A. Pendahuluan
"Basa-basi itu gampang", katanya. Coba deh tanya sama Imeh; temenku yang paling sombong karena mentang mentang orang islam langsung namanya Muslimah, mana cuma satu kata, makanya ku panggil imeh aja biar kesombongan dia itu muspro, dia juga orang yang coolnya kaya kulkas dua pintu itu. Buat dia basa-basi kaya panu yang harus dibersihin dan dibuang jauh-jauh. Secara level word of affirmationnya di peringkat paling rendah, jadi dia menganggap basa-basi kaya orang sok kenal sok dekat padahal kan emang tujuannya itu hahaImeh sering geleng-geleng kepala pas mergokin aku basa-basi ke orang, sebenernya bukan asal orang, orang-orang ini biasanya beberapa kali ketemu aku atau hanya sekadar kenal dari organisasi atau suatu lembaga. Pernah banget abis ketemu temen jauh satu organisasi yang ketemunya by event aja pas pulang imeh negur aku dengan sindirannya
"Apasih Basa basi begitu iuuh?"
"Yang mana?"
"Ih seger banget, siang-siang makan rujak, beli dimana mbak?" Mengulang kalimatku saat aku menyapa mbak-mbak Fatayat tang ketemunya mungkin empat bulan sekali.
"Bukan basa-basi sebenernya itu pengen minta rujaknya aku tuh"
"Kok bisa sih kamu begitu"
"Ya gatau dari orok begini" seperti biasa kita mengakhiri percakapan dengan tertawa bersama.Dari percakapan tadi, aku jadi tau, gak semua orang bisa basa-basi. Tapi imeh bilang dia gak mau basa-basi karena emang gak ada pembahasan dan katanya males buat kepo (pengen tau masalah orang), lebih lebih dia males kalo ternyata basa-basinya ditanggepi sampe mbleber kemana mana. Padahal kalo difikir fikir karena gada pembahasan gasih makanya kita nyari topik, ini mah karena dia males nyari topik aja dan mungkin dari keenggak mauannya itu jadi gabisa kali ya, i think so.
Saking kakunya Imeh karena gabisa basa-basi dia udah kaya kanebo kering susah banget punya pacar. Lagilagi karena dia menganggap basa-basi kaya orang yang sok kenal sok dekat. Berapa cowok yang aku kenalin ke dia akhirnya berakhir jadi penonton story aja karena menurut dia cowok yang lagi medekatein dia itu ngilfeelin basa-basinya. Nah berarti ada yang salah dong dari basa-basinya mereka bukan karena setiap orang yang basa-basi akan dicap sebagai orang yang eskaesde.
²
Pertemanan kita; aku dan imeh, sudah hampir tujuh tahun. kalo aja umur pertemanan kita jadi anak, mungkin dia udah menginjak kelas satu di bangku sekolah dasar, ya kurang lebih bareng-bareng tinggal dalam satu atapnya empat tahunan, jadi dia tau banget aku sering basa-basi ke orang lain, diberbagai kalangan sih tepatnya. Dari situ ide buat buku ini muncul. Berakibat dari basa-basi dia yang bad banget dia nyuruh aku buat buku yang isinya tentang basa-basi. Membangongkan bukan?Aku setuju sama imeh, dia buka pikiranku tentang seni bahas sana bahas sini ini, Basa-basi sering dianggap sepele. Padahal, kemampuan ini bisa buka pintu yang bisa buka jaringan kemana-mana. Mau kenalan sama tetangga baru? Basa-basi. Mau mencairkan suasana saat ketemu mertua? Basa-basi. Mau networking di organisasi? Basa-basi. Mau dapet jodoh ? Basa-basi. Bahkan, basa-basi yang match bisa menyelamatkan kita dari momen canggung yang ngebuat pengen pura-pura telepon orang yang jauh di antah berantah.
Lewat buku ini, aku mau sharing tentang seni basa-basi-mulai dari siapa yang biasanya kita ajak basa-basi, topik-topik apa yang aman di situasi tertentu, sampai cara ngebuat obrolan ringan jadi lebih ngena. Aku juga akan bagiin tips untuk orang-orang kaya Imeh yang ngerasa "canggung akut" pas mau mulai ngobrol.
Jadi, untuk kamu yang sering bingung mau ngomong apa saat pertama kali ketemu orang, atau buat kamu yang merasa basa-basi itu cuma buang-buang waktu, yuk coba buka dan baca buku ini. Karena di era yang serba satset ini, basa-basi bisa jadi pondasi untuk bangun koneksi yang lebih 5G dari basa-basi.
Semoga setelah baca buku ini, kamu nggak cuma jago dalam bahas sana -bahas sini, tapi juga bisa bikin orang lain nyaman tiap kali ngobrol sama kamu. Selamat membaca guys..