Hari-hari berlalu, tetapi pertemuan di tepi sungai itu terus terngiang di kepala Kawaki. Ia bukan seseorang yang peduli pada orang lain, namun tatapan Eida dan keberanian Sumire membekas di pikirannya. Ada sesuatu yang berbeda dari keduanya, sesuatu yang membuatnya terus berpikir meski ia mencoba mengabaikannya.
Di lorong sekolah yang sepi, Kawaki berjalan sendirian seperti biasa. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara tawa. Dari balik pintu kelas yang terbuka, ia melihat Sumire sedang berbicara dengan teman-temannya. Wajahnya berseri-seri, dan senyumnya memancarkan kehangatan yang tak terlukiskan. Kawaki memalingkan wajah, tapi hatinya bergetar.
"Kau tahu? Dia menyukaimu."
Suara itu membuat Kawaki terlonjak. Ia menoleh dan melihat Eida bersandar di dinding di belakangnya, seolah-olah ia telah berada di sana sejak lama.
"Kau menguping?" tanyanya dingin.Eida hanya tersenyum tipis. "Aku tidak perlu menguping untuk tahu. Sumire itu mudah dibaca. Dia menyukaimu, Kawaki."
Kawaki mendengus, mencoba mengabaikan komentar Eida. Namun, gadis itu melanjutkan, suaranya berubah serius.
"Tapi kau tidak akan bisa membalasnya, bukan? Kau tidak tahu bagaimana caranya mencintai."Ucapan itu menampar Kawaki. Ia menatap Eida, mencoba mencari tahu apa maksud gadis itu. Tapi yang ia lihat hanyalah senyum samar yang menyimpan misteri.
"Dan kau? Kau pikir kau tahu segalanya tentang cinta?" balas Kawaki dingin.Eida tertawa kecil. "Aku tidak tahu. Tapi aku tahu satu hal. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan."
Tatapan mereka bertemu untuk sesaat, seperti dua api yang saling mencoba menguasai. Tapi sebelum Kawaki bisa membalas, Eida melangkah pergi, meninggalkan aroma parfum yang lembut namun menusuk.
---
Di sisi lain, Sumire sedang duduk di bangku taman, menggambar di buku sketsanya. Gambar Kawaki memenuhi halaman-halamannya, tetapi kali ini ia mencoba menggambar sesuatu yang berbeda. Sebuah siluet, tiga sosok di bawah langit senja. Namun, ia tidak bisa menyelesaikannya. Perasaan aneh membebani tangannya.
"Sumire," suara lembut memanggil.
Ia mendongak dan melihat Eida berdiri di hadapannya. Sumire tersenyum, meski di dalam hatinya ada rasa gugup yang aneh.
"Eida-san, kau mencari seseorang?" tanyanya sopan.Eida tersenyum tipis. "Tidak. Aku hanya ingin berbicara denganmu."
Sumire mengangguk, meski ia tidak yakin apa yang akan terjadi. Eida duduk di sampingnya, menatap buku sketsa yang ada di tangan Sumire.
"Kau berbakat," puji Eida. "Tapi kau terlalu jujur dengan perasaanmu. Itu bisa menjadi kelemahan."Sumire terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Eida melanjutkan, suaranya tenang namun menusuk.
"Kau menyukai Kawaki, bukan?"Pipi Sumire memerah. Ia mencoba menyangkal, tetapi Eida tertawa kecil.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan mengambilnya darimu… untuk saat ini."Sumire menatap Eida, bingung sekaligus terluka.
"Apa maksudmu?" tanyanya pelan.Eida berdiri, memperbaiki rambut panjangnya yang tertiup angin. "Cinta itu seperti permainan, Sumire. Siapa yang kuat, dia yang menang."
Setelah berkata begitu, Eida pergi, meninggalkan Sumire dengan hati yang berdebar dan pikiran yang penuh tanda tanya.
---
Malam itu, Kawaki duduk di balkon rumahnya, memandangi bintang-bintang yang redup. Kata-kata Eida terus menghantui pikirannya.
"Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan."Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya Eida inginkan darinya. Namun, saat ia memikirkan Sumire, perasaan bersalah merayap di hatinya. Gadis itu terlalu baik untuknya, terlalu murni untuk dunia gelap yang ia kenal.
Angin malam membawa aroma bunga yang samar. Kawaki menutup matanya, membayangkan senja di tepi sungai, di mana ia bertemu dengan dua gadis yang kini mengisi pikirannya. Dua titik yang perlahan-lahan menariknya ke arah yang berbeda.
Dan di tengah malam yang sunyi, Kawaki sadar bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
------------------------------------------------------------
Jangan lupa di votee dan komen yaa teman teman. Sampai ketemu di bab selanjutnya 👋👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Titik di Langit Senja
RomanceKawaki, seorang pemuda pendiam dengan masa lalu kelam, hidup di bawah bayang-bayang takdir yang membebaninya. Ia percaya bahwa cinta bukanlah sesuatu yang bisa ia miliki-hingga ia bertemu dengan Sumire, seorang gadis ceria yang membawa kehangatan se...