Kos

42 9 2
                                    

Udah jam 10.12 tapi denji masing baringan di kasurnya. Di temani sketchbook yg berserakan di samping nya, serta mahluk lain yg memeluk erat pinggang. Mendusal pada leher, yg menghantarkan rasa geli.

Kepulan asap rokok terbawa angin akibat jendela yg terbuka. Batang ke 2 kini denji hisap. Selagi yg satu memegang nikotin, tangan satunya lagi ia larikan pada surai berantakan milik kekasihnya itu.

Si pemilik surai hitam itu menggeram rendah. Semakin mengubur dirinya dalam gelungan selimut dan pelukan denji. Elusan pada rambut itu lantas turun, menelisik satu persatu tindik di telinga.

Ketika pandang nya beralih. Ia bisa melihat pantulan mereka berdua dalam cermin. Denji ngeri sendiri melihat dada hingga lehernya penuh tanda kepemilikan. Bahkan sampai berwarna hampir keunguan. Seperti memar.

Menelisik kamar, baju mereka berserakan di lantai. Semalam. Hmm ya semalam mereka tak melakukan sampai sejauh itu. Untungnya.

Dengan susah payah denji menahan yoshida yg sudah dikuasai nafsu setan. Benar benar setan. Tidak lagi lagi denji memancing emosi pemuda satu ini. Nanti denji sendiri yg mampus dan kena makan.

Batang nikotin yg memendek akhirnya ia gesekkan pada asbak di nakas. Pas mau balik tidur, ada orang mengetuk pintu. Yg membuatnya harus bangkit.

" Pakettt!!"

" Pagi bener dah. Cat yg gue pesen apa ya" monolognya sambil menyingkirkan tangan besar yoshida. Bukannya menyingkir malah makin gelendotan.

Ia ambil baju yoshida di lantai dan di pake. Kedodoran ya bodo amat. Penting pake baju dulu. Dia udah berdiri tapi tangannya masih di gendolin yoshida.

" Lepas dulu. Gue mau ke depan"

Setengah mata yoshida terbuka. Setengah sadar dan menggerutu pemuda itu ikutan berdiri. Memeluknya dari belakang. Wajahnya pun ia tumpukkan pada bahu kanan denji.

" Pakettt!!! Cod nih mass!!"

" Iyeee bentar!!" Saut denji karena masih berusaha melepaskan diri.

" Minggir bangsat. Gue mau ke depan itu kurir nya nanti ngambek"

Tapi tak ada respon sama sekali dari yoshida. Karena ga mau bikin tukang kurir ngambek. Denji jalan ke depan sambil bawa dompetnya.

Membuka pintu setengah, agar si yoshida ini ga keliatan kan ya. Denji ngintip doang di pintu.

" Berapa bang?"

" 145 ribu, lama bener ngapain dah" eh si denji nyengir doang, kang kurir malah penasaran jadinya. Karena udah ditutupin pake pintu pun. Kan si yoshida ini meluk denji. Otomatis tangan kekarnya itu keliatan jelas meluk pinggang kecil denji.

" Oalah pacaran to. Pantes lama" ucap kang kurir tenang. Dia berani ngomong gitu karena udah kenal denji lama juga.

Denji makin nyengir, trus buru buru kasih uang 150 ke kang kurir. " Sutt. Jangan kasih tau ibu kosan ya bang. 5 ribu nya ambil aja"

Denji buru buru nutup pintu dan ngunci. Balik ke kasur masih di intilin bayi gede nya itu.

Pas udah duduk. Yoshida narik denji buat rebahan lagi. Tapi karena udah siang dan laper. Di tepis lah itu tangan.

" Lo aja dah yg tidur. Gue mau masak" denji bangkit dan ngambil beberapa bahan masak. Dapur kos tuh bersama. Jadi denji keluar kamar.

Yoshida yg sadar itu buru buru make celana sama kaos denji yg ngepas di badan dia. Trus lari nyusulin denji.

Dia liat denji yg asik manasin minyak. Sambil ngiris bumbu. Yg bikin yoshida kesel tuh, denji masih pake celana pendek kemarin. Reflek dia nutupin badan dia dari belakang. Membentengi tubuh kecil itu.

Denji terperanjat, merasakan sentuhan di perutnya. Jari jari panjang yoshida menelusuri sekitaran pusar.Ia menoleh mendapati yoshida dengan wajah datar. Ya denji kira karena dia ngantuk aja.

