ਏਓ⠀࣪𓈒 Empatenam

489 70 12
                                    

Terakhir update untuk hari ini. Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Maaf jika banyak typo.

Suasana kamar rumah sakit terasa begitu sunyi saat Airys membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana kamar rumah sakit terasa begitu sunyi saat Airys membuka mata. Ia mengerjab untuk menyesuaikan pandangan. Suara monitor EKG menjadi yang pertama Airys dengar. Sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri? Airys mengernyit samar. Bayang-bayang kejadian yang dilakukan Jayendra dan Jeana tiba-tiba saja melintas. Membuat jemarinya perlahan meremas ranjang pesakitan.

Mata cantik itu mengedar dengan cukup was-was. Ada sebuah rasa takut yang tiba-tiba saja menguasai diri. Membuat fokus Airys sedikit kacau. Bayangan di mana ia dilecehkan oleh Bastian seolah menjelma track movie rusak yang berputar-putar. Membuat dadanya berdebar tidak normal.

"A-Asa?"

Suaranya nyaris tidak terdengar. Tapi dalam pikiran Airys. Entitas yang paling dicari pertama kali adalah Arshankara. Di mana lelaki itu? Apa ia tidak lagi sudi karena tubuh Airys yang sudah kotor? Atau Arsha marah karenanya bahu kekar lelaki itu tertancap peluru yang dilayangkan Jeana.

"A-Asa!" Ia kembali memanggil dengan susah payah. Tetapi masih tidak ada sahutan.

Apa Airys akan ditinggalkan?

Airys menggeleng samar, ia berusaha melepas masker oksigen yang terasa mengganggu. Lantas ketika terlepas, matanya melirik jarum infus yang menempel di telapak tangannya.

Jemarinya yang lentik hendak mencabut secara paksa, tetapi sebuah tangan kekar berhasil menghentikannya. Airys mendongak. Bola matanya bergerak sedikit linglung. "Asa?"

"Apa yang kamu lakukan, Princess?" Lelaki itu mendesis, ia lantas membantu Airys untuk kembali berbaring dan memasang kembali masker oksigen. Tetapi tangan gadis itu segera menahan, membuat keningnya berkerut.

"Asa? Kamu dari mana?"

Kernyitan di dahi lelaki itu kian jelas. "Siapa Asa?"

Mendengar itu, jantung Airys bertalu kencang. Ia tidak bisa mengontrol tubuhnya saat mencoba berontak dan turun dari ranjang.

"Lepas! Kamu bukan Asa! Ka-kamu siapa?! Bastian?! Lepas!" Airys berteriak dengan wajah takut. "Jangan sentuh, Bastian! Lepas!"

Menyadari ada yang tidak beres, lelaki itu segera mendekap Airys. Menahan tubuh mungil itu agar tidak berontak. "Calm down, Princess. Ini bukan Bastian, kamu tenang, oke? Ini Bang Levin. Ini Abang kamu, Princess. Sudah ingat?"

Tubuh Airys sedikit melemas, ia berhenti berontak. Matanya berkaca-kaca. "Bang Levin?"

Lelaki itu ───Levin Ferdinand Fraulens─── anak tunggal dari Felix Maximus Fraulens dan seorang pilot muda. Ia baru saja tiba di Indonesia setelah beberapa tahun belakangan menghabiskan waktu di maskapai penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij), Belanda. Dan lebih sering bertugas di Bandara Schiphol, Amsterdam.

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang