Your face reminds me of nasi uduk, beautiful and delicious banget well. Please jaga hati, kita gak tahu meleng dikit aku udah dapetin hati kamu. 9000km jarak kita terbentang lautan pun akan kuseberangi. 大好きです. 我爱你. Ich liebe dich. Σ' αγαπώ.
"Lo emang selalu begini ya?"
"Gini gimana?"
"Aneh dan hiperbola pangkat kuadrat,"
"Sumpah, lu nasi padang tanpa rendang dan daun ubi banget,"
"Gak nyambung sumpah gua gak kuat."
Tadi itu secarik surat yang Jisoo tulis untuk crushnya. Udah kayak nasi kucing, super alay dan gak berbobot, enam bahasa jadi satu.
Gak cuma writing cewek itu aja yang bikin Sowon geleng-geleng kepala, tapi kelakukan juga. Bayangkan tengah hari buta Jisoo tiba-tiba bilang ia naksir bapak sopir yang baru ia temui dua kali berturut-turut di bus yang berbeda.
Dua kali.
Kalau pertemuan ada tingkatannya, kasus Jisoo ini namanya kebetulan. Nothing special. Cuma Jisoo itu emang hiperbola, khayalannya sudah tidak bisa Sowon bendung. Kalau kata dia,
"Sowon, gue ketemu dia dua kali. Dua kali! Bahkan di bus dan jam yang berbeda. Pertemuan dua kali berturut turut itu namanya takdir, unmyeong!"
"Itu karena dia sopir bus nya, Kim Jisoo," sampai seret Sowon ngomong gini, bukan sadar diri yang dia dapatkan malah khayalan cewek itu yang semakin melambung tinggi.
Kembali ke pembahasan awal, terhitung sudah tiga kali total pertemuan 'kebetulan' Jisoo dengan sopir bus yang ia sebut ganteng banget itu. Semakin yakin pula tekad Jisoo bahwa ia memang jodoh yang Tuhan siapkan untuknya.
Katanya sopir bus itu biasa bapak bapak, sudah tua dan peyot, atau berkumis. Tapi yang Jisoo temui ini berbeda, wajahnya muda, mulus, bersih, tampan, tinggi (walau tidak tahu kalau soal duit). Pokoknya jauh dari yang biasa mereka lihat. Ditambah cowok itu menjadi sopir di bus yang dia naiki berkali-kali di waktu yang berbeda, Jisoo jadi semakin besar kepala bahwa ini yang disebut sebagai takdir benang merah.
Kalau kata Sowon itu alibi tak berdasar, soalnya siapa sih yang memperhatikan sopir di bus yang mereka tumpangi. Sudahlah duduknya jauh, selain itu, apa pentingnya?
Bisa saja mereka menaiki bus dengan sopir yang sama berkali-kali, hanya Jisoo tidak sadar karena orang itu tidak good looking.
"Dari semua jam, kenapa kita harus berpapasan di jam itu. Bisa aja kan, gue naik tapi lagi bukan dia sopirnya,"
"Itu namanya jadwal Jisoo, jadwal."
Dalam artian lain, Sowon yakin seratus persen pertemuan Jisoo itu kebetulan. Malah cewek itu lebih mirip kalimat "naksir orang random yang dijumpai satu detik lalu langsung lupa besoknya."
Tampaknya tidak begitu, Jisoo malah jadi semakin menggebu-gebu. Sudah seminggu jarak antara pertemuan terakhirnya dengan cowok itu, katanya ia sudah tidak menjumpainya lagi semenjak Jisoo meresmikan perasaannya. Dan ketika dia menceritakan itu ke Sowon, respon cewek itu, "kebetulan lu harepin,"
Jisoo jadi semakin cemberut. Namun karena sudah kepalang kangen dan ingin lihat sopir ganteng incarannya itu. Jisoo pun memutuskan ambil risiko dengan langsung terabas membuat surat cinta.
"Bakal gue kasih surat ini kalau ketemu dia,"
"Jesus Christ, cepet pensiun lu jadi temen gue!"
...
Faktanya bukan tampang cowok itu yang bak daun segar saja yang Jisoo sukai, tapi sifatnya juga. Padahal ia baru menyaksikannya sekali, tapi anggap saja Jisoo langsung berasumsi kalau cowok itu orang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝐮𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 - 𝑻aeyong 𝓙isoo
FanfictionTaeyong and Jisoo in every alternative universe. On going. [Bahasa sedikit mulai membaik di setiap chapter] © start 2020