03:07 {last}

4.4K 573 251
                                    

Gue sarankan baca nya malem2 sendirian dalam keadaan sunyi. Gadapet feelnya maafkan HAHAHHA

Mulmed contoh dapur sebelum ada darah

Bisa baca ulang kalo sekiranya lupa atau mau lebih menghayatiii

***

Louis berjalan menuju arah tempat cuci piring berada.

Tatapan Grace kini terlihat sedikit ketakutan.

Bayangan Louis terlihat jelas di dinding dapurnya.

Kali ini, Louis mengeluarkan tangannya dari saku jaketnya lalu memutar kran air, seperti mencuci kedua tangannya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hanya mengecek saluran air." Ucapnya seadanya.

Louis memutar badannya, berhadapan dengan Grace. Kurangnya penerangan membuat Grace tidak bisa melihat Louis dengan jelas.

"Grace?" Ujarnya seraya berjalan mendekat.

Berhenti ketakutan, Grace.

"Kau tahu sesuatu?"

Setengah dari tubuhnya kini terlihat oleh samar cahaya dari lampu dapur.

Louis melanjutkan ucapannya, "Kita belum mengakhirinya."

Tongkat yang dipegang Grace kini ia pegang lebih erat.

"Dan, aku lapar."

Grace menghela nafasnya, sedikit lega mungkin? "Kau memasuki rumahku hanya untuk meminta makanan? Oh, God."

"Aku lapar. Aku butuh makanan."

"Trik yang bagus, Louis." Grace memutar kedua bola matanya seraya berjalan menuju kulkas yang jaraknya hanya beberapa dari Louis, menyimpan tongkat bisbolnya di meja.

Grace tahu, alas kaki nya saat ini pasti telah dipenuhi oleh darah. Ia harus meminta bantuan Louis nanti untuk membersihkannya.

Tatapan Louis kini terfokus pada Grace-atau mungkin itu nya. Grace yang menyadari nya pun sedikit risih.

"Berhenti melihatku seperti itu, Louis." Ia mengambil beberapa snack.

"Kau montok."

"Aku menjadi sangat lapar."

Enyahkan pikiran kotormu, Grace. Pikir Grace.

"Aku hanya memiliki ini, ambil saja jika kau ingin." Grace melempar snack yang ia ambil.

"Ada apa di sakumu?" Tanya Grace mencairkan suasana karna sedari tadi Louis tidak menyentuh makanan tersebut.

"Maksudmu ini?" Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya.

Ia tidak berniat membunuhku hanya karena permainan itu. Syukurlah.

Louis berjalan mendekat kearah Grace.

Suaranya kali ini terasa serak, "Kita belum menyelesaikannya, Grace."

Grace akhirnya menyadari sesuatu. "Kau.., mau membunuhku..?"

Senjatanya (walaupun hanyalah tongkat bisbol tetapi itu sangat berguna) ia tinggal di meja. Louis hanya berbeda beberapa jarak darinya. Ini kesempatan emas untuk Louis.

Seharusnya, Grace tahu bahwa tidak ada yang main-main dalam dunia ini. Termasuk permainan itu.

Seharusnya jika ia tidak membuka situs itu, ia tidak akan mengenal Louis. Ia tidak akan terjebak disini.

Grace menutup kedua matanya, biarkan ia mati tanpa melihat darah dari tubuhnya.

Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi karna ia baru saja mendengar...

"Hahahaha! Oh, tidak, Grace! Seharusnya kau melihat wajahmu!" Tawa Louis kini terdengar jelas di telinga Grace.

Ia tidak membunuhku.

Tawa nya semakin besar lalu berangsur menghilang. "Untuk apa aku membunuhmu? Kau benar, itu hanyalah permainan konyol. Semua yang terjadi hanyalah sugesti kita saja." Louis mengeluarkan sapu tangannya. Seperti mengusap air mata dari matanya.

"Mata merah itu hanyalah ilusi kita akan takutnya kita saat itu. Pintu itu semuanya, tidak ada sangkut pautnya. Semuanya hanyalah cara kita dalam melebih-lebihkan."

Satu pertanyaan kini Grace lontarkan, "Kau tidak membunuhku?"

Louis berjalan lebih dekat, menghabiskan jarak diantara mereka. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Grace. Ucapannya kini terlihat lebih serak.

"Aku tidak akan membunuhmu. Lagipula Aku hanya lapar. Kau montok. Dan aku menjadi sangat lapar." Louis menampilkan senyuman penuh arti.

Senyuman yang baru Grace sadari sedari tadi.

Grace membelakkan kedua matanya. Ia telat untuk sadar.

Dan dengan gerakan cepat Louis menutup mulut Grace dengan sapu tangannya, menahan Grace akan diam.

Grace tahu betul, Louis tidak akan membunuhnya.

Ia hanya akan memakannya.

***

omegle ▷ lt  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang