33

49 9 0
                                    

...

Park Junghwan, anak kesayangan Park Jihoon dan Hyunsuk yang sebentar lagi akan memiliki seorang adik, memang sedang berada di fase pertumbuhan yang pesat. Usianya baru menginjak 5 tahun, namun selera makannya luar biasa besar. Tidak ada makanan yang bisa lolos dari pandangannya tanpa berakhir di mulut mungilnya. Jika ada makanan di meja, terutama makanan favoritnya seperti donat dan makanan manis lainnya, ia akan segera mengulurkan tangan kecilnya dan memakan semuanya dengan semangat.

Pagi itu dimulai dengan suara ceria Junghwan yang bergema di seluruh rumah. Ia berlari-lari kecil di ruang tamu, sambil membawa mobil mainan favoritnya. "Mama, Juju lapar! Mau donat" serunya sambil mendekati Hyunsuk yang sedang duduk di sofa, memijat lembut perutnya yang semakin membesar.

Hyunsuk tersenyum, menepuk kursi di sebelahnya. "Ada, Nak. Tapi sebelum makan donat, kita sarapan dulu, ya? Mama sudah bikin nasi goreng."

Junghwan cemberut kecil, namun tetap mengikuti Hyunsuk ke meja makan. Jihoon sudah duduk di sana, membaca koran sambil menyeruput kopi. "Selamat pagi, Super King Cow Baby!" sapanya dengan nada menggoda.

"Juju mau tanya! Kenapa adik bayi bisa ada di perut mama?"

Hyunsuk, yang baru saja duduk setelah menyiapkan nasi goreng untuk Junghwan, terkekeh kecil mendengar pertanyaan polos anaknya. Ia melirik Jihoon, yang langsung menurunkan korannya, menyadari giliran siapa yang harus menjawab.

Jihoon tersenyum, lalu menurunkan cangkir kopinya. "Wah, pertanyaan besar dari Super King Cow Baby pagi ini," ujarnya sambil menatap mata Junghwan dengan ekspresi serius tapi penuh kelembutan. "Adik bayi ada di perut Mama karena Papa dan Mama sama-sama berdoa, supaya kamu punya teman main di rumah. Tuhan mengabulkan doa itu, dan adik bayi sekarang tumbuh di dalam perut Mama."

Junghwan memiringkan kepalanya, mencerna jawaban Jihoon. "Oh, jadi adik bayi datang karena Tuhan, ya? Tapi kenapa Tuhan masukin adik bayi ke perut Mama, bukan ke rumah kita langsung?"

Hyunsuk tertawa kecil sambil mengelus kepala Junghwan. "Adik bayi butuh waktu untuk tumbuh dulu, Nak. Sama seperti bunga, adik harus tumbuh pelan-pelan sebelum bisa lahir dan main sama kamu."

Junghwan terdiam sebentar, lalu matanya berbinar. "Kalau begitu, Juju mau ajarin adik bayi nanti biar cepat besar! Juju ajarin main bola, naik sepeda, sama makan donat!"

Jihoon tersenyum lebar, bangga melihat antusiasme anaknya. "Papa yakin, adik bayi pasti senang punya Kakak yang hebat seperti kamu."

Setelah selesai sarapan, Junghwan berlari ke ruang tamu untuk mengambil tas sekolahnya. Sebelum keluar rumah, ia mendekati Hyunsuk yang sedang duduk di sofa. Dengan tangan mungilnya, ia memegang perut Hyunsuk dan berkata dengan suara lembut, "Adik, nanti kalau keluar dari perut Mama, jangan nangis, ya. Juju bakal jaga kamu."

Hyunsuk, tersentuh dengan ucapan Junghwan, memeluk anak itu erat-erat. "Adik pasti senang punya Kakak kaya kamu."

Jihoon, yang sudah siap mengantar Junghwan ke sekolah, memanggil dari pintu. "Ayo, Little Park! Waktunya sekolah!"

Dengan semangat, Junghwan berlari menghampiri Jihoon. Di dalam mobil, sepanjang perjalanan ke sekolah, ia terus berbicara tentang apa saja yang akan ia lakukan untuk adiknya nanti, membuat Jihoon tersenyum hangat.

"Papa, nanti Juju boleh ajak adik bayi main dinosaurus nggak?" tanyanya polos.

"Tentu boleh. Tapi nanti adik masih kecil, ya. Kamu harus pelan-pelan."

"Iya! Juju kan kakak yang hebat," jawab Junghwan dengan percaya diri.

Jihoon mengangguk, merasa bahwa meski Junghwan masih kecil, ia sudah memiliki hati yang besar untuk menyambut kehadiran adiknya.

Married by Accident - HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang