The Time Observer

752 75 16
                                    

(Made for Teranggana.co challenge lagi. Tantangannya adalah bikin cerita dari foto yang dikasih. Dan yang sreg di hati cuma foto ini dan ide yang kepikiran cuman ini. Sumpah ini ceritanya abal poll. Bacanya bikin pen nangis :" gapapa sekalian latihan penggunaan POV 2)

Kita berdua serupa tapi tak sama.

Sejak dulu kita berdua terkenal. Kita selalu masuk dalam percakapan yang sama. Mereka bilang kita ini sejenis. Tapi kita bahkan tidak pernah saling bicara sama sekali.

Mereka bilang kamu lelaki yang selalu terpaku pada waktu dan terpaku pada waktu. Buktinya adalah jam saku yang selalu kamu bawa kemana-mana di kantungmu itu. Old style. Kata mereka kamu tampan, sayang kamu aneh.

Mereka bilang aku perempuan yang selalu terpaku pada jadwal dan garis waktu. Buktinya adalah buku sebesar diary yang selalu kubawa kemana-mana di tanganku. Introvert. Kata mereka aku cantik, sayang aku penyendiri.

Kita berdua tidak pernah saling bicara satu sama lain. Yang kamu lakukan adalah selalu menghitung hari-harimu tepat pada waktunya. Terjadwal, tersusun, dan terpatok. Sementara aku, sibuk di pojok kelas, kerjaku hanya mencatat kejadian yang pernah ada dalam hidupku.

Mereka selalu bilang kita berdua aneh dan tidak punya teman. Nyatanya aku melihatmu baik-baik saja. Belakangan aku tahu kau punya kadar kesombongan yang tinggi karena kau datang dari keluarga yang terpandang.

Kamu punya jam saku sebesar genggamanmu. Warnanya emas, gambarnya burung rajawali, dan aku tak pernah lihat isinya. Aku yakin batu jam dan rantainya emas asli. Kamu menjaganya dengan sangat-sangat baik.

Aku punya buku warna merah muda yang hanya berisi coretan-coretan sesuai dengan jam kejadian. Setiap hari, kejadian penting apapun itu, bahkan setiap 3 menit sekali pun tetap kucatat. Aku menjaganya dengan sangat-sangat baik.

Kita beranjak dewasa. Naik ke kelas 1, ke kelas 2, ke kelas 3. Kita selalu sekelas. Sekolah sering menjodohkan kita. Padahal, bicara denganmu saja tidak pernah. Kamu juga tidak pernah bicara denganku sama sekali. Entah kenapa waktu terus menarik kita ke lorong dan masalah yang sama.

Kita berdua pernah berdiri di waktu yang sama ketika ada anak SMA lain jatuh di depan jalanan dekat sekolah, kita berdua pernah satu regu dalam field trip kelas 2, kita berdua pernah bertemu di supermarket yang sama. Padahal setahuku rumahmu jauh dari supermarket itu.

Aku tak mengerti. Seluruh bukuku penuh dengan laporan waktu. Setiap menit-menit berharga, setiap jam-jam kejadian penting... dan aku sering melihatmu terpaku dengan jam. Ketika kau bilang "kau punya waktu bicara 4 menit" pada temanmu, maka kau akan sungguhan meninggalkan dia TEPAT 4 menit. Mau dia selesai bicara atau belum, kau tidak peduli.

Kemudian setelah kelulusan, aku tak pernah melihatmu lagi. Aku tak lagi mendengar kabarmu, dan aku jarang mendengar tentang julukan-julukan itu: Dua Sejoli Gila Waktu.

Dua sejoli gila waktu, sama-sama aneh, kerjaannya sibuk ama dunia sendiri!

Rasanya seperti bertahun-tahun aku tak mendengar itu lagi.

Kemudian 5 tahun setelah kelulusan, aku kembali bertemu denganmu di supermarket yang sama seperti yang pernah kita kunjungi dulu.

"Hai, kamu yang di SMA dulu, kan? Masih suka nyatet waktu? Aku masih suka ngeliat waktu, loh!" Kamu mengeluarkan jam itu dari saku celanamu. Masih mengilat seperti dulu. Seakan emasnya masih awet tak dimakan jaman.

"Apa kabarmu? Kata mereka kamu kuliah Manajemen setelah lulus. Kamu pasti sangat terstruktur."

Aku memberinya seulas senyuman. Lucu juga, dia yang dulu pendiam kini memberondongiku dengan berbagai macam kata yang heboh.

The Time ObserverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang