12 - Kijang Kecil yang Menyebalkan

726 262 25
                                    

!WARNING WARNING WARNING!
❌!MATURE CONTENT!❌
21+

mari bijaksana dalam membaca
.
.
.

"

"Bagi sebagian besar penembak jitu, kijang adalah manifestasi nyata dari kemenangan sejati. Menaklukkan kelincahan hewan yang cantik itu bukanlah perkara mudah, cenderung menyebalkan. Tapi harganya sepadan. Memuaskan rasa lapar bagi mereka, pemburu sombong yang haus akan piagam pengakuan."

Senandung Semu 

12. Kijang Kecil yang Menyebalkan

Harum sudah tahu banyak tentang yang satu ini, ia sudah mempelajarinya sejak menginjak usia sembilan belas tahun. Bukan hanya sekedar perbincangan biasa, Ibunya bahkan memanggil guru senior khusus yang dipastikan bisa memberikan Harum pengetahuan mendasar mengenai hubungan orang dewasa, yang hanya bisa dilakukan oleh suami istri pada masa-masa pribadi mereka. 

Harum yakin ia sudah belajar banyak, ia bahkan menyelesaikan kelasnya dengan nilai sempurna, bahkan mendapat pujian dari ibu pembimbingnya. Oleh karena itu awalnya Harum tidak khawatir sama sekali, ketika dulu Bharata berulang kali mencumbunya ringan, Harum pikir hubungan dewasa yang sebenarnya hanya akan terasa sebatas itu.

Namun sekarang, bak bayi merah yang tidak mengetahui apapun, Harum mendapati dirinya bingung, kelimpungan.

Apa yang dilakukan Bharata kepadanya saat ini, sangat jauh berbeda dari semua ekspektasi polosnya dulu. Harum tidak pernah menyangka jika pergulatan yang terjadi diantara mereka akan terasa sangat membingungkan seperti ini. Tak terdefinisi. 

Gugup, sakit, dan nikmat, semuanya melebur menjadi satu. Sampai-sampai Harum bisa merasakan bahwa syaraf di tubuhnya telah kebas, diakibatkan oleh banyaknya impuls acak yang diberikan, membuat tubuhnya merespon tak tentu arah.

Bharata masih berada di atasnya, mengukung Harum dengan pondasi lengan yang kuat. Mata obsidian itu menatap bergantian secara terus-menerus, di bawah dan terkadang naik mendongak menatap netra sayu milik Harum, mengecek kondisi istrinya dengan begitu intens.

Membuang napasnya pendek-pendek, Harum mengerang kuat-kuat. Kedua tangannya yang semula bergerak panik meraba alas kasur, kini telah mendarat di bisep kokoh milik Bharata, mencengkeramnya begitu erat di sana, menimbulkan jejak kemerahan yang begitu jelas.

"Tahan." Bharata menggeram keras, memberikan perintah. Dari tempatnya berbaring sekarang, Harum bisa melihat dengan jelas peluh keringat membasahi dahi suaminya itu. 

Sakitnya luar biasa. Harum sudah tidak tahan lagi. Tubuhnya bergetar hebat, hingga ia bisa merasa cairan bening sudah mulai turun dari sudut matanya. Menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia mengeluh lirih, memberikan Bharata tatapan memohon yang sangat. 

Melihat reaksi istrinya itu, Bharata lekas memagut bibir ranum milik Harum yang sedang terkatup rapat menahan rintihan, memaksanya untuk terbuka. Harum tentu menurutinya, karena ia tahu bahwa suaminya itu sedang berusaha mengalihkan sakit yang sedang dirasakannya sekarang.

Harum yang sedang mati-matian menahan perih, semakin mengeratkan cengkeraman pada punggung lebar Bharata kala pria menghentaknya keras secara tiba-tiba, sebelum bergerak teratur dengan ritme yang pas. Ia memutuskan untuk mengikuti, mendongak pasrah hingga mereka telah benar-benar sampai.

Dari sudut matanya, Harum bisa melihat sosok besar Bharata yang sedang menggerang puas. Beberapa detik setelah mereka selesai, pria itu mendekatkan wajahnya kepada Harum. Mengecup pelan pelipis kanannya yang telah basah karena air mata. Kecupan itu tidak berhenti hanya di sana, melainkan terus turun menuju pipi dan rahang mungil milik Harum, hingga berakhir pada bibirnya. Di sela-sela kegiatannya itu, Harum bisa mendengar satu kalimat memuja yang terus menerus diulang, disematkan hanya kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandung SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang