Bab 34. Hilang Kendali

33 6 0
                                    

"Sial," gumam Nick berbalik. Ia mendorong Tessa ke balik pohon.

"Ada apa?" Tessa bertanya, tetapi Nick mengabaikannya. Pemuda itu cepat-cepat membuka kemejanya, yang mendapat kernyitan dari Tessa.

"Pakai ini," perintah Nick mengulurkan kemejanya. Ia melepas jaket Tessa, kemudian meleparnya ke air terjun.

"Kenapa aku--"

"Lakukan saja, cepat!" Nick menarik belati dari sabuknya, kemudian menorehkan luka ke telapak tangan. Darah keluar dari sana. Ia membalurkam darah itu ke kemeja yang dikenakan sang gadis, lalu ke gaunnya.

"Nick? Apa yang kau lakukan?"

"Ssst!" Pemuda itu mendorong kepala sang gadis agar merunduk. "Berdiamlah di sini, jangan ke mana-mana dan sembunyikan dirimu."

"Tapi--"

"Kumohon, Tessa. Lakukan perintahku!"

Gadis itu melihat kekhawatiran di mata sang pemuda. Ia lantas mengangguk.

Setelah yakin Tessa bakal menurut, Nick kembali ke jalan setapak. Sepasang werewolf mendekatinya. Mereka sempoyongan, sepertinya tengah mabuk gairah. Mata mereka kadang tak fokus, tetapi mereka tetaplah werewolf, berbahaya dan impulsif.

"Hai, Nick!" Si werewolf perempuan menyapa. Dia menyusurkan jemarinya yang panjang ke dada sang pemuda yang terbuka. "Aku tak tahu kau bergabung dalam Mate Ceremony."

Dengan tenang, Nick menjawab, "Aku tidak bergabung, Samantha. Aku sedang bertugas."

"Setengah telanjang?" timpal werewolf laki-laki. "Ayo, bergabunglah dengan kami."

"Tidak, terima kasih, Noah."

Samantha menepuk dada Nick dengan lembut, serta menggoda. "Aku iri dengan dedikasimu, tapi Noah memiliki ide bagus tadi."

Tessa mengintip, hati-hati mencegah tanah yang diinjaknya bergerak turun. Ia masih meringkuk di tempatnya.

"Yeah, tapi gagal." Noah tampak kecewa.

"Ide apa?"

"Kau tidak akan percaya," sahut Samantha. "Dia ingin mencicipi darah manusia."

Raut wajah Nick menggelap. Ia mencengkeram leher Noah dengan satu tangan. Sembari menggertakkan gigi, ia mengancam, "Kau tidak boleh menyentuhnya! Dia tamu! Bukankah perintah ayahku sudah jelas?"

Noah memukul-mukul lengan Nick dengan putus asa. Kakinya yang terangkat menggelepak. Samantha mencoba membantunya. "Lepaskan dia, Nick. Sudah kami bilang kalau rencana itu gagal. Dia tidak ada di kabinnya."

Nick melempar lelaki itu. Tessa yang melihatnya tidak menyangka dia memiliki kekuatan seperti itu. Ototnya tidak tampak lebih besar dari werewolf yang dicekiknya.

Noah terbatuk, terjerembab di tanah. Namun ia berusaha bangkit.

"Kalian beruntung karena gadis itu tidak ada di kabinnya. Kalau tidak, aku akan bunuh kalian," ancam Nick.

"Maafkan kami," Samantha memohon. "Lagi pula, itu bukan salah kami. Penjaganya tidak ada. Mereka sibuk merayakan Mate Ceremony di bawah. Jadi, kami masuk ke kabinnya."

Tessa mengernyit memikirkan maksud perkataan Samantha.

Setelah berhasil bangkit, Noah kembali ke sisi Samantha. Ia merangkulkan lengannya ke bahu gadis itu, kemudian menyurukkan kepala ke leher sang gadis, menghirup aromanya banyak-banyak.

"Sekarang lebih baik kalian ke atas. Ayahku tak akan mengusut kematian dua werewolf saat Mate ceremony berlangsung."

Samantha mengangkat bahu, kemudian menarik Noah pergi. Mereka berjalan naik. Ketika sampai di dekat pohon tempat persembunyian Tessa, Noah berhenti, kemudian menoleh. "Aneh," katanya, "aku mencium aromamu di dua tempat yang berbeda."

Redemption of Fallen AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang