2. Mandi Hujan

331 97 40
                                    

Salah satu hal yang tidak pernah Kenzie lakukan di dunia adalah, melihat kembali kotoran di jamban selepas buang hajat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu hal yang tidak pernah Kenzie lakukan di dunia adalah, melihat kembali kotoran di jamban selepas buang hajat. Pokoknya modal percaya diri aja, sama cebok. Mau ada yang masih timbul atau sekadar ngintip, Kenzie lepas tangan. Menurutnya, tugas yang diemban hanya sampai step menyiram. Selebihnya, ya ... wallahua'lam.

Sederhana, tapi bisa bikin Rifky marah. Pasalnya, bukan sekali dua kali laki-laki itu bertandang di kamar mandi sang adik dan menemukan si kuning yang mengambang di ceruk kloset. Terkadang sampai teksturnya mengembang, mirip bolu yang dibubuhi baking soda. Iwh.

"Kenzie tolol! Jorok banget, anjing! Kebiasaan!"

Si empunya yang masih terlena di alam mimpi hanya tersentak kecil, garuk-garuk leher, lalu kembali tenang. Tidurnya tampak begitu damai dengan mulut setengah terbuka. Berbanding terbalik dengan kegaduhan yang si tengah cipta dalam bilik yang berada di sudut kiri kamar.

"KENZIE! LO MAKAN APA, SIH, SAMPE NIH TAI KAYA BEGINI BENTUKANNYA!"

Awalnya, sih, Kenzie masih aman-aman aja. Tak ambil pusing karena bocah itu memang tipikal bocah yang susah untuk dibangunkan. Namun, lama kelamaan menganggu juga. Suara si gapura kabupaten itu cukup melengking rupanya. Entah-entah Elzio yang sedang memasak pun ikut mendengar dari lantai bawah.

"Heh! Bangun nggak lo? Bangun! Bocah tengik, bangun!"

Tadinya Rifky niat buang air sekalian mandi, tapi gara-gara si kuning, meluap sudah mood baiknya. Pagi yang seharusnya cerah mendadak gelap gulita. Salahkan dirinya yang tak pernah kapok memasuki bilik kematian di bontot.

Kenzie yang merasa risi tubuhnya diguncang brutal pun spontan melepaskan tendangan. Rifky terjerembab, bokongnya ngilu menghantam dinginnya lantai. Ya Tuhan, mana bisa sabar lagi dia kalau sudah begini.

"KENZIE!"

"Apa, sih, Ky? Mulut lo bacot banget tau, nggak, dari tadi ...." Kenzie menggerutu sambil usap-usap mata. Berniat mengenyahkan sensasi kabut dari belek yang mengganggu pandang.

Setelah berhasil berdiri sambil memegang pinggang, Rifky pun memulai kultum-nya. "Udah berapa kali gue bilang, setiap abis berak, tuh, siramnya yang bersih, monyet ... lo tau nggak, mental gue selalu kena setiap masuk kamar mandi lo!"

"Nggak ada yang nyuruh lo masuk kamar mandi gue," jawab anak itu tanpa beban, masih dengan mata terpejam. Ngantuk, cuy.

"Gue kebelet, njing! Keburu berak di celana kalau harus ngibrit ke kamar sendiri."

"Nggak peduli, suruh siapa tidur di sini."

"Hih!"

Saking geramnya, Rifky remat saja bibir merah muda Kenzie sampai monyong-monyong. Terlampau kesal, ada saja jawabannya.

"Pfftt ... swukut!"

"Biarin. Biar sekalian meler, biarin. Muak banget gue punya adek jorok kaya lo."

Begitu berhasil melepas, Kenzie buru-buru duduk. Memasang raut masam. "Tangan lo bau tai, anjir ...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KenzieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang