Bab 35. Kesadaran Akan Rasa Sakit

13 5 3
                                    

Tessa terengah, pandangannya kabur, dan kepalanya berdenyut. Kemarahan membuatnya buta. "Apa yang kau lakukan?"

"Apa yang kulakukan?" ulang orang itu, yang rupanya adalah Nick. Ketika pandangan Tessa kembali jernih, ia dapat melihat raut sang pemuda marah. Murka malah. Tangannya mengepal erat, dadanya naik turun dan wajahnya merah padam. "Kalau kemaluanmu memang gatal dan ingin digaruk bilang padaku! Akan kuundang kau agar bergabung dengan ayahku!"

Sebuah tamparan mendarat ke pipi Nick. Tangan Tessa gemetar oleh amarah ketika melakukannya. Namun, Nick tak gentar. Ia menghantam Luke yang hendak menyerangnya lagi, membuat lelaki itu kembali tersungkur.

Wajah Luke sudah babak belur ketika meludahkan darahnya ke tanah. "Dasar bocah sialan!"

"Kau yang bajingan!" Nick hendak maju, tetapi Tessa menarik lengannya.

Bersamaan dengan itu, Lyra terseok-seok naik dan menahan Luke yang hendak menyerang lagi. "Sudah, hentikan!" Tubuh Lyra terluka. Memar menghiasi pipinya, bibirnya robek, lututnya memutar dengan cara yang aneh. Beberapa bagian tubuhnya kebiruan, seolah ada yang menghajarnya habis-habisan. "Maaf, aku terlambat. Dia kehilangan akal setelah mencium aroma gadis itu."

"Lyra, apa yang terjadi?" Tessa syok melihat wanita itu. Beberapa saat lalu, ia melihat dia baik-baik saja.

"Hal yang sama yang terjadi padamu," jawab Lyra singkat. Ia beralih pada Luke, "Ayo, Luke, aku bisa membantumu."

"Aku menginginkan gadis itu!" Luke mengerang, menepis cekalan Lyra. Matanya terpaku pada Tessa.

Nick maju ke depan Tessa, dengan protektif melindunginya. "Jika kau maju selangkah lagi, aku akan membunuhmu. Kau tahu aku mampu melakukannya, Luke."

Lyra merayu, "Ayo, Luke. Biarkan aku membantumu. Kau tak bisa bersamanya."

Luke mengeram frustrasi. Ia merangkul bahu Lyra, mencengkeramnya. Otot lengannya menegang dan matanya menyiratkan penderitaan.

"Kumohon, biarkan aku membantumu. Kau akan menyesal kalau nekat melakukannya terhadap gadis itu."

Luke mengerang frustrasi. Ia mengawasi Nick yang memberikannya tatapan tajam. "Kita belum selesai, bocah!" raungnya.

"Kapanpun kau ingin melanjutkannya, aku selalu siap." Nick mendengkus jijik.

Lyra menarik Luke agar meninggalkan tempat itu. Lelaki itu akhirnya menyerah.

Tessa mengumpat kesal. "Kenapa kau menggangguku? Dia takdirku. Kau tidak seharusnya--"

Nick berbalik, masih memancarkan kemurkaan, "Kau itu bodoh atau tak sadar apa yang telah dia lakukan padamu?"

Tessa mendengkus. "Memangnya apa yang dia lakukan padaku? Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. Aku menginginkannya, dan dia menginginkanku. Apa yang salah dengan itu?"

"Kau ingin tahu apa yang salah?" Suara Nick naik tiga oktaf, membuat nyali Tessa mengerut. "Ikut aku." Ia lantas menyambar lengan Tessa, menggendongnya di punggung. Secepat kilat, ia membawa Tessa ke kabinnya. Ia menyalakan semua lentera hingga cahaya menyinari setiap sudut kabin itu. Ia lantas menempatkan Tessa ke depan cermin, membuka paksa gaun gadis itu.

"Lihat! Lihat apa yang dia lakukan terhadapmu!" Nick menunjukkan bayangan Tessa pada cermin. Di sana, gadis itu ternganga ketika menyadari pundaknya berdarah akibat gigitan Luke. bahunya memar, terdapat bekas jari-jari Luke. Bibirnya robek dan pinggangnya kebiruan. Di pahanya juga ada bekas tekanan. Gadis itu syok. Setiap tempat yang disentuh oleh Luke tercipta luka yang bahkan tidak dia sadari.

"Rasa sakitnya bakal datang terlambat, kau tahu? Itu respons normal, bukan karena cinta, nafsu, atau apalah."

Ketika Nick berkata seperti itu, rasa sakit mendadak menyengat Tessa. Gadis itu merintih, memegang pundaknya yang berdenyut. Lututnya gemetar. Ia bakal jatuh andai Nick tidak menahan tubuhnya, mengangkatnya dan mendudukkannya di meja. Ia menyahut kain, membersihkan darah Tessa dengan sabar. Ia mengoleskan obat pada memar yang menghiasi gadis itu.

Redemption of Fallen AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang