Chapter 4

124 33 2
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya ....


Meyra menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan mencoba menenangkan dirinya. Setelah merasa sudah siap, ia keluar dari mobil dan melangkah masuk ke rumah keluarga suaminya.

"Mama!" Naya berteriak saat melihat mamanya yang sudah datang menjemputnya.

Meyra tersenyum. "Hai ..."

"Kok baru jemput?" tanya wanita paruh baya keluar dari dapur.

"Tadi sibuk, Mi," jawab Meyra berbohong, padahal ia sibuk dengan sahabatnya.

Wanita itu berdecak pelan. "Kirain lupa kalau anak kamu di sini."

Wanita itu adalah Nani, ibu mertuanya, ibu suaminya.

"Ayo kita pulang, Nak." Meyra mengambil ransel putrinya dan memasukkan mainan-mainan Naya kedalam tas.

"Gak duduk dulu? Masa langsung pulang."

"Sudah jam setengah enam, Mi." Meyra menoleh menatap ibu mertuanya sambil tersenyum tipis.

"Siapa suruh baru datang. Jangan terlalu sibuk sama kerjaan, Naya masih kecil, dia perlu banget perhatian dari mamanya."

"Iya, Mi ... Aku tau kok. Aku gak sesibuk mas Ikram. Mas Ikram tuh yang kadang pulangnya malam, bahkan kadang jam sembilan baru pulang," balas Meyra. Suasana hatinya masih tidak terlalu bagus, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menjawab ucapan ibu mertuanya.

"Wajar ... Dia kerja juga buat kalian."

Meyra terdiam sambil mengeratakkan giginya, berusaha menahan emosinya yang sebentar lagi meledak. Ia tidak ingin membalasnya lagi, ia takut tidak bisa menahan dirinya.

Meyra mengubah ekspresi wajahnya menatap putrinya. "Ayo pulang, Nak." Ia menggendong Naya. "Kami pulang dulu ya, Mi. Makasih sudah jagain Naya." Setelah mengatakan itu ia melangkah pergi dan mengabaikan Nani yang memarahinya.

"Nay sudah mandi?" tanya Meyra mulai menjalankan mobilnya.

"Cudah dong, aunty Dea mandiin!"

"Ada aunty Dea juga ya?"

Naya mengangguk. "He'em, aunty Dea bawa adik bayi!" ucapnya. "Kata aunty ... kalau Nay mau adik ... mintanya cama mama." Naya mendongak menatap Meyra dengan tatapan polos. "Nay mau adik!"

Meyra terkekeh, ia mengusap lembut kepala putrinya lalu fokus menatap jalanan. "Awas lo Dea," gumamnya pelan menahan rasa kesalnya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah. Meyra menggendong Naya yang tertidur, gadis kecil itu nampak kelelahan, Meyra yakin putrinya pasti kelelahan karena bermain dengan sepupunya.

"Mbak Eni, tolong bawaan tas sama ransel Nay ya, Mbak ..." ucap Meyra.

"Iya, Non, siap ..."

Sampai di kamar, Meyra membaringkan Naya di atas kasur. Setelah itu ia melepaskan jam tangan dan blazernya, lalu menuju kamar mandi. Karena sebentar lagi malam, Meyra memutuskan untuk langsung mandi.

Kurang dari dua puluh menit Meyra keluar dari kamar mandi. Badannya terasa sangat segar setelah mandi.

Meyra terkekeh geli saat melihat putrinya yang tertidur sambil membuka mulutnya, bahkan gadis itu mendengkur. "Capek banget keknya."

Selesai berpakaian Meyra ikut berbaring di samping Naya, mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah.

Baru beberapa menit berbaring, suara adzan Maghrib sudah terdengar. Meyra langsung melaksanakan kewajibannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Yang MemudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang