102

4.2K 732 67
                                    


   Sore harinya Reno sudah berada di gedung kota, rata rata yang mengikuti lomba lukis ini anak SMA sampai kuliah.

"Jun berani kan?" Reno menatap Renjun yang sudah antusias melihat keluar mobil.

"Cudah om, anti Jun dapat diah kan?" Tanyanya membuat Reno mengangguk.

"Kalaupun nanti Injun gak menang, om bakal tetap kasih hadiah kok" Reno mengusak gemas rambut Renjun.

"Ayo turun" ajaknya sembari menggandeng tangan Renjun untuk masuk ke dalam.

"Permisi mbak atas nama Park Renjun" ujar Reno saat sudah tiba di tempat pendaftaran untuk mengambil tanda pengenal untuk Renjun.

"Ini pak, namanya Park Renjun ya, ehhh maaf pak, lombanya untuk usia 15 tahun ke atas" perempuan tadi mengurungkan niatnya untuk memberikan kartu itu.

  Reno sendiri langsung terdiam menatap perempuan tersebut.

"Iya saya tau kok mbak lombanya untuk usia 15 tahun ke atas, lalu apa yang salah" ujarnya.

"Maaf pak, ini anaknya belum cukup kayaknya umurnya ya, masih SMP kalau di liat mukanya" ujar perempuan itu membuat Reno langsung menatapnya sengit.

"He mbak, manurut mbak nya nih anak saya masih kecil gitu, gini gini tinggian anak saya dari pada mbak nya, lagian anak saya udah SMA ya, mukanya aja sama badannya yang mungil" Reno langsung mengambil kartu pengenal tersebut membuat mbak mbak tadi tersenyum malu karena salah mengira.




   Suasana di dalam ruangan itu cukup senyap karena tidak banyak orang juga dan yang menemani juga hanya sedikit karena hanya di perbolehkan satu orang untuk menemani, beruntung tema menggambar nya sesuai selera.

"Bakatnya Wendy dalam menggambar memang nurun ke Renjun kayaknya" ujar Reno, dirinya duduk tak jauh dari tempat Renjun melukis, dirinya memperhatikan bagaimana fokusnya anak itu memadukan setiap warna, apalagi memang sejak ikut dirinya, Renjun selalu mengasah kemampuannya dalam melukis bersama guru seni di sekolah nya.


"Hallo adek, lagi buat tema apa nih?" Seorang pemuda menghampiri Renjun, dia salah satu juri lomba lukis kali ini.

"Kok gak di jawab kakak nya" ujarnya melihat Renjun yang masih terlalu fokus melukis.

"Bental, Jan anggu anggu Jun, Jun masih lukis lukis ni" kesalnya namun Renjun tidak melirik sama sekali.

"Oke oke kakak minta maaf" dirinya merasa lucu dengan peserta satu ini, apalagi ekspresi nya ketika serius.

"Boleh kenalan gak, nama kakak Gama, kalau adek siapa?" Tanyanya, namun lagi lagi Renjun tidak meresponnya.

" INJUN" tekannya, dirinya mau fokus malah di tanya tanya.

"Aahh Renjun ya" dia terkekeh pelan membaca kartu nama peserta yang menggantung di leher Renjun.

"Kakak anggu Jun mulu" Renjun akhirnya menatap kesal ke arah Gama yang kini justru tertawa.

"Semangat ya, siapa tau menang" Gama sempat mengusak rambut Renjun sebentar membuat Renjun semakin menatapnya kesal.


   Kini sudah tiba di ujung acara, waktunya pengumuman siapa pemenangnya, Renjun sendiri sudah anteng bersama Reno sambil memakan snack jajanan yang di berikan sebagai konsumsi oleh panitia.

"Injun kalau gak juara gak apa apa ya, lukisannya bagus semua, tapi punya Injun juga bagus kok, nanti om tetap kasih hadiah oke" gumam Reno, sekarang dirinya sedikit pesimis, tapi tidak masalah yang penting Renjun udah berani aja dulu.

  Ternyata dugaan Reno benar, Renjun tidak menjadi juara tapi walaupun begitu lukisan Renjun masuk 10 besar, Renjun tetap mendapatkan medali dan hadiah kotak yang sedikit besar menurut Reno.

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang