Setelah beberapa minggu, Zea semakin tenggelam dalam pencariannya. Setiap petunjuk yang ia temukan membuka lebih banyak misteri, namun juga memperburuk kebingungannya. Semakin dalam ia menyelami kegelapan, semakin ia merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih mengerikan daripada yang pernah ia bayangkan.Pada suatu malam yang penuh kabut, Zea kembali ke rumah ibunya untuk mencari jawaban. Ruangan demi ruangan ia jelajahi, berusaha menemukan petunjuk yang tersembunyi. Namun, saat ia memasuki ruang bawah tanah—sebuah tempat yang sudah lama tidak pernah ia masuki—ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada udara yang lebih berat, lebih pekat. Listrik di rumah itu berkelap-kelip, menambah suasana mencekam.
Di tengah ruangan gelap itu, Zea menemukan sebuah meja besar dengan berbagai gambar dan dokumen yang tersebar di atasnya. Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya: sebuah foto lama, tampak seperti gambar keluarga, namun dengan sebuah pria yang tidak ia kenali. Pria itu berdiri bersama ibunya, Eliza, dan seorang pria yang tampak lebih tua dengan ekspresi serius. Nama pria itu tercantum di bawah foto—“Zen Wilantara Wijaya.”
Zea merasa jantungnya berdebar. Zen Wilantara Wijaya? Nama itu tidak asing, tetapi ia tidak pernah mendengar tentang Zen dalam cerita ibunya sebelumnya. Mengapa nama itu ada dalam foto keluarga ini?
Seketika, suara langkah kaki di belakangnya membuat Zea terkejut. Ia berbalik cepat dan melihat bayangan seorang pria yang berdiri di pintu ruang bawah tanah.
"Zea," suara pria itu terdengar dalam kegelapan, dalam. "Kau akhirnya menemukan jalannya."
Zea terdiam. Sosok pria itu perlahan maju ke dalam cahaya yang remang-remang. Ia melihat wajah yang tampak asing namun juga sangat familiar. Itu adalah Zen Wilantara Wijaya, pria yang ia lihat di foto.
"Kau... Zen?" tanya Zea, suaranya serak, merasa bingung sekaligus penasaran.
Zen tersenyum tipis. "Ya, itu aku. Aku tahu, ini mungkin mengejutkanmu. Tapi ada banyak hal yang perlu kau ketahui tentang keluargamu, Zea."
Zea merasa dunia seolah berputar. Apa yang sedang terjadi? Mengapa Zen tiba-tiba muncul di tengah pencariannya yang begitu gelap? Apakah ia bagian dari teka-teki yang sedang ia pecahkan?
Zen melangkah lebih dekat. "Aku tahu tentang semua yang telah kau temukan. Aku tahu bahwa ini adalah saat yang tepat bagimu untuk mengetahui semua yang tersembunyi selama ini."
Zea merasakan keraguan dalam hatinya. "Kenapa kau datang sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluargaku dan ibuku?"
Zen menghela napas panjang dan menatap Zea dengan mata yang penuh makna. "Ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang bisa kau bayangkan. Keluargamu, Arkana Estate, dan semuanya yang berhubungan dengan itu... semua ini adalah bagian dari rencana yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Ibuku, Eliza, terlibat dalam suatu jaringan yang sangat berbahaya, dan kau, Zea, adalah bagian dari permainan yang lebih besar."
Zea merasa jantungnya semakin berdetak cepat. Apa yang dimaksud Zen? Apa hubungannya ia dengan semua ini?
Zen melanjutkan, "Arkana Estate bukan hanya sebuah organisasi, Zea. Itu adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih gelap, sebuah kelompok yang mengendalikan banyak hal di dunia ini. Dan ibumu—Eliza—adalah salah satu orang yang memiliki kunci untuk mengungkap semuanya."
Zea merasa tubuhnya lemas. Ia tahu bahwa ia baru saja menyentuh permukaan dari sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya. Namun, satu hal yang masih membingungkannya adalah Zen sendiri. Mengapa ia terlibat dalam semua ini?
Zen menatapnya dengan serius. "Aku tahu kau merasa bingung, Zea. Tapi aku di sini untuk membantumu, untuk membimbingmu menemukan jawaban yang selama ini kau cari. Tapi kita harus bergerak cepat. Waktu kita terbatas."
KAMU SEDANG MEMBACA
zea milik si berandalan[THE END]
Mystery / ThrillerHujan membawa kenangan kelam yang tak pernah hilang dari ingatan Zea Safira Winata. Di hadapan nisan ibunya, ia menyimpan pertanyaan yang tak pernah terjawab: apakah kematian ibunya benar-benar kecelakaan, atau ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan...