12. Terungkap

280 57 13
                                    




 ¯ Klandestin ¯





Asa menundukkan kepalanya singkat saat mendengar sapaan dari karyawan kantor Ayahnya. Dua hari sebelumnya ia memang diminta sang Ayah untuk datang dan belajar sedikit mengenai perusahaan mereka. Kakinya melangkah tegas menuju lift, menekan angka dimana ruangan sang Ayah berada.

Asa tersenyum tipis begitu memasuki ruang kerja sang Ayah. Kilasan bayangan kembali seperti ia lihat secara langsung lagi. Dulu, setiap pulang sekolah ia pasti dititipkan di ruangan Ayahnya. Bermain bersama walau sang Ayah begitu sibuk dengan tumpukan kertas di hadapannya. Terkadang sang Ibu juga ikut berkumpul, lalu kedua orang tuanya akan bermesraan dan selalu Asa ganggu dengan cara menyelip di antara tubuh pasangan yang selalu dimabuk asmara itu.

Kakinya kembali ia langkahkan menuju meja kebesaran Enami's Group. Perasaan hangat melingkupi dadanya. Senyumannya semakin melebar. Bagaimana tidak? Ternyata di atas meja itu terdapat figura kecil yang berisi dua orang dewasa dan satu anak kecil dengan gigi kelinci. Lalu gambar acak-acakan khas anak kecil tertempel di pojok meja. Itu karya gambarnya saat berumur 6 tahun.

Semakin ia menyusuri tempat itu, semakin banyak kenangan yang muncul di benaknya. Suara-suara yang terdengar begitu nyata mampu membuat dirinya bernostalgia. Dan kala itu, suara ketukan pintu berhasil menginterupsinya. Sontak saja Asa berjalan dan membuka pintu.

"Tuan—oh! Selamat Siang Nona Asa!" Sapa pegawainya saat menyadari bahwa Nona Muda mereka yang membukakan pintu. "Sudah lama sekali Nona tidak datang ke perusahaan. Apa kabar?"

Asa tersenyum tipis, "Cukup Baik,"

"Syukurlah. Oh iya, ini berkas untuk Tuan Yoon dari Sekretaris Lee." Ucap pegawai itu sembari menyerahkan sebuah map kepada Asa.

Asa menerimanya, "Terima kasih. Apakah ada yang perlu disampaikan ke Papa?"

"Tidak ada Nona Muda. Saya izin kembali bekerja, ya."

"Terima kasih, semoga harimu menyenangkan!"

"Terima kasih Nona Muda, semoga hari Anda menyenangkan juga!"

Sepeninggal pegawainya, Asa membawa map tersebut ke meja sang Ayah. Ia juga membereskan meja sang Ayah yang terlihat berantakan. Namun netranya tak sengaja menangkap logo yang cukup familiar, logo sekolah barunya.

Entah kenapa rasa penasarannya begitu besar kali ini. Dengan berani ia meraih kertas tersebut lalu membaca isinya.

"Rora?" Gumannya saat membaca identitas yang tertera pada kertas tersebut. Kemudian tangannya membalik kertas di belakangnya yang juga berisikan informasi pribadi satu orang lainnya, "Rami?"

Asa diliputi rasa penasaran begitu membaca keterangan di bawahnya, Penerima Beasiswa Enami's Group.

Sejauh yang Asa tau, Enami's Group tak pernah memberikan beasiswa dengan mudah. Dan biasanya juga mereka hanya memberikan beasiswa untuk mahasiswa perguruan tinggi, bukan anak sekolahan seperti Rora dan Rami. Jadi otaknya terus memikirkan alasan apa yang membuat keduanya menerima beasiswa ini.

Tanpa ia perintahkan, tangannya bergerak meraih map yang sebelumnya berisi identitas keduanya, berusaha untuk mencari informasi lain yang bisa menjawab rasa penasarannya. Namun pada saat itu tangannya tak sengaja menyenggol map yang baru saja ia terima sebelumnya, hingga mengeluarkan isi di dalamnya.

Klandestin | Asa X RoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang