71

345 41 3
                                    

Ini bab 71 ya kaka..

***

"Clarissa?" sapa Yogi.

Rei jelas mengenali Siapa perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Dan itu adalah wanita yang waktu itu bersama Yogi di klub.

"Hari ini kita jadi ngomong kan Mas? Aku kan mau ada bahas sesuatu sama kamu, Aku mau ingetin mungkin kamu lupa?" Clarissa berjalan mendekat dengan senyum yang manis.

Deff melirik ke arah Rei yang terdiam. "Kamu ngomong sama aku kan?" ajak Deff.

Rei menatap Deff. Ada rasa cemburu yang dirasakan ketika Clarissa berjalan mendekati Yogi, "Aku mau pulang."

"Aku anterin kamu." Yogi menyahut cepat, menatap Rei.

"Aku mau pulang sendiri. Kelihatannya kamu punya urusan penting sama mbak ini." Rei sambil tersenyum tidak ingin menunjukkan kecemburuan ataupun amarahnya. Ia lalu berjalan tertatih meninggalkan tempat itu.

Deff mengejar mantan istrinya, dia merasa masih ada yang harus dibicarakan setelah apa yang ia katakan tadi pada wartawan. Ini juga adalah caranya untuk bisa mendekatkan diri kembali dengan Rei. Dia menggenggam tangan Rei, membuat langkah wanita itu terhenti.

Yogi baru saja mau mengejar, sebelum Clarissa menggenggam tangan pria itu.

"Kamu mau ke mana Mas? Kita mau bahas sesuatu yang penting loh? Kita kan udah bikin janji kemarin?" Clarissa mendesak agar Yogi tidak meninggalkannya saat itu juga.

Yogi menatap genggaman tangan Clarissa pada pergelangan tangannya. Dia kemudian melepaskan itu dengan perlahan. "Aku minta maaf banget Clar, tapi aku benar-benar harus ngomong ke Rei, calon istri aku. Aku nggak mau dia salah paham sama hubungan kita, dan aku ngerasa dia cemburu karena melihat kamu hari ini. Sorry sorry banget, aku tau bisnis ini penting, tapi perasaan perempuan yang aku sayang itu juga jauh lebih penting."

Clarissa terdiam, jujur saja ia sangat mengagumi perangai Yogi yang ini. Begitu bisa menjaga perasaan wanitanya dan sedikit menyesal juga karena dia dulu menolak Yogi. Namun, akhirnya dia membiarkan Yogi untuk meninggalkan tempat itu.

"Ya udah, kalau gitu aku akan tunggu kamu besok. Kita ketemu lagi ya, kamu jangan lupa aku akan ke sini ke kantor kamu besok Mas."

"Oke, kamu atur aja waktunya. Aku akan kabarin kamu lagi nanti." Setelahnya Yogi berjalan meninggalkan itu untuk segera mengejar Rei dia tidak mau dia mendahuluinya dalam hal apapun termasuk merebut kembali hati Rei.

Di sisi lain Rei juga menjadi kesal karena Deff terus saja menahan langkahnya.

"Apalagi sih Mas? Apalagi yang mau diomongin? Nggak puas kamu udah bikin aku malu di depan orang kayak gitu?" Rei bertanya suaranya bergetar menahan marah yang dia rasakan. Ia berusaha melepaskan genggaman tangan dan berjalan meninggalkan Deff.

Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat para wartawan Yang sepertinya masih berusaha meminta konfirmasi lagi. Mereka masih berdiri di depan lorong, dekat dengan pintu keluar. Deff sedikit menarik tangan Rei, kemudian mengajaknya untuk masuk ke pintu darurat.

Keduanya masuk ke sana, Rei berusaha meredakan marahnya, dia menyandarkan tubuhnya di tembok. Menutupi wajahnya. Deff tahu dan sangat mengerti kalori sedang marah sekali. dia memilih berdiri berhadapan dengan mantan istrinya. Pria itu kemudian menggenggam tangan Rei, berusaha membuka tangan yang menutupi wajah Rei.

"Aku sengaja ngomong kayak gitu, karena aku tahu lambat laun semua juga pasti akan tahu masalah mengenai hubungan kita berdua. Jadi, daripada orang lain yang bicara lebih baik aku." Deff menjelaskan alasannya mengapa ia memilih untuk mengatakan kebenaran kepada para wartawan saat ini juga.

Rei menatap dengan heran kemudian menggelengkan kepalanya. "Kenapa harus sekarang? Ini kan tentang produk kita? Seharusnya fokus ke produk bukan tentang hubungan kita berdua."

"Kamu nggak denger wartawan udah nanya sampai beberapa kali? Berarti mereka udah tahu ada sesuatu, dan aku juga nggak ngerti mereka tahu dari mana. Aku takut malah ada isu yang enggak-enggak. Bisa aja mereka bikin gosip kalau kamu selingkuh dari aku, kamu selingkuh sama Pak Yogi, dan itu bakal bikin nama kamu jelek. Aku itu cuman coba ngelindungi nama baik kamu aja kok."

Rei menatap Bumi menyelidik, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh mantan suami itu. tapi tetap aja semua masih sulit untuk diterimanya.

"Terserah kamu lah, aku nggak mau di sini aku mau pulang."

"Biar aku anterin kamu mau pulang?"

"Enggak, aku mau pulang sendiri."

"Sama aku aja. Aku nggak mau kamu pulang sendiri, aku juga khawatir kalau kamu pulang sendiri. Lagian aku yakin di luar wartawan masih nungguin kita. Gini aja, kita turun berdua, habis itu aku ambil mobil aku kita keluar dari pintu belakang, terus aku nanti jemput kamu di sana gimana?"

Sementara itu di sisi lain, Yogi berjalan keluar mencari Rei yang tak dia temukan. berhadapan dengan para wartawan yang sibuk sekali mencari tahu dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya mengenai hubungan sang fotografer dan model terbaru mereka.

"Sorry, sorry." Yogi menolak semua pertanyaan dia tidak akan menjawab apapun saat ini karena ia harus berpikir jernih untuk menjawab.

Saat itu ponselnya berdering segera saja dia menerima. "Ya halo sayang?"

***

"Gimana Jil?" Clara bertanya pada Strawberry yang sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Anak itu tadi berpura-pura sakit perut. Kemudian karena Clara menjadi teman sekelasnya, Clara mengantarkan Strawberry menuju ruang kesehatan sekolah. Bebe memang diizinkan membawa ponsel, yang biasanya selalu dikumpulkan oleh guru di saat mereka sedang belajar. Dan ponsel itu boleh diambil kembali ketika pulang, untuk menghubungi orang tua mereka masing-masing, atau guru mereka yang meminjamkan ponsel jika ada anak yang tidak membawa saat itu.

"Katanya nanti Papi Yogi mau jemput aku." Bebe menjawab pertanyaan sahabatnya itu dengan antusias.

Bebe menerima saran dari Clara untuk berpura-pura sakit kemudian menghubungi Yogi. Clara berpikir kalau Yogi mau diganggu saat bekerja, berarti pria itu benar-benar menyayangi Bebe. Bebe lalu setuju dengan pendapat yang diberikan oleh Clara. jadi saat jam pelajaran masuk tadi, Dia berpura-pura sakit dan meminta Yogi untuk menjemputnya itu juga dengan persetujuan dari guru.

"Berarti Papi Yogi itu sayang beneran sama kamu Jil. terus Papi bumi gimana? Kamu udah telepon belum Jil?"

Bebe menggelengkan kepalanya. "Aku nggak punya nomor handphonenya. Ada di handphonenya Mami, kemarin itu tukaran nomor, tapi Mami nggak ngebolehin Papi bumi nulis di HP aku."

"Kalau gitu kamu harus cari tahu hp-nya Papi bumi dulu. Baru kamu bisa ambil keputusan Jil." Clara mengatakan lagi, sambil meminum teh manis yang seharusnya dibuatkan untuk Bebe.

Bebe hanya gelengkan kepalanya, karena dia tahu kalau Clara itu memang pecinta teh sejati.

"Kalau seandainya Papi Bumi mau datang juga, gimana?"

Clara terdiam sejenak titik dia juga sepertinya menjadi bingung. "Ya suruh aja Mami kamu nikahin dua-duanya." Clara kemudian tertawa.

"Clara ih!" kesal Bebe.

***

Maaf ya kak ceritanya jadi terbalik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya kak ceritanya jadi terbalik. Jadi aku salah copy paste kemarin, harusnya kemarin bab 72 malah aku post di bab 71😭😭😭 jadi ini bab 71. Mohon maaf kaka

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

one night stand with janda Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang