36/36

95 18 5
                                    

Beberapa bulan berlalu.

Joanna dan Jeffrey sedang bersantai di ruang tamu. Bukan karena baru saja ada tamu. Namun karena  baru saja berkemas untuk keperluan si wanita pulang kampung.

"Padahal aku tidak masalah kalau lebaran di sini saja." ucap Joanna yang sudah berkeringat. Karena lelah mengemas barang yang tidak seberapa. Sama seperti Jeffrey juga. Sebab dia yang bertugas mengangkut barang. 

"Apa kata orang tuamu kalau kamu tidak pulang? Bisa jelek namaku di mata mereka!"

"Ya sudah sih, tidak penting juga penilaian mereka."

"Sayang, aku tidak mau ada konflik di pernikahan kita. Kita pulang sebentar saja, mau ya?"

Jeffrey mendekati Joanna. Merangkul wanita itu meski tubuh mereka sama-sama berkeringat. Dia juga berniat mengecup bibirnya. Namun segera ditunda saat ingat jika mereka masih berpuasa.

"Hey! Jaga jarak!"

Jeffrey terkekeh pelan saat dirinya didorong Joanna. Sehingga mereka kembali berjauhan. Duduk di pojokan sofa sembari saling tatap.

"Beneran sehari saja, ya? Aku tidak mau lama-lama."

"Iya, Sayangku!"

Jeffrey melayangkan ciuman untuk istrinya. Sedangkan Joanna mendecih saja. Karena merasa Jeffrey begitu menyebalkan pada beberapa hari ke belakang.

Ya. Joanna merasa seperti itu karena Jeffrey memaksa dirinya untuk pulang kampung. Padahal mereka sudah sepakat agar lebaran tahun ini berada di rumah Sandi dan Jessica. Namun tiba-tiba, pria itu memutuskan agar besok malam mereka berangkat ke rumahnya.

"Tahu begini aku belajar menyetir kemarin-kemarin. Supaya kita bisa gantian jika tidak ada supir."

Jeffrey terkekeh pelan. Dia mendekati istrinya lagi. Mengusap rambutnya yang sudah lepek sekali. 

"Kalaupun kamu bisa nyetir, aku tidak akan membiarkan istriku yang cantik ini kelelahan menyetir di jalan pantura yang berbahaya sekali."

"Idih! Geli!"

Lagi-lagi Joanna mendorong Jeffrey. Agar mereka memisahkan diri. Karena takut birahi. Mengingat selama beberapa bulan terakhir, mereka memang kerap melakukan itu jika hanya berduaan seperti ini. Baik di pagi, siang apa lagi malam hari.

"Kenapa kamu tidak suka dipuji cantik, sih? Padahal kamu cantik sekali!"

"Aku tahu aku cantik, tapi tidak secantik itu sampai bisa kamu puji terus-menerus!" Joanna mulai meraih ponselnya. Lalu membuka kamera. Guna memeriksa jerawat di bawah hidungnya. Karena akhir-akhir ini dia mulai berjerawat akibat sering makan gula-gulaan.

"Besok lebaran, tapi malah jerawatan. Mana sakit lagi, sialan!"

"Biasanya kalau kamu injeksi langsung sembuh."

"Iya sembuh, tapi tumbuh di tempat lain lagi. Aku capek bolak-balik."

"Ya sudah, ditahan saja. Mungkin karena hormon juga. Kamu mau datang bulan, kan?"

Joanna mengangguk singkat. Lalu bangkit dari sofa. Berniat mandi karena mereka akan berangkat ke rumah Sandi dan Jessica. Untuk buka bersama sekaligus takbiran di sana. Menginap juga. Sesuai rencana. Karena Nolan dan supir mereka sudah pulang kampung kemarin lusa. Sehingga mereka agak merasa sepi juga jika malam takbiran di rumah saja.

———

Joanna dan Jeffrey sudah berada di mobil sekarang. Mereka akan melakukan perjalanan ke rumah Rendy dan Liana. Setelan seharian menghabiskan waktu di rumah Sandi dan Jessica.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GET TO KNOW BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang