• I R I S •
;
Mata Renjun tampak sembab begitu juga dengan Baekhyun lantaran terlalu lama menangis. Semua orang kini tengah berkumpul di ruang tamu istana Chanyeol. Renjun masih enggan melepaskan pelukan sang ibu, bak seorang anak kecil yang terus menempel pada ibunya mencari kehangatan yang telah lama dirindukan.
Chanyeol tak begitu ambil pusing, ia menyadari bahwa keduanya telah lama berpisah dengan menyimpan rindu serta kemalangan masing-masing, bahkan Chanyeol tak dapat membayangkan apa saja yang sudah kedua orang yang begitu ia cintai alami, selama ini.
“Ayah, bagaimana caranya Anda menemukan tuan Baekhyun? Bukankah selama ini tidak ada satupun petunjuk yang pasti.” tanya Mark sebab ia sendiri tidak tahu menau alasan sang Ayah meninggalkan istana, ia pikir itu hanya sebuah misi khusus lain seperti biasanya.
Chanyeol tak langsung menjawab, ia menatap Baekhyun sejenak di mana untuk persekian detik tatapan keduanya bertemu dan Baekhyun mengangguk pelan, memberi izin pada Chanyeol untuk menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan Baekhyun.
“Saat kuil agung mengadakan acara do'a tahuan, aku berpapasan dengan Baekhyun.. Sayangnya saat itu aku belum menyadari hal itu hingga ia berhasil pergi sebelum kami bertemu. Lalu aku meminta prajurit untuk mengikuti kereta kuda tersebut dan mereka mengatakan bahwa kereta itu berhenti di perbatasan. Aku pikir mungkin saja ini adalah jalan yang Dewa tunjukkan, sehingga aku memutuskan untuk turun langsung mencari keberadaan Baekhyun.” Jelas Chanyeol dengan sorot mata menatap Baekhyun teduh. “Selama aku pergi, semua baik-baik saja, kan?” Lanjutnya yang kini beralih menatap Jaehyun dan Mark.
Jaehyun dan Mark saling bertatapan sebelum menjawab pertanyaan sang Ayah. “Saya akan menjelaskan situasinya pada Ayah nanti. Sekarang, bagaimana jika kita makan dulu? Tampaknya tuan Baekhyun belum sempat mengisi perut, kan?” ucap Jaehyun akhirnya, ia tak ingin merusak suasana dengan membicarakan masalah yang terjadi sejak sang ayah pergi, akan lebih baik jika masalah ini dibicarakan berdua saja.
Akhirnya mereka semua memutuskan untuk makan bersama, sebelumnya Chanyeol sudah memberi perintah untuk menghidangkan makanan, jadi mereka tak perlu lagi menunggu lebih lama untuk menikmati sarapan pagi.
Seusai sarapan, Renjun masih belum ingin berpisah dengan Baekhyun, sehingga Chanyeol membiarkan keduanya beristirahat di ruang pribadi miliknya.
“Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku, ada kesatria di depan yang bertugas, jadi jangan ragu untuk memberitahu mereka, eum?” ucap Chanyeol sebelum pergi. Baekhyun hanya mengangguk sebagai jawaban.
Renjun perlahan mengangkat kepalanya dari dada Baekhyun, matanya masih sembab dari air mata yang telah ia tumpahkan sebelumnya. Wajahnya yang pucat mencerminkan rasa sakit dan kerinduan yang telah lama terpendam. Iris mata mereka bertemu, membawa sebuah badai emosi yang tak terucapkan.
“Bu, kemana saja Ibu selama ini? Kenapa, kenapa Ibu pergi begitu lama? Padahal saya sudah menunggu dengan baik,” suara Renjun bergetar, hampir pecah, seolah-olah setiap kata yang terucap membawa bobot dari hati yang terluka.
Baekhyun dengan lembut membingkai wajah Renjun dengan kedua tangannya, ibu jari menyeka air mata yang baru saja mengalir di pipi anaknya. Matanya sendiri mulai berkaca-kaca, terbawa dalam kesedihan yang sama. Dia menatap Renjun dengan penuh penyesalan dan cinta, seolah ingin memahami semua rasa sakit yang telah anaknya alami selama ia tak ada.
“Renjun-ah, Ibu minta maaf, sangat minta maaf. Ibu tidak pernah ingin meninggalkanmu,” kata Baekhyun dengan suara yang serak, menahan derai air matanya sendiri. Suasana di ruangan itu menjadi sangat emosional, penuh dengan pengakuan dan permohonan maaf, di mana kedua hati yang terpisah lama berusaha untuk menemukan jalan kembali satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I R I S
Romance[NOREN] Faith, Trust, Wisdom, Hope Terlahir dengan berkah yang diberikan oleh Dewa tidak selalu membuat orang itu beruntung dengan dikelilingi kebahagiaan lantaran diri begitu istimewa. Renjun, anak yang lahir dengan berkah Dewa namun memiliki nasi...