Kontrak-18

30 18 19
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian ya🙌🏻💗

*
*
*

"Saat kuputuskan untuk menerima uluran tanganmu hari itu, tidak pernah ada dalam bayanganku tangan ini akan dipaksa kembali melepaskan genggamanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat kuputuskan untuk menerima uluran tanganmu hari itu, tidak pernah ada dalam bayanganku tangan ini akan dipaksa kembali melepaskan genggamanmu."

****

Sera mematung di hadapan ruang penanganan pasien. Menangis pun ia tak lagi mampu. Seluruh pikirannya kosong dan tubuhnya mendadak kaku. Ketakutan seolah menekan jiwanya hingga ke dasar jurang dan membuatnya hanya mampu menjadi raga kosong yang berdiri bagai sebuah batu.

"Sera!!" teriakan diiringi suara langkah cepat yang mendekat, bahkan tidak mampu membuat Sera beranjak dari posisinya.

"Sera! Yagiz mana?" Arum-mama Yagiz yang tampak baru saja tiba, lekas menepuk pelan bahu Sera. Membantu kesadaran wanita itu agar perlahan kembali pada tempatnya.

"I-itu ...," jawab Sera gugup. Sembari menunjuk ke dalam ruangan yang dibatasi oleh pintu kaca itu.

"Astaga, Yagiz." Tubuh Arum luruh ke lantai dengan tangis yang mulai terdengar. Hatinya remuk kala melihat tubuh putranya harus kembali dipenuhi oleh berbagai macam alat medis.

"Tante, aku yakin Yagiz baik-baik aja." Sera lekas berlutut di hadapan Arum, lalu menarik wanita paruh baya itu ke dalam dekapannya.

"Gimana ini, Sera? Tante bahkan nggak tau kalau Yagiz menolak terapinya lagi," ujar Arum di sela tangisnya.

Dada Sera bergemuruh. Sebuah taman kecil yang baru saja kembali mekar dalam hidupnya harus kembali diterpa badai. Entah kenapa takdir begitu senang memporak porandakan hidupnya. Apa keluarga yang berantakan tidak cukup hingga bahkan Yagiz pun ingin direnggut darinya?

"Sera, kalau Yagiz ...."

"Nggak Tante! Semua baik-baik aja. Yagiz udah janji."

Setidaknya meski ia hanya memiliki harapan kurang dari satu persen, Sera ingin tetap bergantung pada harapan itu. Yagiz Nawasena yang ia kenal, adalah pria yang selalu menepati janjinya. Maka kali ini, Sera yakin Yagiz juga akan menepatinya.

Di antara rasa sakit yang mengelilingi, entah kenapa ingatan tiga tahun lalu mendadak menyerang Sera. Ingatan saat ia memilih untuk menjadi bagian dari Yagiz, seakan mengajak Sera untuk kembali menjelajah waktu.

"Menurut lo, kalau hari itu kita nggak pernah ketemu, gimana?" tanya Sera kala dirinya dan Yagiz tengah menikmati suasana senja di rooftop sekolah hari itu.

Kontrak Cinta MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang