32

138 17 2
                                    

...

Pagi ini junghwan bangun lebih awal karena tidak merasakan adanya sang mama di samping tempat tidurnya, ia menoleh kesana kemari mencari sang mama, tapi tidak ada, dan hanya ada papanya yang masih tertidur nyenyak di sampingnya.

Semalam Junghwan dipindahkan ke kamar utama karena menangis akibat mimpi buruk, itulah sebabnya ia ada di kamar ini sekarang.

"mamaa," panggilnya.

Junghwan duduk di tempat tidur, matanya mengerjap-ngerjap karena cahaya matahari yang mulai masuk melalui celah gorden. Ia memanggil lagi, "Mama..." suaranya lembut namun penuh harap. Tapi yang terdengar hanyalah dengkuran halus papanya, Jihoon, yang masih terlelap di sampingnya.

Junghwan mengusap matanya dengan punggung tangan mungilnya. Tidak biasanya ia bangun tanpa melihat Hyunsuk di dekatnya. Ia mulai merasa cemas. Dengan langkah kecil, ia turun dari tempat tidur, tangannya yang mungil menarik selimut agar tidak menginjaknya. Setelah itu, ia melangkah ke pintu kamar, membuka perlahan, dan mengintip ke lorong.

Rumah terasa sunyi, hanya terdengar suara burung dari luar jendela. Junghwan menoleh ke arah ruang tamu, berharap menemukan mamanya di sana, tapi ruangan itu kosong. "Mama..." panggilnya lagi, kali ini sedikit lebih keras.

Tidak ada jawaban.

Rasa cemas semakin menghantui pikirannya. Ia kembali masuk ke kamar dan mendekati papanya. Dengan tangan kecilnya, ia menggoyang bahu Jihoon. "Papa, bangun," katanya dengan nada memelas.

Jihoon membuka matanya perlahan, masih setengah sadar. Ia mengerang pelan sambil menggeliat, kemudian duduk bersandar di kepala tempat tidur. "Juju? Kenapa bangun pagi-pagi?" tanyanya dengan suara serak.

"Mama nda ada," Junghwan menjawab, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Jihoon mengerutkan kening, berusaha memahami situasi. Ia mengusap wajahnya dan menoleh ke sisi tempat tidur, menyadari bahwa Hyunsuk memang tidak ada. "Oh... mungkin mama lagi di dapur, Sayang. Papa cek dulu, ya."

Junghwan mengangguk kecil, matanya terus menatap Jihoon, seolah meminta kepastian bahwa semuanya baik-baik saja.

Jihoon turun dari tempat tidur dan meraih kaosnya yang terlipat di kursi. Ia mengajak Junghwan keluar kamar. "Ayo, kita cari mama sama-sama."

Mereka berjalan menyusuri lorong menuju dapur, dan di sana, Jihoon akhirnya menemukan Hyunsuk sedang duduk di meja makan, mengenakan sweater hangat, dengan secangkir teh di tangannya. Wajahnya masih terlihat sedikit lemah, tapi ia tersenyum ketika melihat Junghwan berlari kecil ke arahnya.

"Mama!" seru Junghwan dengan nada lega. Ia segera memeluk Hyunsuk, menggosok-gosokkan wajahnya ke perut sang mama.

"Eh, Juju bangun? Maaf ya, mama nggak ada di kamar. Mama nggak mau ganggu kalian tidur," kata Hyunsuk sambil mengelus rambut Junghwan. Ia menunduk untuk mengecup dahi anaknya.

Jihoon mendekati meja, tangannya menyentuh bahu Hyunsuk. "Kamu nggak apa-apa? Kenapa nggak bangunin aku kalau kamu mau bangun pagi-pagi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Hyunsuk tersenyum kecil. "Aku nggak apa-apa, Jihoon. Hanya merasa lapar tadi, jadi aku bikin teh dan makan sedikit roti. Sekarang lebih baik kok."

Jihoon masih terlihat ragu, tapi ia tidak ingin menekan Hyunsuk. Ia duduk di kursi di sebelah istrinya, sementara Junghwan naik ke pangkuan Hyunsuk, memeluk erat. "Mama nda boleh sakit lagi, ya. Juju takut," katanya dengan suara kecil.

Hati Hyunsuk mencelos mendengar kata-kata itu. Ia memeluk Junghwan erat-erat. "Mama janji, Juju. Mama akan jaga kesehatan biar bisa main sama Juju terus."

Married by Accident - HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang