18+++++++++
"Apa yang mau Bapak bicarain?" tanya Zeandra, suaranya terdengar sedikit dingin. Ia berdiri di dekat pintu, menatap Rafa yang baru saja masuk ke dalam apartemen mengusulnya.
"Duduk dulu," ucap Rafa, tanpa menjawab pertanyaan Zeandra. Ia langsung duduk di sofa, menunggu Zeandra ikut duduk.
Zeandra menggeleng kepala, tak mau duduk dekat dengan Rafa. Namun, Rafa menatapnya dengan tatapan yang sulit ditolak. Akhirnya, Zeandra menyerah dan duduk di sofa berseberangan dengan Rafa.
"Kamu tahu semua itu salah paham, kamu tahu bahkan kamu liat, terus kenapa kamu masih marah sama aku?" tanya Rafa, suaranya terdengar sedih. Ia menatap Zeandra dengan tatapan yang penuh harap.
"Saya hanya butuh waktu karena semuanya sudah hancur dan berantakan," jawab Zeandra, suaranya masih terdengar dingin. Ia menatap lantai, tak mau bertemu pandangan dengan Rafa.
"Ayo kita susun lagi," ucap Rafa, suaranya mencurahkan segala perasaannya. Ia mencoba meraih tangan Zeandra untuk digenggam.
Zeandra hanya diam, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia masih kecewa pada Rafa, namun hatinya sulit untuk menolak sentuhan tangan Rafa. Jari-jari Rafa yang menempel di tangannya seolah membuat semua kemarahannya mencair.
Perlahan, Rafa mencium tangan Zeandra dengan lembut. Sentuhan bibirnya yang hangat menempel di kulit Zeandra, seolah menyerap semua rasa sakit dan kecewa yang menyergap Zeandra. Lama sekali Rafa menempelkan bibirnya di sana, seolah ingin menyerap semua rasa sakit yang menyergap Zeandra. Hingga tak terasa, air mata Zeandra menetes begitu saja, membasahi tangan Rafa.
"Kamu nangis?" tanya Rafa, suaranya penuh keprihatinan. Ia mengangkat wajah Zeandra, menatap mata Zeandra dengan tatapan yang penuh cinta.
Zeandra mencoba menahan tangisnya, namun air matanya terus mengalir. Ia menatap Rafa dengan tatapan yang sulit dibaca.
Tanpa menunggu jawaban dari Zeandra, Rafa mendekat dan memeluk Zeandra erat. Pelukan Rafa yang hangat seolah menenangkan hati Zeandra. Zeandra menangis di dada Rafa, melepas semua rasa sakit dan kecewa yang menyergapnya.
"Aku salah, Zeandra," bisik Rafa, suaranya bergetar. "Maafkan aku."
Zeandra hanya diam, menangis di dada Rafa. Ia masih merasa sakit hati, namun pelukan Rafa seolah menghilangkan semua rasa sakitnya.
"Aku sayang kamu," bisik Rafa lagi, suaranya penuh ketulusan. Ia mencium rambut Zeandra dengan lembut.
Zeandra menangis lebih keras lagi. Ia merasakan kehangatan cinta Rafa yang seolah menghilangkan semua rasa sakit yang menyergapnya. Ia ingin memperbaiki segalanya, ingin kembali menjalani hidup bersama Rafa.
Di tengah tangisan Zeandra, Rafa melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Zeandra yang sedang menangis, air mata mengalir bebas di pipi Zeandra, menorehkan garis sedih di wajah cantiknya. Rafa memandangnya begitu lekat, semakin dekat, dekat sekali, seolah ingin menyerap semua rasa sakit yang terpancar dari mata Zeandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...