Nasi goreng untuk Angkasa

3 1 0
                                    

"Kalo kamu ga cinta aku, apa kamu bisa menghargai sedikit aja aku? itu aja aku udah seneng"
(Reva)
.
.


Gadis berambut di kuncir kuda dengan bandana merah yang menjadi ciri khasnya itu sedang membuat sarapan di dapur, setelah 2 hari Lusi di rawat akhirnya Lusi di perbolehkan pulang namun harus cukup istirahat, jadinya Reva dengan tegas mencegah Lusi untuk tidak masuk kerja dulu sebelum kondisinya pulih.

"Bun" Reva memasuki kamar Lusi, terdapat pengharum ruangan yang menyeruak di ruangan membuat siapa saja menjadi rileks.

"Bun Reva mau berangkat, kalo bunda mau makan Reva udah buatin nasi goreng, ga tau enak apa ngga" jawab Reva, Lusi tersenyum ke arah putri satu satunya itu ia menyentuh pipi Reva dengan lembut.

"makasih ya, bunda boleh peluk?" tanya Lusi.

Seketika Reva langsung memeluk Lusi dengan erat, pelukan yang sudah lama Reva rindukan. pelukan hangat seorang ibu yang selama ini Reva inginkan hanya satu yaitu mendapat perhatian Lusi.

"maaf ya sayang, bunda terlalu sibuk sama pekerjaan bunda sampe lupa bunda punya putri kecil yang sekarang udah besar" ujar Lusi sambil menangis di pelukan Reva, Reva pun sebenarnya ingin menangis namun ia tahan dan hanya senyuman tipis yang Reva tampilkan.

"ga papa Bun, Reva tau bunda sibuk buat biaya Reva juga. tapi kadang Reva juga suka iri sama anak lain yang selalu mendapatkan kasih sayang dan waktu penuh dari ibunya" ujar Reva setelah mengatakan itu air mata Reva seketika tumpah tak bisa ia bendung lagi.

Lusi melepas pelukannya ia menap wajah cantik Reva lalu menghapus air matanya yang sebelumnya jarang sekali Lusi lihat.

"nanti kalo bunda sempet kia jalan jalan bareng ya" ucap Lusi sambil tersenyum dan di angguki Reva.

"yaudah sekarang kamu berangkat takut telat"

"iya bunda bisa jalan kan?" tanya Reva.

"bisa, jangan khawatir"

"yaudah Reva berangkat ya" Reva menyalimi tangan Lusi lalu mengucapkan salam sebelum ia keluar kamar Lusi.

Reva hari ini tampak merasa lebih baik dari kemarin kemarin, ia lega Lusi sudah bisa merasakan apa yang Reva rasakan selama ini, sosok seorang ibu yang Reva rindukan.

gadis itu keluar pagar lalu berpapasan dengan Angkasa yang hendak menyalakan motornya.

"Angkas-"

Brumm

tiba tiba Angkasa melajukan motornya dengan kencang meninggalkan Reva dengan ekspresi tercengang.

"dasar cowok pelit, tau aja kalo mau numpang" ujar Reva kesal.

"untung sayang" gadis itu terpaksa berjalan menuju halte bus sesekali merutuki Angkasa yang menyebalkan.

Akhirnya bus yang di tunggu tunggu oleh Reva datang juga, gadis itu menaiki bus namun sayang nya tak ada tempat duduk yang tersisa jadinya Reva terpaksa berdiri.

"Ssttt" Reva terkejut ketika seseorang berbisik di telinga nya, namun saat ia menengok ternyata Dafa yang menahan tawanya, tadinya jika bukan Dafa Reva akan mengomel panjang lebar kalo bisa Reva berikan bogeman mentah.

"Daf Lo ngapain naik bus?" tanya Reva.

"ini em m-motor gue rusak" jawab Dafa.

"oh kirain gue Lo ngindep di rumah Angkasa"

"Gue baru tau kalo Angkasa ternyata tetanggaan ama Lo" ujar Dafa, Reva hanya tersenyum dan hanya itu percakapan mereka berdua sampai akhirnya Reva dan Dafa sampai di SMA Xaviez.

Senja Di ujung HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang