Dua Kabar

11 1 0
                                    

Major: VerKwan + JunHao

p.s: cape bikin warning, mending kalian read it with own risk aja ya wkwk. Enjoy it!




Nggak kerasa setelah kabar bahagia yang dibawa sama Seungkwan dan Minghao, bisa dibilang, mereka ini anaknya cikal-bakal bungsu di generasi ini. Karena yaa, namanya juga hamil belakangan, ya lahirnya juga belakangan kan?

Nah, apalagi setelah Seungkwan ketauan hamil, wah semua media langsung ngabarin soal ini dan dengan sangat terpaksa, dia harus hiatus. Semuanya demi kesehatan mereka semua. Apalagi Hansol orangnya gampang panik, mengingat ini anak pertama mereka juga, jadi nambah-nambah dah tuh protektifnya.

Cuma bukan Seungkwan namanya kalo nggak bikin Hansol jantungan tiap saat. Kenapa? Ya bayangin aja, dia turun tangga tuh nggak jalan lagi, tapi lari, bener-bener lari. Alias turunnya ga pake rem sama sekali. Kebayang ga tuh sejantungan apa Hansol liatnya?

Itu belum seberapa, Hansol juga pernah ngeliat Seungkwan yang diem-diem lagi ngambil selai di tempatnya pakai...ya itu dah. Hansol susah jelasinnya, karena bener-bener semengerikan itu. Pokoknya Seungkwan itu perlu diawasin 24 jam, kalo nggak, pasti ada aja tingkahnya yang di luar nalar.

Karena udah kepalang pusing, akhirnya Hansol pun berguru sama seseorang yang terbiasa punya pasangan kelakuannya 11 12 sama apa yang Seungkwan lakuin sekarang. Iya, dia berguru sama Johnny soal ini.

"Jadi gimana cara ngadepinnya?" Tanya Hansol. Johnny yang ditembak gitu pun mikir dulu.
"Sejauh ini, paling di ganti aja sih yang berbahaya kayak gitu," jawab Johnny.
"Kalo pisau selai, oke masih bisa diganti Hyung, tapi kalo tangga?" Kata Hansol sambil menghela napas capek.

"Coba pasang lift buat 1 orang itu, lagian tangga rumahnya bentuk spiral kan?" Tanya Johnny. Hansol diem, dia ga kebayang kalo masang lift itu. Apa nggak makin pusing dia nanti?

"Paling bener pindah dulu sih, jangan tinggal di mansion, tinggal di kondominium aja dulu," kata Johnny. Hansol merasa tercerahkan seketika.

"Bener juga, thanks Hyung," kata Hansol sambil ngehubungin temennya yang lain, buat nanyain soal properti.

Tapi pas dia udah beli, dan mereka udah pindah, kepusingan Hansol apakah akan berhenti disitu? Tentu tidak kawan :)

Mendadak Seungkwan nggak mau naik ke lantai 2 di dalem kondominium mereka itu :)

Alesannya apa? Iya betul, mendadak dia takut jatoh. Alias, kenapa baru sekarang takutnyaaaaaaaaaaa?????? Kan Hansol jadi greget :"

Untungnya keanehan ini nggak berlangsung lama, karena di trimester kedua dan ketiga Seungkwan udah mendadak anteng nan kalem itu, jadi Hansol udah ga pusing lagi :)

Rencana awal Hansol gitu, tapi ternyata pas Seungkwan udah mendekati hplnya, dia dapet kabar yang ga enak, katanya Minghao harus operasi saat itu juga, karena ternyata janinnya ga berkembang. Di satu sisi, dia lagi merasa deg-degan karena anaknya mau lahir, disisi lain dia juga khawatir soal kondisi hyungnya itu.

"Semoga semuanya dalam lindungan Tuhan," bisik Hansol dalam hati.

###

"Didi (adik)?" Bisik Minghao setelah sadar. Jun yang ngeliat Minghao udah sadar pun ngecupin tangan Minghao sambil mengucap syukur.

"Didi mana?" Tanya Minghao. Jun seketika terdiam. Dia bingung harus gimana bilangnya. Tapi Minghao yang udah tau, dia cuma senyum tipis.

"Ah, jadi Didi nggak bisa kesini ya," kata Minghao lirih. Jun yang ngeliat Minghao setenang itu justru malah nangis. Jujur dia ngerasain sesakit apa perasaan Minghao walaupun bukan dia yang mengandung. Apalagi ini penantian mereka berdua setelah nikah bertahun-tahun.

"Kamu udah namain Didi?" Tanya Minghao. Jun cuma ngangguk pelan.

"Namanya siapa?" Tanya Minghao

"Moon Jin Ah," bisik Jun dengan suara yang tercekat. Minghao ngehela napas pelan.

"Nama yang bagus," kata Minghao. Jun pun langsung melukin Minghao yang terlihat tegar namun dalamnya sudah rapuh itu.

"Sayang ia nggak bisa dengar namanya pada hari kelahirannya," bisik Minghao lagi. Jun pun kembali menangis.

Bisa dibilang, rasa sakit yang mereka rasakan tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata, mereka hanya bisa berbagi kesakitan yang sama, yaitu kehilangan seorang anak yang bahkan sudah mereka cintai sejak belum lahir.

Bisa dibilang, rasa sakit yang mereka rasakan tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata, mereka hanya bisa berbagi kesakitan yang sama, yaitu kehilangan seorang anak yang bahkan sudah mereka cintai sejak belum lahir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
What Kind Of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang