Chapter 19: Beneath The Tempest

42 13 5
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****


Berita tentang hubungan Mile dan Apo semakin menyebar seperti api yang sulit dikendalikan. Setiap portal media dan akun gosip membahas pasangan itu tanpa henti, mengulik segala hal tentang Apo—dari kariernya sebagai fotografer hingga masa lalunya yang lebih personal. Apa yang sebelumnya hanya diketahui oleh lingkaran kecil teman dan keluarga, kini menjadi konsumsi publik.

Dan akhirnya momen kecemasan pun datang menyapa di sebuah pagi yang tenang, ponsel Apo berdering tanpa henti. Grup obrolan temannya penuh dengan pesan, sebagian besar berisi tangkapan layar berita dan tautan artikel daring. Salah satu headline berbunyi:
“The Wedding Angels of Death: Masa Lalu Apo yang Gelap”

Artikel itu menggambarkan Apo sebagai sosok yang tidak stabil dalam menjalin hubungan, membahas bagaimana dia pernah membatalkan tiga pertunangannya dalam waktu yang singkat. Media bahkan menyebutkan nama mantan-mantan tunangannya: Jesse, Ron, dan Biel.

Saat membaca artikel itu, tangan Apo gemetar. Dia menutup ponselnya, mencoba menahan gejolak emosi yang mulai menguasai dirinya. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama ketika dering ponselnya kembali terdengar. Kali ini, panggilan dari nomor tak dikenal.

“Apo, ini aku, Jesse,” suara di ujung telepon terdengar canggung tetapi tegas.
“Jesse?” Apo mengerutkan dahi, tidak menyangka mantan tunangannya akan menghubunginya lagi setelah bertahun-tahun.
“Ada wartawan yang menghubungiku,” Jesse melanjutkan. “Mereka menggali tentang kita—tentang hubungan kita dulu, dan kenapa pertunangan kita dibatalkan.”

Belum sempat Apo merespons, panggilan lain masuk. Kali ini dari Ron. Tanpa berpikir panjang, Apo menerima panggilan tersebut.
“Po, apa yang sedang terjadi? Ada wartawan di luar kantorku tadi pagi,” Ron berbicara dengan nada marah sekaligus bingung.
“Ron, aku juga nggak tahu bagaimana semua ini bisa jadi sebesar ini...” Apo mencoba menjelaskan, tapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan.

Belum selesai dengan Ron, ponselnya kembali bergetar, menampilkan nama Biel di layar. Apo menekan panggilan Ron dan beralih ke Biel.
“Apo,” Biel memulai dengan nada datar tetapi terdengar jengkel. “Aku bukan tipe orang yang suka urusan drama, tapi ini sudah terlalu jauh. Wartawan datang ke studio fotoku, menanyakan semua tentang kamu dan masa lalu kita.”

Apo merasakan dunianya berputar. Tidak hanya dirinya yang menjadi target media, tapi orang-orang dari masa lalunya juga diseret ke dalam badai ini.

Mile melihat perubahan di wajah Apo saat dia meletakkan ponsel dengan tangan gemetar. Mile mendekat, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangannya dengan lembut.
“Po, apa yang terjadi?” tanyanya penuh perhatian.

“Media...” suara Apo terdengar serak. “Mereka menghubungi Jesse, Ron, dan Biel. Mereka menggali semuanya.”

Mata Mile mengerut tajam, menunjukkan ketidakpuasannya. “Aku akan menangani ini. Kamu nggak perlu menghadapi mereka sendirian.”

“Tapi, Mile...” Apo berusaha berbicara, tetapi Mile menempatkan jarinya di atas bibir Apo, menghentikannya.
“Po, kamu sudah cukup menderita karena ini. Sekarang biar aku yang menghadapinya.”

***

Di sisi lain, ketiga mantan tunangan Apo, meskipun merasa kesal dengan situasi ini, mengambil langkah berbeda dalam menyikapinya. Jesse, yang selalu memiliki sisi lembut, memutuskan untuk tidak memberikan komentar apa pun kepada media. Sebaliknya, dia menghubungi Apo untuk menawarkan bantuan.
“Aku tahu kamu tidak butuh drama ini sekarang, Apo,” katanya melalui pesan suara. “Tapi kalau kamu butuh sesuatu, aku ada di sini.”

Ron, meskipun keras kepala, juga menolak memberi pernyataan kepada wartawan. Dia tahu dampak buruknya jika media terus mengusik Apo.
“Kamu tahu aku bukan orang yang suka mencampuri urusan orang lain lagi,” katanya di telepon. “Tapi ini keterlaluan. Kalau ada yang bisa kulakukan untuk membuat mereka berhenti, beri tahu aku.”

Sementara itu, Biel yang lebih tertutup memilih untuk mengabaikan semua pertanyaan dari media. Namun, dia tetap menghubungi Apo, lebih untuk memastikan dia baik-baik saja.
“Kamu kuat, Apo,” tulisnya dalam pesan singkat. “Jangan biarkan mereka menjatuhkanmu.”

***

Beberapa hari kemudian, Mile mengatur pertemuan dengan tim hukumnya untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi privasi mereka. Dia juga mengeluarkan pernyataan resmi melalui juru bicaranya, mengecam media yang mengganggu kehidupan pribadi Apo dan orang-orang di sekitarnya.

Namun, serangan dari media tidak berhenti di situ. Mereka mulai menerbitkan artikel yang membandingkan Apo dengan mantan pasangan Mile, mencoba menciptakan narasi negatif bahwa Apo tidak cukup baik untuk Mile.

Teror sorotan media pun acap kali membuat Apo berpikir ribuan kali dalam benaknya.

Satu malam, di tengah semua kekacauan, Apo duduk di balkon apartemen mereka, memandang langit yang gelap tanpa bintang. Dia merasa terjebak antara ingin melindungi dirinya sendiri dan tidak ingin menjadi beban bagi Mile.

Mile bergabung dengannya, membawa secangkir teh hangat. Dia duduk di sebelah Apo, menatapnya dengan tatapan penuh kasih.
“Po, apa yang ada di pikiranmu?” tanyanya pelan.

Apo menghela napas panjang. “Aku merasa ini semua terlalu berat, Mile. Aku takut... bukan karena apa yang orang-orang pikirkan tentangku, tapi karena dampaknya padamu.”

Mile menyentuh pipi Apo, memaksa pria itu menatapnya. “Aku nggak peduli apa yang orang lain pikirkan, Po. Yang penting adalah apa yang kita rasakan. Aku mencintaimu, dan itu tidak akan berubah hanya karena kata-kata orang.”

"Mereka boleh bicara apa saja, tapi yang tahu kebenarannya cuma kita. Kamu adalah pilihan terbaik yang pernah aku buat, Po."
Air mata menggenang di mata Apo. Dia mengangguk pelan, menyandarkan kepalanya di bahu Mile. Di bawah langit malam yang gelap, mereka saling berpegangan, mengetahui bahwa meskipun badai belum berlalu, mereka akan menghadapi semuanya bersama-sama.

Namun momen tenang tersebut tak berlangsung lama ketika keesokan media menemukan foto lama Apo bersama salah satu mantan tunangannya, Jesse, menjadi viral, disertai spekulasi bahwa hubungan mereka belum sepenuhnya selesai. Artikel itu diakhiri dengan pertanyaan tajam: “Apakah Apo benar-benar setia kepada Mile?”

*****


Tbc.


Hai, ada yang masih menunggu cerita ini???
Tersisa 6 Chapter lagi ya (semoga 😄), setelah Run to You akan ada MileApo versi ABO universe.

Thank you for keep reading this story,  it means a lot for me.

See y'all
MileApo Lover 💚💛

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUN TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang