Kita pasti bisa menyelamatkannya. Bernapaslah dengan baik," kata Polwan Yu sambil membantu menyalurkan oksigen dari tabung ke alat bantu pernapasan yang sedang dipasangkan oleh Ji Li. Liu Haikuan menyetel agar sandaran kursi itu lebih datar agar Yibo sedikit lebih tenang.

Yibo terdiam. Air mata menetes dari sudut matanya dengan perlahan. Ia memikirkan bagaimana Xiao Zhan akan diperlakukan di sana, bagaimana keselamatan anak yang ada di perutnya. Nyawa mereka terancam sementara Yibo di sini tidak bisa berbuat banyak.

"Senior-senior..., istriku... anakku...," racaunya sambil terus mengeluarkan air mata.

"Kau jangan khawatir, aku sudah menghubungi kepala divisi kita dan kepolisian setempat, kita akan menyelamatkan mereka," kata Liu Haikuan mencoba menenangkannya.

Wang Yibo tiba-tiba bangkit dan mencoba melepas alat bantu pernapasannya. "Aku harus segera menghampiri baj*ngan itu dan menghabisi-"

"Hei, hei! HEI! Detektif Wang!" Kata Liu Haikuan sambil berusaha menahan tubuh Yibo agar tidak banyak bergerak selagi ia masih syok.

"Kuasai dirimu dulu! Kita akan menyusun rencana penyelamatan keluargamu, kita tak bisa datang ke sana dengan gegabah! Ayolah, kita akan menyeret mereka ke neraka, tapi hanya setelah kau tenang! Tenangkan dirimu, kau tidak sendirian. Kami ada di sini untuk membantumu, oke?"

Yibo mengangguk lemah. Ia tahu yang dikatakan Senior Liu itu benar. Ia harus segera menenangkan diri dan bangkit kembali. Banyak pihak yang akan terlibat dalam kasus ini dan ia tidak akan bertindak bodoh. Ada Zhan, dirinya, dan teman-temannya yang harus dipertimbangkan, tapi tujuan mereka sama yaitu menyelamatkan Zhan dan meringkus jaringan narkoba dan perdagangan orang itu.







Zhan membuka matanya perlahan. Pelipisnya terasa sakit, mungkin karena pukulan yang tadi diterimanya. Perutnya terasa mual karena mencium bau obat-obatan.

Ia tak punya cukup tenaga karena belum sempat makan dan sudah beberapa kali hampir muntah sampai tak ada lagi sisa makanan yang mengisi perutnya.

Ruangan tempatnya dikurung begitu gelap dan hanya ada satu sumber cahaya dari lubang ventilasi yang terlalu tinggi. Tangannya terikat di belakang dan ia tidak bisa bergerak leluasa.

Ia menggerakkan tangannya dengan lemah, lalu merasakan ada sebuah batangan dari dalam jas putih miliknya yang sudah penuh noda. Ia segera menggeser-geser posisinya sedemikian rupa agar resleting dalam jas putih itu terbuka.

Dan tentu saja, menjadi dokter bedah tidak akan lengkap tanpa peralatan yang memadai. Sebuah pisau bedah lama yang sengaja disimpannya untuk berjaga-jaga, terjatuh di dekat kakinya. Beruntung ia mengikuti saran suaminya yang jelas terlatih dalam hal-hal seperti ini.

Zhan segera memotong tali pengikat tangannya dan menyembunyikan kembali pisau bedah itu. Ia memasang tali dengan asal-asalan ke tangannya supaya orang-orang itu tidak curiga.

Saatnya sedikit sandiwara, batin Zhan.

Ia memposisikan dirinya meringkuk dan mengambil napas untuk mengumpulkan tenaga. Ia akan sedikit melakukan 'pembedahan ilegal' demi menyelamatkan dirinya selagi menunggu Yibo dan para polisi datang ke sana.

Satu... Dua... Tiga...

"TOLOOONG!! TOLONG KANDUNGANKUUUU!! AAAAAARGH!!! SIAPAPUN TOLONG KANDUNGANKUUUU!!"

Zhan menjerit dan berteriak seakan-akan ia kesakitan. Seseorang dari luar pintu segera membuka ruangannya dan berlari mendekatinya yang sedang meringkuk. Saat kepala mereka cukup dekat, Zhan dengan segera berteriak lebih keras dan menusukkan pisau bedahnya ke arah pita suara orang itu dan mencabutnya dengan cepat.

Ia segera melumpuhkan orang itu dan memutuskan jalur pernapasannya dengan efektif.

Oh My Heart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang