...
"Mama, kenapa adik bayi ada perut mama? kenapa ngga di perut papa aja?" tanya Junghwan yang kasian melihat mamanya yang selalu kelelahan karena membawa buntalan besar diperutnya.
Hyunsuk yang sedang duduk di sofa tersenyum kecil mendengar pertanyaan polos Junghwan. Dengan lembut, ia mengangkat anak itu dan menempatkannya di pangkuannya. "Wah, pertanyaan Juju bagus sekali, Nak," ucapnya sambil mengelus lembut rambut Junghwan.
Junghwan memandangi Hyunsuk dengan mata bulat dan penuh rasa ingin tahu. "Iya, Mama. Juju lihat Mama sering capek karena adik bayi. Kalau di perut Papa, Papa pasti nggak capek, soalnya Papa kan kuat."
Hyunsuk terkekeh kecil, sementara Jihoon yang sedang berdiri di dekat meja makan, memperhatikan percakapan itu dengan senyum tipis. Ia mendekati mereka, lalu duduk di sebelah Hyunsuk. "Super King Cow Baby punya pemikiran yang cerdas," kata Jihoon sambil mencubit lembut pipi anaknya.
"Tapi, Juju tahu nggak?" lanjut Jihoon sambil memandang Junghwan penuh kehangatan. "Adik bayi memang tumbuh di perut Mama karena Mama adalah tempat yang paling nyaman dan aman untuk adik."
"Kenapa harus di Mama? Kenapa nggak di Papa aja?" Junghwan masih penasaran, keningnya berkerut lucu.
Hyunsuk mencoba menjelaskan dengan bahasa sederhana. "Juju, Tuhan menciptakan tubuh Mama dengan keistimewaan. Perut Mama bisa jadi rumah untuk adik bayi sebelum dia lahir ke dunia. Tapi Papa juga punya peran penting, lho. Papa yang selalu jaga Mama supaya sehat dan kuat untuk bawa adik bayi."
Jihoon mengangguk, menambahkan, "Papa nggak punya perut khusus seperti Mama untuk bawa bayi, tapi Papa selalu bantu Mama supaya nggak terlalu capek. Sama seperti Juju, kan? Juju selalu baik sama Mama, bantu Mama ambil barang-barang, dan nggak bikin Mama kesal. Itu semua bikin adik bayi senang juga, lho."
Mata Junghwan berbinar mendengar penjelasan itu. "Jadi, Juju juga bantu adik bayi? Adik bayi tahu kalau Juju baik?"
"Tentu saja," jawab Hyunsuk sambil memegang tangan kecil Junghwan dan menempatkannya di perutnya yang membesar. "Kalau kamu bicara sama Mama, adik bayi bisa dengar suaramu. Itu sebabnya, kalau Juju baik dan bicara hal-hal yang menyenangkan, adik bayi akan merasa bahagia."
Junghwan tampak terpesona. Ia mendekatkan mulutnya ke perut Hyunsuk dan berbicara dengan penuh semangat. "Adik bayi, Juju janji bakal jaga kamu nanti! Jangan takut, ya. Juju bakal jadi kakak yang paling hebat."
Hyunsuk tertawa kecil, sementara Jihoon terlihat bangga melihat interaksi itu. "Lihat? Adik bayi pasti merasa aman karena punya Kak Juju yang selalu sayang sama dia," ujar Jihoon sambil mengelus kepala anaknya.
Setelah beberapa saat, Junghwan kembali bertanya, "Mama, tapi kalau adik bayi sudah besar, dia keluar dari mana?"
Hyunsuk melirik Jihoon, meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan ini. Jihoon terkekeh, mengerti maksud istrinya. "Itu pertanyaan yang bagus, Juju. Nanti, kalau adik bayi sudah cukup besar dan siap untuk lahir, dokter akan bantu Mama. Adik bayi keluar dengan cara yang aman dan lembut, jadi Mama dan adik bayi akan baik-baik saja."
Junghwan tampak puas dengan jawaban itu, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti. "Oh, jadi dokter bantu Mama, ya. Nanti Juju bantu juga, Mama!"
Hyunsuk tersenyum, memeluk Junghwan erat-erat. "Terima kasih, Nak. Mama yakin kamu akan jadi kakak yang sangat baik untuk adik bayi."
Junghwan mengangguk, kemudian mencium kedua pipi Hyunsuk. Tak lupa ia juga mencium perut buncit mamanya supaya adik bayi tidak iri, katanya.
Hyunsuk merapikan pakaian Junghwan yang sudah rapi dengan kaos bergambar dinosaurus dan celana pendek biru. "Juju sudah siap?" tanyanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident - Hoonsuk
RomanceDi sebuah klub malam, dua orang asing bertemu di bawah lampu gemerlap dan musik yang menggema. Terlalu mabuk untuk berpikir jernih, mereka terbawa suasana, alkohol, dan hasrat sesaat. Tanpa mengenal satu sama lain, mereka tenggelam dalam hubungan si...