"Hanya bisa meminta maaf..."
Setelah pernikahan yang penuh gejolak, Arish dan Aisyah kembali ke rumah. Aneska dengan tegas menyuruh mereka untuk pergi ke kamar yang telah disiapkan untuk mereka berdua. “Ini malam pertama kalian, manfaatkanlah dengan baik,” katanya dengan nada yang lebih seperti perintah daripada harapan.
Dengan wajah lesu, Arish berjalan lebih dulu, meninggalkan Aisyah di belakang. Dia merasa berat, seolah beban dunia berada di punggungnya. Aisyah melihat suaminya yang tampak hampa dan segera menyusul, berusaha untuk mendekat.
Sesampainya di kamar, Arish melepaskan jasnya dan menatap kasur yang sudah didekor dengan bunga mawar. Semua ini terasa asing baginya. Dia merasa seolah berada di dalam mimpi buruk yang tidak ingin dia jalani. Aisyah masuk ke dalam kamar dan berjalan dengan pelan menuju suaminya.
“Mas Arish…” Aisyah ingin mengucapkan sesuatu, tetapi sebelum dia bisa melanjutkan, Arish memotong, “Aisyah, kamu bisa mendapatkan uang, rumah, barang yang mahal, apapun yang kamu mau Tapi tidak dengan cinta aku...”
Kata-kata itu terlontar dengan tegas, membuat suasana semakin tegang. Arish berbalik dan menatap Aisyah dengan wajah bersalah. “Aku minta maaf,” katanya pelan. “Aku tidak bisa mencintaimu Aisyah. Cinta aku hanya untuk Jasmin...”
Aisyah terdiam, matanya menatap lantai. Namun, setelah beberapa detik, dia mengangkat kepalanya dengan tegar. “Jika itu yang kamu rasakan, Mas, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk menjadi istri yang berbakti, meskipun kamu tidak bisa mencintai aku,” ujarnya dengan suara lembut, berusaha untuk tetap tegar.
Arish merasa terharu mendengar pernyataan Aisyah. “Terima kasih, Aisyah. Tetapi, aku tidak bisa tidur di tempat tidur ini,” katanya dengan berat hati. “Kamu bisa tidur di sini, dan aku akan tidur di sofa.”
Dia merasakan penyesalan yang mendalam. “Aku minta maaf karena aku tidak bisa tidur dengan wanita yang sama sekali tidak aku cintai,” lanjutnya, “dan aku juga minta maaf karena aku belum bisa melakukan kewajiban aku sebagai seorang suami, yaitu melakukan malam pertama kita.”
Aisyah menatapnya dengan mata penuh pengertian, meskipun hatinya terasa hancur. Dia tahu bahwa Arish sedang berjuang dengan perasaannya sendiri, dan meskipun itu menyakitkan, dia menghargai kejujurannya.
Arish menghela napas, merasa semakin tertekan. Dia ingin memberikan kebahagiaan kepada Aisyah, tetapi di dalam hatinya, dia merasa kosong. Semua ini terasa tidak adil, dan dia tidak tahu bagaimana cara melanjutkan hidupnya dengan perasaan yang masih terikat pada Jasmin.
Aisyah mengangguk, menerima situasi yang ada. “Aku mengerti, Mas. Aku akan berusaha menghormati keputusan kamu..” katanya pelan, meskipun air mata menggenang di matanya.
Dengan ketegangan yang menyelimuti ruangan, Arish dan Aisyah terdiam, masing-masing terjebak dalam perasaan mereka sendiri. Arish berharap agar suatu saat dia bisa menemukan jalan keluar dari kekacauan ini, sementara Aisyah berusaha untuk memahami bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Malam pertama mereka berjalan dalam keheningan, penuh dengan rasa sakit dan penyesalan yang tidak terucapkan.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijabah Cinta
Teen FictionSinopsis: "Arish dan Jasmin" adalah kisah yang mengisahkan perjalanan hidup Arish, seorang pria yang sejak kecil menderita kutukan mata jahat (evil eye curse). Meskipun dibesarkan oleh orang tua angkatnya, Haris dan Aneska, yang selalu mengingatkan...