" Ga bisa ditinggal amat" cibirnya.

" Kamu tiap hari kayak gini?"

" Hah?" Sambil mengoseng bumbu denji bertanya bingung.

" Celana mu"

" Oh. Lah iya emang kenapa? Punya gue pendek semua kalo di kos an"

" Tinggal sama aku aja yuk"

" Dih ogah" tukasnya cepat tanpa berpikir.

" Apa aku bayar sekosan. Biar ga ada yg liatin kamu kayak gini"

" Idih. Siapa juga yg nafsu sama gue kak. Lu doang palingan"

Pas lagi asik masak. Beam ga sengaja baru balik dari kampus trus mau ambil minum.

" Eh!"

" Baru pulang?" Denji dengan ramah menyapa. Beda sekali dengan sosok di belakangnya yg sudah menatap beam penuh peringatan.

" Iya bang den. Bang den masak apa?" Beam mah ga peduli. Toh dia duluan yg deket sama denji karena temenan. Dia ngedeket buat ngelirik masakan denji.

" Mau dong"

" Ambil aja. Ini juga gue buat banyak kok"

"Babe, kok boleh!" Yoshida menggertak tak terima. Mengamati beam yg memeletkan lidah.

" Emang kuat ngabisin sewajan?" Denji meraih piring untuk diisi nasi goreng yg baru saja matang. Memberi nya begitu saja pada beam.

" Makasih bang den. Duluan ya bang!" Pamitnya hendak meninggalkan mereka.

" Barengan aja kali makannnya disini. Biasanya juga gitu" ucap denji enteng. Ga liat pacarnya udah kebakaran jenggot karena cemburu.

" Mati gue yg ada. Nanti gue yg cuciin bang tinggal aja disitu"

" Lah?" Denji memiringkan kepala nya tak mengerti. Lantas kembali mengisi piringnya dan yoshida.

" Udah yuk. Balik kamar"

" Sini aja kenapa sih?" Maksud denji tuh ya sebelah dapur tuh ada tempat duduk. Sekalian aja kan makan disitu.

" Engga. Sini aku bawain" dua piring itu direbut dan balik ke kamar denji dengan segera. Meninggalkan denji yg plonga plongo.

Setelah makan, yoshida gelendotan lagi di samping denji yg sibuk cari referensi buat pameran. Sibuk ngetik di laptop yoshida yg ia pinjam. Kepala nya nyungsep di paha denji. Sambil perutnya denji dipelukin.

"Masih lamaa yaa" rengeknya meminta perhatian.

" Heem"

Tangan yoshida menjalar panjang, menyentuh leher dan bermain di sekitar jakun. Denji merinding tak karuan. Beberapa bulu meremang. Tapi jelas denji susah payah agar tetap fokus mencari apa yg ia butuhkan.

" Kak." Peringatnya sekilas. Namun bukannya berhenti, jari telunjuk yoshida masih bermain di jakun naik turun karena menelan ludah.

"Apa sih??!!!" Tangan besar yoshida digengam kesal oleh denji. Sorot mata yg geram, merengut dengan bibir manyun. Menatap mata gelap di bawahnya yg sedikit tertutup helai rambut.

Senyum tulus yoshida berikan,membawa tangan yg masih denji genggam. Lantas menciumnya. Semburat merah mulai muncul. Mengalihkan pandangnya ke atas.

" Kakakkkkk. Jangan godain gue lah. Belum selesai nugas ini loh" rengek nya tak terima. Dua tangannya menutup wajah yoshida agar tak menatapnya begitu intens.

" Gemesss banget anjingggg!!! Sini aku gigit!!" Yoshida bangkit. Langsung menyerbu pipi denji dengan ciuman serta menggigitnya main main.

Denji memerah seluruhnya. Sudah tak bisa lagi menghindar dari serangan kakak tingkatnya yg sinting itu.

Kemudian ketika denji lengah, ia tiba tiba diberi pertanyaan yg sama sekali tak terpikirkan," kamu mau di atas atau bawah?"

TBC.
281124
18.16

Sumpah apa aku endingkan aja ya. Gue gatau orang pacaran gimana sih yg fluffy2 gitu. Yg lucu2 gitu gimana. Pengalaman gue yg toxic doang masalahnya 😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang