39

22 4 5
                                    

ASSASSINO

"Dokter Bianca baru saja pulang"

"Apa katanya?"

"Apa lagi. Alena terlalu kelelahan dan banyak fikiran"

"Aku mencemaskan kandungannya"

Alena samar samar mendengar suara suara di balik pintu kamar, jadi dia perlahan membuka mata kemudian menggerakkan kepalanya menoleh pada jam dinding. Hampir pukul 6 pagi, Alena tidak ingat kapan tak sadarkan diri. Terakhir kali dia berdiri di ruang tengah, setelahnya menjadi gelap dan hanya mendengar suara Cedro memanggil namanya sebelum akhirnya berakhir di atas ranjang.

"Dia sudah tiada?"

Alena melirik daun pintu, lalu menutup mata bersiap mendengar jawaban dari pertanyaan yang muncul dari luar itu.

"Dia sudah tiada"

Air mata Alena seketika jatuh dari ujung mata dan mengalir di pelipis. Tangannya perlahan naik menutup mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara selagi menahan rasa sesak di dada.

"Sudah di makamkan. Dovo memberikan informasi kepada semua keluarganya tadi malam"

"Pasti ibunya sangat terpukul, mereka jarang sekali bertemu"

"Bagaimana Alena?"

"Masuk saja, mungkin dia sudah sadar"

Alena segera bergerak menyamping, menyembunyikan wajah begitu Giordano membuka pintu kemudian menghampiri nya bersama yang lain.

"Mau sarapan apa?" Giordano duduk di pinggir ranjang "dari kemarin kau belum makan apapun"

"Mau milanese atau polenta? Itu kesukaanmu. Francesco bisa pergi membelikannya untukmu" Giordano melirik Francesco sambil menahan tawa saat pria itu menunjuk dirinya sendiri dan menghela nafas pasrah, lalu kembali lagi pada Alena "kenapa kau terus menangis. Ayo bangun. Matamu akan membengkak dan tidak bisa melihat kalau tidak mau berhenti"

Alena pada akhirnya berbalik menatap Giordano "apa menurutmu ini lelucon?"

Giordano dan Francesco saling tatap, detik berikutnya sama sama menatap Alena lagi.

"Mengapa kalian begitu ceria di situasi seperti ini" Alena turun dari ranjang, menarik Francesco dan Giordano lalu mendorongnya keluar "Diego sudah tiada apa itu berita menyenangkan bagimu" Teriaknya sebelum membanting pintu.

Giordano dan Francesco sekali lagi saling tatap.

"Kenapa dia begitu?"

Giordano mendesis lewat sela gigi "aku juga tidak tau kenapa dia bisa begitu" sambil berjalan kebawah "Ngomong ngomong kau tetap harus pergi membelikannya makanan. Kita harus memaksanya makan"

Fransesco berhenti di anak tangga terkahir sembari berkacak pinggang "berapa umurmu?"

"Sepertinya 37"

"Aku 39"

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Harusnya kau yang pergi"

Giordano mengangkat tangannya "tidak begitu aturannya. Gunting batu kertas" katanya, sementara Fransesco refleks mengikuti. Namun sayangnya dia kalah telak dalam telapak tangan membentuk kertas sementara Giordano mengeluarkan gunting.

Fransesco mendesah, sedangkan Giordano berteriak kegirangan sembari duduk di kursi dengan sombong menggerakkan jari telunjuknya menyuruh Fransesco segera pergi dari sana.

"Kenapa?" Dovo menghampiri Giordano di sofa.

"Tidak apa apa. Hanya bersenang senang. Bagaimana?"

Dovo mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan membakar ujungnya "baru saja sadar beberapa menit yang lalu, ibu dan ayahnya masih berada disana"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang