...
Keesokan paginya, rumah Hyunsuk sudah terasa lebih ramai dari biasanya. Junghwan, dengan semangat yang tidak tertahan, terus berkeliaran di ruang tamu sambil membawa ransel birunya. Sesekali ia memanggil, "Mama, papa mana? Ayo cekulah!!"
Hyunsuk, yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan, tersenyum mendengar ocehan Junghwan. "Papa baru mandi, sayang. Ayo, sini dulu makan roti sama susu biar kuat jalan-jalan ke sekolah."
Junghwan dengan langkah kecilnya berlari menuju meja makan. Ia duduk di kursi favoritnya yang sedikit lebih tinggi, agar bisa menjangkau meja. Hyunsuk menyodorkan sepotong roti dengan selai cokelat dan segelas susu hangat.
"Cepat makan, nanti kita terlambat. Sekolahnya tutup jam sepuluh, loh," ujar Hyunsuk sambil membantu Junghwan membuka selai yang sedikit tumpah di mejanya.
Tak lama kemudian, Jihoon keluar dari kamar. Wajahnya lebih segar setelah istirahat semalaman, meski kantong matanya masih sedikit terlihat akibat kerja lembur. Ia mengenakan kemeja santai, berbeda dari biasanya.
"Wah, pagi-pagi sudah semangat, nih, Junghwan," sapa Jihoon sambil mengacak rambut anaknya dengan penuh kasih.
"Papa! Juju cekulah, cekalang!" Junghwan menunjuk jam dinding, meskipun dia belum benar-benar bisa membaca waktu.
Jihoon tertawa kecil. "Iya, papa siap. Tapi habiskan dulu rotinya, ya."
Setelah semua selesai sarapan, mereka bertiga bersiap-siap. Jihoon mengambil kunci mobil, sementara Hyunsuk memastikan tas Junghwan sudah berisi semua barang yang diperlukan, seperti botol minum, sapu tangan, dan beberapa camilan kecil.
PAUD yang mereka tuju tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil. Ketika sampai, Junghwan memandang gedung kecil berwarna cerah itu dengan mata berbinar. Ada banyak anak-anak lain yang sedang bermain di halaman, dan beberapa orang tua terlihat berbincang dengan guru-guru di dekat pintu masuk.
"Woahh, mama ada teman!" seru Junghwan sambil menarik tangan Hyunsuk.
Hyunsuk tertawa kecil. "Iya, makanya Junghwan harus baik sama teman-teman, ya."
Mereka bertiga disambut oleh seorang guru muda bernama Bu Ara. Wanita itu tersenyum ramah saat melihat keluarga kecil tersebut. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya banting?"
"Selamat pagi," balas Hyunsuk sambil membungkukkan badan sedikit. "Kami ingin melihat-lihat PAUD ini. Anak kami, dia sangat antusias ingin sekolah.
Bu Ara tersenyum lebar dan melirik si kecil yang berdiri di antara Hyunsuk dan Jihoon, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. "Wah, semangat sekali ya. Siapa namamu adik kecil?"
Bukannya menjawab, Junghwan malah melirik kearah mama papanya untuk meminta bantuan karena ia masih kesulitan menyebutkan namanya sendiri.
"Park Junghwan, namanya. Kalo boeh tau, Apakah masih ada tempat untuk mendaftarkannya?"
"Tentu saja kami masih menerima pendaftaran. Silakan ikut saya, saya akan menunjukkan ruang kelas dan fasilitas kami."
Junghwan langsung menggenggam tangan Hyunsuk erat, sementara tangan satunya mencoba menarik Jihoon agar segera mengikuti Bu Ara. "Ayo mama!"
Mereka mengikuti Bu Ara masuk ke gedung kecil namun penuh warna itu. Di dalam, dindingnya dihiasi dengan gambar-gambar hasil karya anak-anak yang lucu dan penuh warna. Ada poster alfabet, angka, serta rak penuh mainan edukatif yang ditata rapi.
"Ini ruang kelas utama untuk anak-anak usia tiga sampai empat tahun," jelas Bu Ara sambil membuka pintu ke sebuah ruangan. Di dalamnya terdapat meja-meja kecil dengan kursi warna-warni, papan tulis kecil, dan area bermain dengan boneka serta balok kayu. Beberapa anak sedang bermain, ditemani guru-guru yang sabar dan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident - Hoonsuk
RomanceDi sebuah klub malam, dua orang asing bertemu di bawah lampu gemerlap dan musik yang menggema. Terlalu mabuk untuk berpikir jernih, mereka terbawa suasana, alkohol, dan hasrat sesaat. Tanpa mengenal satu sama lain, mereka tenggelam dalam hubungan si...