15

821 93 2
                                    

Everett pulang sendirian kali ini. Lebih tepatnya karena Caspian pasti akan menginap di rumah utama Alexander dan Everett membiarkan Dalton mengawalnya.

Jadi hanya dirinya dan Benedict kali ini. Sudah menjelang tengah malam saat dirinya sampai di apartemen.

Hal pertama yang dia lakukan adalah membuka setelan formal. Merasakan lega saat celana dibuka karena sepanjang acara terasa menekan perutnya yang mulai membuncit.

Tangannya mengelus pelan perutnya, menyadari bahwa tubuhnya perlahan menunjukan perubahan seiring bertambahnya usia kandungan. Menunggu waktu hingga semuanya tak lagi bisa dia sembunyikan.

Segera saja pakaiannya beralih pada piama longgar yang nyaman dipakai. Hingga suara bel pintu membuatnya mengernyit.

Benedict segera waspada, diikuti Everett dibelakang pengawalnya itu. Beruntung Intercom menunjukan sosok Athlas. Membuat Benedict segera menyingkir dan mendorong Everett maju.

“Athlas?” Tanyanya bingung

Si yang lebih tua mencoba menampilkan senyum tipis “Selamat malam?”

Everett membuka pintu lebar menyuruh Athlas untuk masuk. Pria yang lebih tua itu masih dengan setelan jas formalnya.

“Ada apa?” Everett bertanya sembari menyajikan secangkir air hangat, mengingat suhu yang lumayan dingin.

Athlas terdiam sesaat, bingung harus mengungkapkan niatnya bagaiaman “Boleh aku menginap mala mini?”

Everett mengerjap mendengarnya, memang Athlas tak jarang menginap disini. Namun biasanya pria itu akan datang di waktu makan malam atau petang selepas dari kantornya.

Sangat jarang datang di tengah malam ini. Tetapi Everett merasakan ada yang tak beres, meskipun Athlas hanya menampilkan wajah datarnya seperti biasa, Everett yakin ada sesuatu yang mengganggu si yang lebih tua.

Melihat Everett tak menjawab, Athlas merasa canggung “Jika kau keberatan, aku bisa-“

“Tentu saja boleh.” Kalimatnya dipotong begitu saja.

“Terima kasih.” Everett hanya mengangguk sebagai jawaban. Menuntun si yang lebih tua ke kamar yang biasa dirinya tempati jika menginap.

Pikiran Athlas berkecamuk setelah acara selesai. Dirinya memang tak pernah ikut di acara Charity kelaurga Alexander, selalu saja Victor yang mendatangi atau asisten kepercayaan mereka.

Karena Athlas tau dirinya tak memiliki keyakinan atas pertahanan dirinya sendiri untuk tak mencekik Charlote saat itu juga.

Pikirannya penuh, tuhan tahu seberapa banyak stok kesabaran yang dia gunakan malam ini untuk menahan diri. Ditengah huru hara riuhnya pikiran yang dia pikirkan hanyalah apartemen Everett.

Entah mengapa berada disini memberi ketenangan yang tak biasa. Seolah tak ada masalah yang menimpanya. Seolah semuanya  tak berjalan serumit itu.

Beruntung Everett menyambutnya dan tak mengusirnya. Membiarkan Athlas dengan tak tahu malu masuk ke teritorinya.

****

Baru kali ini Athlas merasa tidur pulas hingga bangun agak siang. Biasanya pukul 6 tepat dirinya akan bangun dan kali ini jam 7 pagi dia baru membuka mata.

Ketukan di pintu kamarnya membuatnya terbangun dari lelap.

“Asistenmu mencarimu dia memberikan ini. Ku kira kau sudah bangun.”

Everett canggung melihat penampilan baru bangum tidur Athlas. Rambutnya agak acak-acakan dengan hanya kemeja putih dan celana hitam yang melingkupi.

Masih terlihat rupawan tanpa cela, membuatnya menghela nafas.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang