.
.
.
.
Sampai larut malam Riki berkeliling di sekitar kota untuk mencari Echa, tapi ia tak segera temukan gadis itu. Dia pun tidak tau Echa mengenakan pakaian yang seperti apa untuk keluarKini Riki putuskan untuk kembali ke apartemen, dengan langkah yang lesu dia bertanya pada resepsionis yang sama untuk tanyakan gadisnya
"Tidak ada yang datang kesini" jawab pria itu
"Sama sekali? Kesini?" Riki sampai memaksa
"Tidak ada, hanya ada beberapa pemuda yang datang kesini, mereka bilang mau ke ruangan nomor 23"
"Kau biarkan mereka?!" Riki langsung naik melalui tangga dan membuka pintu ruangannya yang tak dikunci "Ternyata kalian"
"Mana cewek lo?" Tanya Joshua yang duduk diatas sofa menghisap putung rokoknya
"Gue habis cari dia tapi gaada, dari pulang sekolah tadi dia ga ada di kamarnya sampe sekarang ga balik balik" Riki mengacak rambutnya frustasi lalu duduk di samping Jojo yang sudah tertidur diatas sofa lainnya
"Kan beruntung kalau dia pergi, ga ada beban lagi buat lo" ucap Harus
"Dia bukan beban, gue sayang sama dia"
Hari mendecih remeh "sayang sama bekasannya orang"
"Banyak cewe-cewe yang mau sama lo diluar, masa lo yang ganteng gini suka sama cewek kotor bekas Haru?" Sahut Joshua
"Stop jelek-jelekin cewe gue!"
Jojo terbangun karena suara Riki, dia mendengar itu tertawa "Cewe lo? Bentar lagi lo mau jadi ayah? Selamat! Cita-cita lo buat jadi ayah instan hilang karena cewe lo hilang!"
Ucapan itu dibalas tawaan yang menggelegar dari Joshua dan Haruto
Mereka bertiga membuat kesabaran Riki menipis, Hingga Riki memilih untuk pergi ke kamarnya saja meninggalkan ketiga teman biadabnya dengan perasaan tetap kalang kabur karena Echa yang tiba-tiba menghilang, kakak nya yang akan datang besok juga teman-teman yang menyebalkan itu datang kesini
Riki lelah
Sementara diluar kamar, ketiganya tetap tinggal disana dengan Haruto yang sedang menelepon seseorang. Entahlah siapa itu, dia hanya berkata
"Bawa dia ke tempat yang sekiranya tidak akan ada orang yang mengetahui keberadaannya, tapi jangan bunuh dia juga"
.
Paginya, Riki terbangun lalu melihat keadaaan sekitar yang terasa berbeda. Duduk diatas ranjang sendirian dengan kesadaran yang masih belum terkumpul sepenuhnya, pemuda itu melihat ke arah jendela yang terbuka
Jendela kamar yang menghadap ke timur itu, Riki bisa melihat surya yang baru naik dan munculkan sinarnya. Kini ia beralih melihat ke jam dinding yang tunjukkan pukul 6.15
Sudah biasa subuh nya hilang, Risa tak pernah tau tentang hal ini
Suasana setelah la yang terbangun dari tidurnya ini, terasa sangat berbeda. Ada suatu hal besar yang kurang disini, hal besar yang biasanya meng hilangkan kata 'Sepi' dari hidupnya, kini 'Sepi' itu datang lagi Karina hilangnya sosok itu
'Echa,' gumam Riki menyebut nama sang gadis
Sekalipun la terlelap, pikirannya tak berhenti menyebut nama Echa yang tiba tiba hilang dari kehidupannya
Riki pikir ini mimpi
Ternyata bukan setelah pemuda itu mengunjungi setiap ruangan di apart nya. Tentu saja gadis itu tidak ada karena yang kemarin Itu bukan mimpi buruk
Helaan napas dan erangan frustasi keluar dari mulut itu, Kala Riki mengunjungi kamar gadis. Dia menatap nanar barang barang Echa yang masih tertata rapi di kamar nya. Satu satunya gadis yang sangat dicintainya kini menghilang begitu saja
Tak ada gunanya mencari dan jika Echa sendiri yang memaksa pergi
.
"H-6! Nico, Rayan, Doni. Ayo Ikut ke Jogja. Nanti tak ajak ke pasar tradisional" seru Juan girang baru duduk di bangkunya saat masuk kelas
"Ongkos dek" sahut Doni
"Mas Jean yang bayarin " Juan terkekeh, "Selasa depan aku pulang. Katanya mas ikut mbak Risa aja"
"Berarti, sama Riki?" Terka Nico yang membuat Juan diam sejenak
"Tapi, uh, nggak enak sama Riki. Masa dari sini ke Jogja aku diem terus dimobil?"
"Ya Iyalah, Beb. Kalo lo mau ngomong santai tanpa enggan, baikan lagi sama Riki"
juan melirik Rayan ragu," Enggak dah. Kalau gitu mending pulang sendiri"
"Jangan, lo mahanak kecil, apalagi kayak kucing. Nanti diambil orang tau rasa"
.
Setelah berlari sepanjang jalan, Riki melangkah dengan kaki yang terasa lemas menuju kelas, dia takut terlambat
"Jaman Sekarang di jakarta, berangkat Sekolah sambil lari? ga jaman Ki" Ketus Jojo nyinyir
"Kenapa ga minta nebeng? gue bisa" Sahut Joshua
"Ya lo nya ga peka" timpal Riki menetralkan napas
Tak lama Seorang pemuda berkacamata yang tampak culun Menghampiri mereka "Riki, disuruh Juan the rooftop. Katanya penting" Ucapannya yang dibalas decakan malas oleh Riki
Disambung gelak tawa dari Jojo dan Joshua, "kalo mau baikan sama anak kucing, baikan aja ki, ga ada yang manggil lo cemen meskipun temenan saman dia"
"Tck. Bacot"
.
"Sok penting lo, Segala nyuruh gue kesini" Riki berkata ketika melihat teman lamanya yang sedang berdiri membelakangi nya
"Kalau kamu emang ga mau kenapa harus pergi kesini?"
Riki tak menjawab balasan Juan yang tetap berdiri membelakangi dirinya
"Katanya kita bukan teman lagi, seharusnya kalau aku manggil kamu kesini kamu nggak datang. Kan temanmu ada dikelasmu, bukan aku. Kamu gak punya teman di kelas ini--"
"Wan, lo nyuruh gue kesini cuma buat denger bacotan lo?" Potong Riki
"Kalau kamu bukan temanku, seharusnya kamu tidak akan mendengarkan bacotan ku sepatah katapun. Seharusnya Kanu. Pergi dari tadi, atau tidak datang samasekali"
Riki terdiam mendengar ucapan pemuda mungil itu. Jujur, sebenarnya Riki rindu mendengarkan ocehan teman kecilnya yang suka sekali bercerita dan bertanya. Riki
sangat rinsu, Melihat bibir tipis itu terus mengoceh tentang hal hal kecil yang terus di ceritakannyaTak pernah merasa bosan Riki mendengar cerita Juan. Juan sahabatnya yang kecil, Mungil dan tempak seperti anak kucing yang polos. Juan sahabatnya yang sudah 1 semeter ini tidak disapa olehnya, lesung pipi dan deretan gigi kecilnya sudah tidak bisa Riki lihat lagi semenjak Riki berteman dengan 3 teman yang membuatnya berubah
"Kenapa nggak pergi? Kata kamu bukan temanku?"
BERSAMBUNG
Na.yya☘︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Fanfic*Side story of MahesaRisa Hanya tentang masa SMA Riki; orang Jogjakarta yang mengikuti program pertukaran pelajar di Jakarta Tentang mimpi panjangnya yang seolah nyata, dibawa ke alam kesadarannya. Kemanapun dia pergi dia selalu dejavu! Juga denga...