Chapter Fifteen: Loyal - 7

85 21 9
                                    

"Besok?"

Yerim mengangguk pelan. "Hyunjin yang mengatur tanggalnya. Aku tidak bisa banyak protes karena cukup sulit merayu dia. Kau lihat kemarin, bukan? Aku hampir saja gagal."

"Mendadak sekali, ya?"

"Aku berniat mengabari kalian secepat yang aku bisa. Tapi, ada sedikit masalah. Jadi ... maaf. Aku pasti mengejutkan kalian."

"Kau datang dalam keadaan mabuk. Kami khawatir sekali."

"Maaf karena merepotkan kalian."

"Tidak apa-apa. Kami mengerti kalau keadaanmu sulit."

Kai mengeluarkan loyang terakhir dari dalam oven, aroma lezat menguak dan memenuhi indera pembau. Dia meletakkan loyang itu di meja. Sambil merapikan bekas-bekas pekerjaannya, dia memikirkan banyak hal.

"Aku sebenarnya sangat ingin tahu apa yang terjadi padamu. Apalagi sejak kau keluar dari sini kita tidak pernah berhubungan sekali. Setiap aku bertanya pada Heeseung Hyung, dia selalu berkata pada kami untuk tidak khawatir tentangmu. Tapi ... dari kejauhan, aku melihat kau tak baik-baik saja."

Kai dengan sengaja memunggungi Yerim ketika dia mencuci bekas. Dia tahu kalau dia tidak mau melihat ekspresi Yerim yang pasti akan sedih saat mendengarnya bicara. Tetapi, pemuda itu ingin serakah. Sekali saja, dia ingin mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan.

"Saat kau masih bekerja di tempat futsal, aku melihat orang-orang itu menatapmu dengan buruk. Sebenarnya aku sangat kesal, tapi aku menahan diri. Insiden insta Kim Minjeong, itu cukup jadi topik hangat. Orang-orang di kelasku membicarakan pesta kalian. Apalagi saat kau mencium salah satu dari mereka, banyak yang berkata buruk tentangmu. Aku ingin sekali memberikan mereka pelajaran, tapi aku tak mau mengganggu rencana kita.

Waktu aku melihatmu bersama Bomin di kantin, jujur ... aku merasa panas. Mereka menyentuhmu seperti itu. Dan ... kau tidak marah sama sekali. Lalu kemarin, saat kau di sini bersama Hyunjin. Dalam hati aku bertanya ... ada apa denganmu? Kenapa kau berubah? Apa semua itu perlu? Tapi, aku tetap diam saja. Aku menghargai keputusanmu. Kupikir, karena kau baik-baik saja, maka aku tidak perlu khawatir."

Yerim tidak mengatakan apapun setelah Kai selesai bicara. Pemuda itu memunggunginya sampai seluruh bekasnya selesai ia cuci. Bahkan saat hanya tersisa suara air, mereka tak saling bicara ataupun menatap.

Ketika akhirnya Kai kembali menatap Yerim, gadis itu melamun. Matanya menatap kosong pada jemarinya yang mengatup di atas meja. Siapapun tahu bahwa dia sedang tenggelam dalam pikirannya. Dan apapun itu, dia terlihat kalut.

Yerim menyadari kalau Kai benar. Kalimat pemuda itu membuatnya terngiang-ngiang. Dia memang berubah. Dia bukan lagi Kim Yerim yang dulu. Dia telah melawan prinsipnya sendiri, merendahkan diri untuk mendapat perhatian laki-laki. Pakaiannya, cara bicaranya, tingkah lakunya semua tak sama lagi. Dari cara Kai menyampaikan, semua itu terasa sangat buruk. Ia merasa kecewa, marah, bahkan jijik pada dirinya sendiri. Pemuda itu bahkan tak tahu kalau dia telah melakukan sesuatu bersama Heeseung. Dan jangan lupakan malam bersama Jay. Dia tidak tahu kalau Yerim yang polos yang sangat ia sayangi sudah lama mati.

Kai kembali duduk, dia menarik kursi untuk berada di sebelah Yerim. Akhirnya gadis itu berhenti melamun.

"Yerim-a .... "

Ketika mendengar suara Kai menyebut namanya selembut itu, dada gadis itu bagai tertusuk. Air mata meleleh, namun seketika ia menghapusnya. Menangis bukan sesuatu yang boleh ia lakukan. Ia memang bersalah. Rasa sakit itu memang pantas ia terima. Dia telah mengkhianati prinsip hidupnya sendiri, dan kepada Kai yang sangat percaya bahwa ia akan terus berpegang pada itu.

Yerim memalingkan wajah, berusaha menghapus berkas-berkas basah di sana. Namun terjadi sesuatu yang aneh. Air mata itu tidak bisa berhenti. Ia tak layak menangis apalagi untuk mencari simpati. Dia berusaha untuk tersenyum, namun semakin ia mencoba, matanya makin berair.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang