Chapter 2

0 0 0
                                    

"cinta yang terpisah"

Setelah beberapa hari di rumah sakit, Arish akhirnya diperbolehkan pulang. Dia merasa campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Saat berjalan keluar dari rumah sakit, dia melihat lorong yang familiar, tetapi hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Terutama mengenai Jasmin.

Saat Arish melangkah ke pintu keluar, tiba-tiba dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Jasmin berdiri di sana, wajahnya penuh harapan dan kekhawatiran. “Arish!” dia berlari menghampiri, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Haris dan Aneska di samping Arish.

“Jasmin!” Arish berusaha memanggilnya, tetapi suaranya teredam oleh ketegangan di antara mereka.

“Arish, aku sangat khawatir padamu!” Jasmin berkata, matanya berbinar penuh kasih. “Aku ingin berbicara denganmu.”

Haris langsung menggelengkan kepala, suaranya tegas. “Tidak, kamu tidak bisa berbicara dengannya. Kami tidak mengizinkan itu.”

“Aku mohon om, ini penting!” Jasmin mendesak, berusaha menahan air mata. “Aku hanya ingin memastikan Arish baik-baik saja.”

Aneska maju ke depan, wajahnya serius. “Mulai sekarang, hubungan kalian sudah berakhir. Kami tidak ingin kamu mendekati Arish lagi. Ini demi kebaikanmu dan dia.”

Arish merasa hatinya hancur mendengar kata-kata itu. Dia berusaha untuk berbicara, tetapi tidak ada suara yang keluar. Dia hanya bisa menatap Jasmin dengan penuh kerinduan dan rasa sakit.

Haris dan Aneska memapah Arish menjauh, menuju mobil yang menunggu di luar. Jasmin berusaha mengejar mereka, tetapi Haris melangkah lebih cepat, menutup jalan bagi Jasmin. “jasmin kamu tidak mengerti situasinya!” teriak Haris.

“Arish!” Jasmin memanggilnya sekali lagi, suaranya penuh harapan yang putus asa. Namun, Arish hanya bisa menatapnya, hatinya penuh dengan cinta yang tidak terucapkan. Dia mencintai Jasmin, tetapi semesta seolah tidak mengizinkan mereka bersatu.

Setelah Arish masuk ke dalam mobil, Haris menyalakan mesin mobil. Aneska yang berdiri di luar tiba-tiba melihat Jasmin berlari lagi, berusaha untuk mendekat.

“Biarkan aku berbicara dengan Arish tante!” Jasmin memohon, matanya penuh dengan air mata. Dia berusaha meraih pintu mobil.

Namun, Aneska tidak memberikan kesempatan. Dengan gerakan cepat, dia mendorong Jasmin hingga terjatuh ke tanah. “Kamu tidak akan mendekati Arish lagi!” teriak Aneska, suaranya keras dan penuh kekuatan.

Arish, yang melihat kejadian itu, merasa jantungnya berdegup kencang. “Jasmin!” dia berteriak, ingin keluar dari mobil untuk membantu, tetapi Aneska menahan tangannya dengan kuat.

“Tidak, Arish! Tetap di sini!” Aneska menatapnya dengan tajam, matanya penuh peringatan. Seolah-olah mengatakan bahwa jika dia melawan, konsekuensinya akan lebih buruk.

Arish merasakan ketegangan yang luar biasa. Dia ingin membantu Jasmin, tetapi rasa takut akan kutukan dan kemarahan orang tuanya mengikatnya. Dia merasa terjebak di antara cintanya dan perintah orang tuanya.

Jasmin terbaring di tanah, air mata mengalir di pipinya, meninggalkan bekas hati yang hancur di dalam diri Arish. Dia ingin berlari kepadanya, tetapi semua yang bisa dia lakukan hanyalah menatap dengan penuh rasa sakit.

Saat mobil mulai melaju, Arish merasakan kepergian Jasmin, seperti kehilangan bagian dari dirinya yang tidak akan pernah bisa kembali. Dengan hati yang berat, dia tahu bahwa cinta mereka terpisah oleh dinding yang tinggi, dan yang bisa dia lakukan hanyalah menurut pada kedua orang tuanya, terjebak dalam kutukan yang mereka ciptakan.













End.

Ijabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang