11 - Saling Menerima

2.2K 501 76
                                    

!WARNING WARNING WARNING!
❌!MATURE CONTENT!❌

mari bijaksana dalam membaca
.
.
.

"Tubuh akan selalu tunduk, hati akan selalu jujur, bagi mereka yang sudah membuka diri. Saling menerima satu sama lain. Kurang dan lebihnya, atau apapun itu bentuknya."

Senandung Semu

11 - Saling Menerima

Bharata baru saja bertemu gubernur akademi.

Pembahasan inti dari pertemuan tadi tidak jauh dari pemampatan kurikulum pendek yang Harus Bharata pelajari sebelum ia mulai terjun untuk melatih para taruna. Ada beberapa diskusi alot yang sempat mereka perdebatkan di sesi rapat tadi, dengan berbagai perdebatan pendek, juga usul pelatih senior, jalan tengah berhasil diambil. Meninggalkan kepuasan bagi kedua belah pihak untuk akhirnya bisa sepakat saling bekerja sama. Sampai saat ini semuanya berjalan lancar.

Sekarang ia sedang melanjutkan agenda kedua, melakukan tour singkat ke seluruh area akademi sebelum mulai resmi mengajar besok pagi. Sebenarnya Bharata tidak membutuhkan yang satu ini, ia sudah hapal betul seluk beluk institusi pendidikannya itu. Berapa gedungnya, apa saja fasilitasnya, jalur latihan di hutan, lapangan olahraga, lapangan upacara, ruang kelas, area asrama, bahkan sampai jalan tikus yang biasa digunakan untuk membobol gerbang penjagaan. Bharata tau semua.

Jelas, karena tempat ini adalah rumah pendidikannya. Namun formalitas adalah protokol resmi yang tetap harus ia patuhi. Oleh karena itu, saat ini ia tetap memilih untuk melakukan tour meski hanya singkat saja.

"Pukul berapa kamu sampai?" Bharata membuka pembicaraan, tetap berjalan tenang di depan Kapten Theo yang sedang mengekorinya. Beberapa pengawal yang mengenakan seragam lengkap juga berbaris rapi di di belakang mereka.

Di markas utama, keberadaan Bharata memang tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan petinggi militer senior lainnya. Namun beda urusan jika ia sudah menginjakkan kaki keluar ibu kota. Semua fasilitas formal yang Bharata tolak mentah-mentah harus ia terima demi memenuhi protokol militer yang ketat. Sama seperti penjabat elit lainnya, tim keamanan khusus diberikan kepada Bharata sebagai upaya penjagaan resmi saat menjalankan dinas.

"Saya sampai pukul dua pagi Letnan, empat jam lebih lama dibandingkan anda."

Mendengar jawaban itu, Bharata mengangguk singkat. Berjalan beberapa langkah lagi sebelum memutuskan untuk berhenti. Memperhatikan dengan tenang sesuatu yang mendadak mencuri perhatiannya di lapangan kecil yang letaknya paling ujung itu.

Mengikuti arah pandang atasannya, Kapten Theo mengangguk paham sebelum memutuskan untuk memberi penjelasan kepada Bharata.

"Satuan satwa menyarankan screening lanjutan Letnan, sejauh ini keduanya aman. Tapi unit 9 ingin memastikan lebih lanjut karena salah satu diantara mereka, yang berwarna hitam, sempat dilaporkan kejang beberapa hari yang lalu. "

Bharata memperhatikan dua ekor anjing ras yang ia adopsi beberapa tahun lalu itu. Keduanya bergerak lincah, persis seperti anjing sehat pada umumnya. Jika dilihat dari jauh, tidak akan ada yang bisa mengira bahwa di balik bulu tebal mereka ada banyak luka tembak dan sayatan pisau yang membekas cukup dalam. Meninggalkan trauma fisik dan psikis bagi hewan cerdas itu.

"Beritahu saya kalau mereka semua sudah aman seratus persen."

"Baik, Letnan."

Bharata sudah bersiap melangkahkan kakinya lagi sebelum mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

Senandung SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang